Senin, 17 Februari 2014

Surat Untuk Semesta

Ini adalah surat cinta pertama yang ku buat untuk sang pencipta. 
Maaf jika aku terlalu bodoh untuk menulisnya, atau bahkan ada kata-kata yang tak kau mengerti sepenuhnya. 
Aku hanya ingin menanyakan hal-hal yang tak ku mengerti, karena tak kau gambarkan dengan jelas di dalam kepala ini

Tuhan, ada apa denganmu?
Mengapa akhir-akhir ini kamu sering menangis? 
Apa yang salah denganmu?
Tangisanmu telah menenggelamkan banyak rumah di ibu kota sana. 
Bukankah rumah adalah tempat berteduh yang paling aman? 
Kali ini rumah-rumah telah kau tenggelamkan. Dan banyak yang sakit-sakitan perlahan, diiringi dengan tangismu yang menggelegar. 
Ada hati yang ikut tenggelam, ikut menangis dalam tangisanmu sendiri, putri satu-satu nya harus menderita karena penyakit yang tak bisa diurusi secara rinci. Jalanan kini tertutup oleh tangisanmu sehingga tak bisa dilewati. Apa yang salah dengan putri kecil ini? Putri kecil nya hanya merintih menjerit kesakitan. Ayah dan ibu nya menghampiri tempat tinggalmu, mereka memohon belas kasihmu, mereka tersiksa karena kini kamu telah tegas memberi peringatan akan mereka yang sudah lama melupakan tempat tinggal mu bukan? Mereka yang seharusnya di beri pelajaran. Dan kini kamu telah menakuti banyak orang.

Tuhan, ada apa denganmu?
Mengapa akhir-akhir ini kamu sering meluapkan emosi mu?
Apa yang salah denganmu?
Suara-suara itu semakin terdengar jelas di telinga-telinga kami. Emosi mu kini menjadi merajelela karena ternyata mereka yang telah mengabaikanmu terlalu lama, mereka telah lupa kemana mereka harus menempatkan hati dan mengikhlaskan diri dengan benar.
Disana ada anak kecil yang hanya menatap pada mayat-mayat yang ternyata adalah ayah dan ibu nya. Anak itu mulai bertanya, mengapa ayah dan ibu tertidur dikala gunung-gunung itu sedang memainkan irama, nada-nada yang terdengar menakutkan baginya adalah pemanggilan atas ayah dan ibu nya.

Tuhan, jika boleh aku meminta dengan nada manja. Tolong maafkan orang-orang yang mungkin telah benar-benar lupa dimana tempat yang seharusnya mereka tak acuhkan. Dan tempat dimana segala kesalahan bisa dimaafkan.
Jika boleh, ku mohon engkau lebih memahami bahwa kini bumi mu telah menakuti banyak orang.
Aku tau engkau adalah segala diatas segala-galanya, kamu lebih tau tentang orang-orang yang telah kau ciptakan.

Hati ku menangis, ketakutan melihat langit kini terlihat semakin gelap gulita. Tangisanmu menutup hari yang semakin kelam. 

Tuhan, dengan surat ini. Ku tau kamu kini sedang tersenyum tau salah satu makhluk yang kau ciptakan sedang membela banyak orang tanpa menyadari bahwa aku pun masih perlu dibela.
Aku tau ayat-ayat mu telah memperingati, dan bodoh nya, kami yang hanya dari segumpal darah bisa-bisa nya melupakan sesuatu yang harusnya kami pertahankan dan kami junjung tinggi diatas yang lainya.

Aku tau kamu sedang bersedih.
Maafkan kami yang ternyata telah menodai bumi mu dengan dosa yang selalu tak kami sadari.