Rabu, 11 Desember 2013

Hanya Secuil

Suara hujan masih saja berbunyi diluar sana, mengetuk-ngetuk kaca jendela. Aku masih pura-pura tertidur pulas, berbaring dengan selimut hangat pemberian nenek ku. Kamar ku bukan tempat yang bagus untuk ditempati, bukan juga tempat yang nyaman untuk ditugaskan memijat tubuhku yang kelelahan seharian. Tapi entah mengapa, tak ada ruangan yang bisa membuatku tertidur lelap selain kamar ku ini.

Malam ini tak ada yang berbeda, masih sama seperti malam-malam lalu. Masih sendiri menahan banyak keinginan yang belum tercapai. Bukan masalah cinta sejati yang ingin ku bicarakan, bukan juga masalah penghianatan teman yang mencoba membuka keburukan tentang aku pada orang banyak, bukan juga tentang cinta diam-diam yang ternyata sudah meninggalkan jejak cukup lama. Ini adalah kisah yang sebenarnya selalu ditanyakan oleh pembaca kisah, siapa aku?

Sering aku bertanya pada pagi, siapa aku ini? Dan tak ada jawaban sama sekali. Kemudian aku beranjak bertanya pada siang, siapa aku ini? Lagi lagi yang ku dapat hanya terik panas nya yang menggosongkan pikiranku, membuatku buta melihat sekeliling rumah, aku sangat rindu suasana rumah yang membuatku selalu ingin cepat pulang. Lalu aku memutuskan untuk bertanya pada malam, siapa aku ini? Namun yang terjadi tubuhku memerah karena gatal yang disebebkan oleh angin malam. Seberapa sering keluargaku bicara tentang penyakit ini, yang ku percaya bahwa aku ini adalah mutan. Aku adalah mutan yang mengorbankan diri pada malam meskipun pada akhirnya tubuhku akan memerah dan mulai membengkak, tapi karena sudah ku bilang aku adalah mutan, maka termakan hari tubuhku akan membaik. Mungkin aku semacam Wolverine, yang bisa mengobati luka nya agar tak membekas. Dan aku yakin bahwa professor x dan magneto akan segera membaik dan melupakan perdebatan antar beda pemikiran.

Aku berfikir mungkin aku adalah Vampire, karena aku sama sekali tak menyukai terik matahari. Buatku, panas lebih menakutkan dari pada hujan. Aku lebih memilih mengorbankan tubuhku basah karena deras hujan dibandingkan terbakar karena terik siang. Dan aku berfikir, mungkin aku adalah zombie, karena aku adalah penggila brokoli. Brokoli seperti otak, dan zombie adalah mayat hidup yang memakan otak. Tapi bagimana pun menakutkan nya zombie, brokoli adalah makanan yang paling enak yang tak pernah ku lewatkan dalam capcay. Terkadang aku berfikir, mungkin aku adalah Cinderella yang tersesat, karena aku masih belum bisa menemukan pangeran yang masih saja belum menemukan keberadaan ku untuk memakaikan sepatu kaca setelah pesta dansa malam itu, atau mungkin aku adalah putri tidur yang belum saja terbangun oleh ciuman dari cinta sejatinya, atau mungkin aku adalah Rapunzel yang ternyata sudah membiarkan penyihir jahat memotong rambut panjangku sehingga sang pangeran tidak bisa memanjat kastil tinggi itu. Atau mungkin aku adalah little mermaid, yang harus merelakan sang pangeran menikahi wanita lain tanpa pernah memberitahukan tentang perasaanya yang sebenarnya, kemudian little mermaid memutuskan untuk menjadi buih di lautan hanya agar sang pangeran hidup bahagia.
                                      
Tapi fikiranku berbeda ketika pagi datang menyilaukan pandanganku. Ketika aku bangun dalam tidurku, ketika aku menapakan kaki ku pada pijakan bumi, aku selalu melihat sosok yang menyerupai ku. Dia memandangku seperti aku memandangnya. Terkadang dia berbicara seolah dia adalah aku. Aku selalu memandangnya dengan amarah, sudah beberapa kali sosok itu ku tinju dengan tanganku yang meluarkan darah, berceceran disekitar tempat tidur dan membuat keluarga ku panik. “Ada apa dengan ku?” aku bertanya lagi “siapa aku?”

Dalam mimpi ku, aku bertemu malaikat yang parasnya seperti persatuan wajah putri yang cantik-cantik, dia sempurna jika diderajatkan dengan manusia, dia penuh kasih jika dibandingan dengan cinta sejati. Dia nyata karena dia tak terbang layaknya hantu malam, dia juga bisa berbicara, berbeda dengan boneka yang ada dikamar ku. Tuhan menyuruhku memanggilnya dengan sebutan “Ibu”. Aku tak pernah tau bagimana caranya berterima kasih pada Tuhan karena telah mengijinkan ku memiliki satu malaikat terbaiknya. Malaikat ini terkadang terlihat menakutkan ketika wajah nya mulai memerah dan berteriak memanggil namaku berulang kali terus-menerus karena ulahku, tapi  ajaib nya seorang malaikat, dengan kilat nya wajah nya berganti dengan memancarkan cahaya yang membuat hati ku luluh dan segera memeluknya. Dan ketika mata nya mulai memerah karena membengkak, aku selalu menyalahkan Tuhan. Mengapa Tuhan membiarkan aku membuat malaikatku menangis karena ulah ku? Dia seperti embun ketika sedang menangis, embun pagi yang selalu mendinginkan suhu kala itu. Suhu yang selalu membuatku merasa ingin segera mendatangkan hangat nya matahari untuk memeluknya.

Berbeda dengan pahlawan ini. Sudah banyak pahlawan yang mengharumkan nama bangsa, sudah banyak pula pahlawan yang membela negri ini, pahlawan yang hanya menomor satukan Negara dan pemerintahan tanpa mementingkan diri sendiri dan orang-orang yang berada di dalam nya. Namun apapun itu, aku bukan orang yang sangat tertarik pada politik. Dan aku sama sekali tidak membicarakan pahlawan dalam pelukan politik nya, tapi aku membicarakan pahlawan yang dipeluk Tuhan nya. Pahlawan yang ditugaskan hanya untuk melindungi keluarga ku dari macam bahaya, dan pahlawan untuk terus siaga berada di depan pintu rumah (keluarga).
Tapi bagiku, dia bukan hanya pahlawan untuk keluargaku, dia juga adalah pahlawan hidupku. Dia adalah laki-laki tegas ketika memberikanku pengarahan, dan dia juga adalah laki-laki penyayang ketika sedang memberikanku pengertian. Dan dia selalu menjadi komandan tertinggi ketika aku sedang mencari cinta sejati. Baginya, itu adalah misi terpenting dalam hidupnya.
Dia adalah pahlawan yang tak kenal lelah meski aku telah cepat berubah, Tuhan menyuruhku memanggil nya dengan sebutan “Ayah”.

Ketika aku melihat sosok yang sama persis denganku terus bermunculan di kamar ku. Aku semakin marah pada keadaan rumah. Aku rindu tentang semua yang tak mengandalkan tentang “kedewasaan”. Aku lelah untuk bersikap bahwa aku tidak apa-apa, bahwa aku telah dewasa. Ingin rasanya mengartikan bahwa kedewasaan pun masih memerlukan bantuan. Sungguh aku belum terbiasa dengan tubuh yang menompang semua masalah sendirian. Terkadang aku benar-benar rindu berlari dalam pangkuan mu ibu, menangis sekencang-kencang nya, mengadu keluh kesahku, menangis tak henti agar kamu mau meniup dan mengusap luka ku agar tak lagi terasa nyeri. Atau melakukan hal bodoh hanya untuk mengambil semua perhatian ayahku.

Dewasa membuat ku lupa akan masa kecil ku, merenggut semua perhatian ayah ku dan kasih sayang ibu ku. Mereka fikir dewasa bisa membuatku merasa lebih baik, dan yang ku rasa semua terasa kosong.
Meskipun aku telah terlihat dewasa karena sudah mengenal cinta yang kadang membuatku merasa bahagia, tapi ada kala aku rindu menjadi anak yang terlihat bodoh di pandang ayah dan ibu. Aku rindu canda tawa yang ku kenal dulu didalam rumah. Aku rindu ketakutan bermain jauh meninggalkan rumah seperti dulu. Ada kala keluarga ku seperti drama yang semua menjadi peran utama, merasa paling berharga dan tak ingin menjadi nomor dua, tapi keluarga ku tetap menjadi drama yang paling romantic dan memiliki ending terbaik.

11 Desember 2013, aku menulis ini dalam keadaan merindukan semua rindu itu. Dan jika ada kesempatan lagi. Aku ingin menuliskan kisah hidup ku yang lain. Karena aku masih saja belum bisa mengetahui siapa sosok yang menyerupai aku itu.

Sabtu, 07 Desember 2013

Panggil aku... Sirius.

Kita tau bahwa di jagat raya ini terlalu banyak serpihan angkasa untuk kita hitung jumlah nya. Ada raja dari segala raja, tak ada penguasa selain sang pencipta. Semesta adalah salah satu nya, semesta yang tak bisa di daur ulang, yang tak bisa dijamah oleh semua orang. Bahkan seorang raja tak kan mampu untuk memiliki nya, karena semesta hanya bisa dinikmati dan dirasakan keberadaanya.

Terlalu banyak keajaiban didalam kehidupan. Semuanya bergerak, berotasi, berputar, menjelma, dan hidup. Banyak planet yang indah nya tak pernah bisa terbayangkan. Semua makhluk yang hidup akan memilih Bumi untuk menjadi akhir perjalanan nya dalam mencari kehidupan. Namun ini bukan kisah tentang manusia dan cinta, bukan juga tentang penjelasan keindahan bumi yang tak tertandingi, ini tentang “bunga cahaya”.

Yang bercahaya selalu menjadi pemeran utama, dalam pentas drama, dalam gelap, dalam pencarian jalan, atau penuntun kehidupan. Dunia itu berputar, ada siang dan malam. Dunia itu berotasi, ada cahaya terlihat, dan cahaya malam yang indah. Dunia itu adil, memberikan 2 raja cahaya kepada semesta. Mereka berdampingan namun ketika satu yang terlihat, yang satu nya akan menyimpan cahaya nya untuk mempersiapkan kehadiranya.

Saat itu satu raja cahaya akan mulai tenggelam, dengan cantik nya dia terlihat dengan sempurna. Dia dikenal dengan sebutan Matahari, hanya dengan satu cahaya, terang nya sampai ke bagian kaki manusia. dan tak jauh beda dengan raja yang satunya, dia lebih terlihat pendiam, terkadang semesta sangat membutuhkan kehadiranya, bukan karena keseimbangan yang selalu dinomor satukan, tapi cahaya Bulan selalu terlihat sempurna, sampai setiap orang yang melihatnya akan terpukau dengan cahaya yang menyinari langit malam menjadi terang.

Tapi semua itu tak pernah menurunkan amarah Bulan akan takdir nya. Bulan iri pada matahari, bulan selalu ingin mengetahui apa benar indah nya bumi yang terlihat ketika siang lebih indah dibandingkan saat malam. Matahari selalu menceritakan cerita siang yang selalu membuat bulan semakin ingin melihatnya. Namun semesta tak pernah mengijinkan.

   “bagaimana mungkin kamu akan keluar dari jalurmu bulan?”

Pertanyaan-pertanyaan itu yang selalu bulan dengar dari banyak nya bintang ketika sedang mengawalnya memperlihatkan sinar. Semakin lama berotasi, semakin banyak mendengar cerita matahari, bulan semakin iri pada hidup nya sendiri. Bulan benar-benar ingin pergi mengintip apakah bunga disiang hari akan terlihat sangat indah dibandingkan dilihat ketika malam hari.

   “Apakah itu impianmu, bulan? Melihat bunga dari dekat dengan terang?” Tanya semesta pada bulan


   “Apa peduli mu? Kamu tidak akan mengerti akan inginku”
Bulan selalu marah, terkadang bulan meredupkan cahaya nya sesekali hingga membuat semesta marah. Semesta tak pernah pedulikan akan ingin bulan yang ingin muncul ketika matahari sedang bersinar.

   “Kamu akan rapuh. Begitu pula dengan cahaya yang bersinar dalam dirimu. Apa jadinya malam hari tanpa sinar bulan? Apa kamu tak pernah memilikirkan bintang-bintang yang sinarnya pun didapat dari pantulan cahaya mu? Kamu egois bulan.”

Bulan hanya menangis mendengar perkataan pahit semesta akan takdirnya yang ternyata hanya dapat diabadikan pada malam.

Di malam selanjutnya, di tempat biasa bulan memantulkan cahaya matahari untuk terlihat bersinar. Ada satu bintang yang menyebut dirinya adalah ‘sirius’.
           
   “Kenapa bin? Kenapa kamu menyebut dirimu dengan sebutan yang sebenarnya bukan dirimu yang sebenarnya?” Tanya bulan pada bintang itu

   “Aku benci disebut serpihan angkasa yang ternyata cahaya ku pun didapat dari pantulan mu. Aku ingin mempunyai cahaya sendiri. Aku iri dengan bintang yang ternyata bisa lebih bersinar dibandung aku. Bukankah kita sama-sama bintang? Namun mengapa dia bisa lebih bersinar”

   “Harusnya kamu bersyukur atas cahaya yang kamu miliki. Karena kamu menjadi cahaya indah ketika malam memelukmu, langit malam terlihat sangat indah ketika bintang bertaburan dengan cahaya nya” Bulan menjawab dengan lantang

   “Dan jika menurutmu begitu, lalu mengapa kamu iri dengan matahari? Bukankah langit malam adalah milikmu?” Sirius  tersenyum

Bulan dan sirius kini menjadi cahaya yang semakin malam semakin menerangi semesta. Namun ternyata cahaya bulan yang semakin terang membuat salah satu bintang mulai mencintaniya. Dan mengingat dia adalah bintang yang bersinar paling terang maka sirius memutuskan untuk membuang jauh perasaan nya pada bulan. Sirius tau akan dirinya hanyalah sebuah bintang yang bersinar meredup bagai kunang-kunang.

Bintang itu mulai mendekati bulan, mengajak nya berbincang tentang semesta yang menghadiahkan nya cahaya terang. Bulan lupa akan sirius yang telah membangkitkan cahaya nya lagi. Semesta yang mengetahui bahwa ada dua bintang yang sama mencintai bulan membiarkan bulan mengetahui bahwa sirius juga mencintainya. Karena jika purnama tiba dan bulan mempunyai cinta sempurna dari sebuah bintang, maka bulan bisa turun ke bumi menjelma menjadi manusia dalam waktu yang singkat lalu kemudian kembali menjadi bulan. Bulan berfikir tentang impian nya, tentang mengambil satu tangkai bunga di genggamanya.

Semesta prihatin akan perkembangan bulan yang egois. Bulan terlihat bahagia dengan kedua nya, sedangkan waktu menuju purnama akan segera tiba. Dan pada akhirnya bulan membuat keputusan tanpa memikirkan akan perasaanya yang sebenarnya jauh berada dalam lubuk hatinya.

   “Buat lah aku bahagia sebelum waktu purnama tiba”

sirius tersenyum dalam bingung nya, apa yang bisa dilakukan bintang biasa untuk membahagiakan bulan nya? Sedangkan bintang yang satu nya sibuk mencari matahari yang sedang memancarkan sinar terik nya.

   “Wahai raja matahari, bisakah kamu membawakan satu tangkai bunga yang indah dari siang untung bintang yang tak berdaya ini?” bintang mengemis pada matahari. Dan tanpa bertanya matahari meng-iya kan nya.

Dalam malam yang mulai terlihat indah dalam gelap nya, bintang tertawa melihat sirius yang masih bingung menemukan cara untuk membuat bulan bahagia. Dengan sombong nya bintang menyuruh sirius untuk menyerah. Sirius diam dan mulai lelah untuk memikirkan nya.

Sirius sangat mencintai bulan nya, sirius ingin membahagiakan bulan, sekalipun itu bukan tantangan untuk mendapatkan bulan. Sirius berfikir tanpa henti, tanpa tau ternyata sirius ikut terbit bersama matahari pagi itu. Sirius turun ke bumi untuk mengambil setangkai bunga tanpa memikirkan bahwa sebenarnya dia tak mungkin bisa kembali lagi ke langit. Sampai pada waktu purnama tiba sirius tak muncul, bulan terheran-heran mengapa hanya bintang yang berada dihadapanya saat itu, bintang yang menggengam impian nya, setangkai bunga.

Semua nya bersorak, bergembira, bahkan semesta ikut mengucapkan selamat atas impian bulan. Namun meskipun bulan sudah mempunyai setangkai bunga dari bintang, bulan tak memperlihatkan bahagia nya, bahkan bulan merasa ada yang hilang dalam dirinya.

   “Kemana bintang yang menyebut dirinya sirius?” Tanya bulan
          
   “Dia tak ada disini.” Jawab semesta
           
   “Apa dia menyerah? Sudah sebegitukah usaha nya?” bulan mulai meredup saat pertanyaan itu terlontar dari dalam dirinya

Semesta tersenyum, “Apakah kamu sudah bahagia setelah mendapatkan setangkai bunga digenggamanmu? Bukankah itu impianmu?”
Bulan hanya bisa diam mendengar ucapan semesta yang begitu menampar impianya.

   “Bersinarlah ketika purnama tiba, ketika pertengahan waktu dari bintang ke dua dari kanan. Kamu akan menemukan jawaban.” Semesta memberikan isyarat yang entah kenapa membuat bulan semakin berfikir ada apa sebenarnya

Waktu itu pun tiba, bulan menjelma menjadi purnama, cahaya yang bisa dinikmati oleh semua serpihan angkasa, bahkan manusia. Bulan terengah-engah ketika melihat ada Sirius jauh di dalam bumi sana. Sirius terlihat sempurna dengan kaki dan tangan, juga wajah yang berbentuk seperti manusia. Dan meskipun sirius sudah tak bersinar, tapi dengan cahaya bulan ketika purnama malam itu, sirius terlihat bercahaya sangat terang seperti pagi yang berpaduan di malam hari.

   “Mengapa? Mengapa kamu melakukanya?” Tanya bulan yang heran

          
   “Ini untukmu, bulan.” Sirius tersenyum dengan memperlihatkan setangkai bunga yang indah dari tangan nya

Bulan menangis. Semesta tak bisa menyangkal bahwa ketika itu untuk pertama kalinya saat purnama, hujan mengikuti dengan romantisnya membasahi bumi. Rintikan nya bercahaya karena terang bulan saat itu benar-benar dalam puncak, hingga setangkai bunga yang berada dalam tangan sirius menjadi bersinar. Semesta membuat pilihan untuk bulan.

   “Aku akan tetap menjadi bulan, memantulan cahaya untuk bintang-bintang. Berpeluk dengan malam dan melintasi rotasi hanya ingin memperlihatkan pada sirius bahwa aku adalah cahaya yang paling terang ketika malam. Matahari boleh memiliki siang, dan aku akan memiliki cinta yang selalu membuatku berbunga-bunga tanpa memiliki setangkai bunga. Cahaya sirius sempurna ketika aku menyadarinya.”

Pada setiap malam, ketika purnama, sirius selalu bersinar. Berhadap-hadap dengan bulan. Mencintainya tanpa pernah bisa menyentuhnya.

   "Meskipun sudah tak berada di tata surya, meskipun tanpa setangkai bunga,  cahaya sirius tak pernah meredup" Bulan tersenyum

Kamis, 05 Desember 2013

Jangan Pernah Tau

aku mendengar suara lagi. Berbisik namun pasti akan aku ketahui apa maksud dari semua ini. Aku mendengar nya semakin jelas, hantu yang tak menjelma, suara yang bergema menjadi saksi bisu akan perasaan ku yang selalu memperhatikanmu dari jauh, selama ini sudah ku jaga dengan hati-hati agar suara bisikan ini tak terdengar oleh mu.

            “Aku sayang kamu, tapi kamu gak perlu tau. Aku mohon”

aku tersenyum setiap kali melihatmu, kamu bukan kapten basket,  juga bukan termasuk anak populer di sekolah, kamu tidak tampan, tidak juga mempunyai badan atletik, kamu juga tidak tinggi, dan kamu benar-benar payah jika harus bicara dengan seorang wanita. Tapi ketika kita bicara, setiap kali kamu bicara dengan memandang wajahku, aku merasa bahwa kamu pintar dalam hal menggombal. Kamu berbeda.

            “Kita bertemu pertama kali di Lapangan parkir sekolah. Satu tahun yang lalu, waktu itu aku masih memakai seragam putih abu-abu.”

Ingatanku menyentuh lagi peristiwa yang tak pernah ku lupakan, ketika aku melihat kamu sedang sibuk mencari disebelah mana motormu kamu parkir kan. Perhatianku tertuju pada kamu yang sibuk mengkerutkan wajahmu dengan waktu yang sangat lama. Dan ketika motor mu telah kamu temukan, wajahmu berubah menjadi putih kemerahan, dengan bibir yang menyerupai bulan sabit. Wajah mu memerah karena panas hari itu sangat terik, yang mungkin saja bisa membakar wajahku karena sudah lama berdiri memperhatikanmu dari kejauhan, tepat di depan laboratorium computer.

            “Apa aku mengenalmu? Apa sebelumnya kita pernah bertemu? Dari mana asalmu? Mengapa laki-laki biasa sepertimu mampu membuat matahari terik menjadi langit senja yang indah untukku”

Aku menghela nafas perlahan, terus kulakukan sehingga membuatku terlihat seperti ibu-ibu hamil yang akan segera melahirkan seorang bayi mungil. Aku melihatmu lagi, membuntuti setiap langkahmu tanpa melihat jalan dihadapanku. Aku berhenti sejenak dan melihat kamu yang seakan tak pernah melihat keberadaanku. Aku tersenyum, namun yang kau lihat hanya wanita bodoh yang belum bisa mengajakmu untuk berkenalan.

“Haruskah aku yang mulai terlebih dulu untuk mengajakmu berkenalan?”

Bahkan untuk berkata “hay” padamu saja sudah membuatku mati ditempat. Aku terlalu bodoh untuk mengajakmu bicara, apalagi untuk berkenalan, rasanya memang harus ku lupakan. Aku yang tak terlihat akhirnya harus memutuskan untuk pulang, kembali ke langit-langit kamar yang hanya bercahaya ketika aku ingin melihatnya, berbeda dengan kamu yang tetap bercahaya meski bukan aku yang melihatnya. Kamu bersinar.

Dan malam ini isi pikiranku hanya tentang kamu. Bagaimana dengan kamu yang tidak pernah melihatku. Aku benci malam ini, karena ini akan menjadi akhir penantianku yang tak kunjung lelah dalam memendam.

            “Kamu tersenyum padaku di lapang parkir sekolah hari itu. Tepat di tempat pertama kali kita bertemu”

Aku terdiam, masih membingungkan langkahku untuk pulang. Aku tak ingin melihat kamu ketika aku harus melewati lapang parkir itu. Aku benci melihat kamu yang tak pernah melihatku. Lalu tiba-tiba langit menjadi rintikan, kemudian berubah menjadi deras hujan. Aku menoleh ke arahmu, tak terlihat, kamu sudah menghilang. Aku khawatir kamu berteman dengan deras hujan diperjalanan akan pulang, dan angin itu masuk ke tubuhmu. Aku takut kamu sakit, aku takut tak bisa melihat wajahmu disekolah esok hari.

Aku benci dengan tatapan kosong mu ketika melihatku. Aku tak memandang apapun, selain memikirkan bagaimana keadaan mu dengan hujan di perjalananmu pulang. Lalu pikiranku tersambut oleh hentakan dibahu kanan ku. Tersenyum, bercahaya, dan sempurna. Kamu tersenyum. Kita bertatapan, kita berbicara, kamu mengenalku, kamu tau namaku, kamu tau aku penyuka music beraliran keras, kamu juga tau bahwa aku selalu menyempatkan hadir di acara penggelaran acara music. Aku suka gaya bicaramu yang perlahan, kamu membuatku tak pernah sekalipun berfikir untuk menyerah mendekatimu.

Kita saling berkomunikasi, pesan singkat, tatapan disekolah. Semuanya terasa nyaman, meskipun perasaan ini tetap ku pendam. Ku fikir cukup mencintaimu seperti dulu saja, diam-diam. Hanya menatap, tanpa berucap.

            “Apa kamu lihat usahaku? Aku masih mempertahankanmu dalam pendamku”

Kamu datang dengan menggenggam hadiah pada hari istimewaku. Aku terlihat bodoh karena tau ternyata kamu peduli akan hadirku. Tentang tatapanku, aku harap kamu mengerti bahwa perasaan ku ini tak tertandingi, meskipun akan dibandingkan dengan sosok lain.

            “Bukan hanya aku yang mencintaimu. Ternyata bukan hanya aku yang selalu menatapmu.  Tapi, apa mereka yang mengatakan sangat mencintaimu melebihi cintaku tau tentang semua usahaku? seberapa sering aku diam-diam membuang waktuku hanya untuk memperhatikanmu dari jauh. Aku tak ingin menjadikan ini sebuah kompetisi dalam mendapatkan hatimu.”

Karena bagiku, hatimu terlalu utuh untuk dimiliki seorang pengecut sepertiku, aku terlalu takut untuk mengatakan bagaimana kondisi hatiku ketika kamu menyatakan tentang isi hatimu, tentang perasaanmu, tentang pernyataan cintamu padaku. Bukan nya aku yang tak ingin mengakhiri usahaku yang sebenarnya sudah cukup lelah untuk terus memendam. Tapi aku tak ingin menyakiti siapapun ketika sedang mencintaimu.

            “Anggaplah aku yang telah berhasil dalam usahaku memendam. Aku tak ingin kamu tau”

Aku memendam, lagi.

Rabu, 04 Desember 2013

Sesal yang Termakan Lelah

Aku lelah menunggu orang baru yang belum saja masuk namun tepat pada satu focus. Aku belum bisa menerima hati untuk orang baru yang terambisi mendekat tanpa ijinku akan hati yang sudah lama ingin menyendiri. Aku masih belum menyadari bahwa kedatanganmu dihari itu adalah salah satu tanda bukti keseriusan perasaan mu akan aku yang sangat egois karena selalu mengabaikan mu. Aku belum bisa memutuskan akan jadi apa nantinya hubungan kita. Namun fikirku, aku dan kamu cukup dekat dengan sebutan sahabat.


Dalam kisah ku, aku tak pernah memberi hati pada hati yang hanya ingin bahagia diawal jumpa atau perkenalan semata. Atau kah hanya dibayang-bayang sebuah perhatian akan kesehatan, angin malam, atau kendaraan yang sedia setiap saat akan memberikanku tumpangan. Namun kemana kenyamanan yang seharusnya dinomor satukan?


Kamu berbeda, kamu adalah sosok yang muncul ketika aku membutuhkan teman untuk berbincang hal-hal yang ingin ku bagi dengan sosok lain. Sebuah masalah yang ku butuhkan adalah saran, suatu hubungan yang ku inginkan adalah kenyamanan. Aku mendapatkan nya darimu, aku sudah mengunci langkahmu agar tak pernah mundur. Namun sebuah perasaan tetap akan menjadi perasaan, ternyata banyak yang mencintai kamu melebihi aku. Yang memusatkan semua perhatian kepadamu, dan itu bukan saja aku. Aku benar-benar tau bahwa kamu memusatkan seluruh perhatian itu hanya untukku, tapi pada kenyataanya orang-orang yang mencintaimu adalah teman-teman ku. Akan jadi apa hubungan pertemanan yang dikecewakan hanya oleh satu perasaan? Aku tak menginginkan paras kecewa dari wajah-wajah temanku yang ternyata mencintaimu melebihi aku.


Terlalu bodoh kah aku jika memutuskan untuk meninggalkanmu? Sosok yang seharusnya ku pegang tanganya dengan erat agar tak pernah melirik hal yang bisa membuatku sedih sekarang malah ku tinggalkan pergi. Aku tak bisa mempercayai perasaan ku lagi, benci mengalir pada nadi-nadi tubuh, darahku kaku mengetahui ternyata kamu sudah mempunyai kekasih baru. Kamu memegang tanganya, kamu memperlihatkan nya dengan bangga kepada dunia. Aku tersenyum, memberikanmu selamat atas apa yang kamu rasakan. Kamu selalu berganti pasangan, selalu membahagiakan orang yang berada disisimu. Maka ketika aku menjerit menangis karena hatiku hancur oleh sosok lain, kamu yang pertama ku hubungi, kamu yang pertama ingin ku beri tau mengapa aku menangis disaat kala banyak teman-teman ku bertanya apa yang salah denganku.


Dan ternyata aku benar, dipembuktian malam itu, ketika kita pergi jauh dari suasana yang merisihkan perasaanku dan mungkin juga perasaanmu. dan hanya kamu yang bisa mengembalikan senyum diwajahku, bahkan aku masih bisa tertawa disaat aku menangis karena hal lain. Taukah kamu, ada sosok lain yang menyakitiku. Apa kamu tak mau menyuruhnya agar menjauhiku? Kamu itu pendiam, ketika bersamaku kamu tak pernah banyak bicara. Ketika aku mengoceh bercerita kamu hanya tersenyum memandang wajahku dengan khas matamu itu.


Aku tak pernah menginginkan kisah dulu terulang agar aku tak pernah meninggalkanmu pergi seperti waktu dulu. Aku ingin kamu. Namun saat ini, melihat kamu yang ternyata telah menemukan bahagia mu, aku malah semakin lelah karena penyesalan ku mengapa dulu aku mengabaikanmu. Aku marah mengapa baru sekarang aku menyadari bahwa sosok mu adalah belahan-belahan hatiku yang sudah Tuhan ciptakan beberapa bagian agar yang tak sempurna akan menjadi sempurna.


Dan sepertinya aku ingin bertanya satu hal padamu. Apakah perasaanmu masih sama terhadapku? Seperti dulu?

Rabu, 20 November 2013

Entah

Masih dalam waktu yang sama, kesendirian. Masih berada di posisi yang sama, kesepian. Masih menahan kekosongan hati, sendirian. Aku tak keberatan, jika memang hati ingin lebih lama berdiam diri dengan kesendirian. itu tak memberatkan langkahku untuk berjalan. Tak ada keluhan mengapa hati masih bertahan dengan kehampaan. Tapi apakah tidak lebih baik jika berjalan dengan bergandengan tangan? Menghabiskan malam dengan tawa keceriaan bersama kebahagiaan, tentu dengan keberadaan dua orang. Apakah tidak lebih baik jika hidup berwarna karena seseorang? Apakah aku mulai merindukan kenyataan itu?

Selalu menanyakan jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan oleh temaram, sebisa mungkin aku pertahankan karena gelap malam belum saja memberikan jawaban. Ada apa dengan ku? Sudah mulai bosan kah aku dengan kesendirian ku? Banyak bayangan yang datang dan pergi, namun tak pernah ku hiraukan karena hati ku masih memilih untuk sendiri, tak banyak bergerak menepis bayangan yang memilih untuk diam lebih lama atau memilih untuk meninggalkan. Entah apa yang ingin ku tunjukan, yang ingin ku perlihatkan mengapa aku masih tahan dengan kesendirian.

Perhatian yang sudah asing ku rasakan, sebuah pengharapan yang mulai sirna karena rindu yang sudah tak pernah ku hiraukan. Atas nama masa lalu, ku jamin mereka telah lama pergi dari hidupku. Bukan salah masa lalu mengapa aku masih diam membisu, kenangan pahit sudah mulai membuka pada hatiku, luka yang menyakitkan sudah mulai tak ku rasa. Karena waktu ku percaya bahwa semua akan berjalan sempurna jika ku andalkan semua pada keinginan untuk merubah segalanya menjadi lebih indah.

Belum mengerti, dan masih belum bisa memahami mengapa sendiri adalah pilihan saat ini. Jika aku masih bisa bahagia tanpa hati yang terisi, lalu mengapa ada sela-sela ruangan yang mulai mengambang karena terlalu lama dibiarkan. Menjadi penuh debu kesendirian akan kekosongan. Haruskan ku mulai dari awal? Haruskah sekarang? Namun, apapun pilihan hatiku. Aku mohon, tolong lah jangan biarkan hati ini rentang untuk kedua kalinya. Jangan memberi hati pada orang yang masih belum mengerti atas keheningan angin pemberi ketentraman atas perasaan yang membahagiakan.

 Entah kapan, namun jika bukan sekarang, tolonglah biarkan hati ini merasakan kebebasan tanpa merasakan kecemasan atas hati ku yang memang telah hilang. Dan untuk entah siapa sosok yang akan mempulangkan aku pada hati itu, tolong lah agar belajar sabar dan memahami atas tingkah ku yang mungkin telah lupa bagaimana mempercayai hati yang katanya akan mencintai. Terimakasih.

Minggu, 17 November 2013

Repetisi Hati

Aku tidak pernah berfikir apa yang paling aku inginkan dalam hidup yang menurut orang terlalu singkat untuk dipakai secara cuma-cuma. Terlalu lelah tubuhku meneruskan permainan yang belum saja menaiki level berikutnya. Sudah banyak peristiwa yang ku alami dengan menggunakan hati. Sudah seringkali aku merasakan sakit akan kehilangan sesuatu yang tak pernah aku miliki. Dan sudah aku lakukan untuk mendapatkan yang terbaik untuk hidupku yang kurang baik.

Banyak hati yang sudah aku lewati, dan disalah satunya tak ada yang memintaku untuk tetap tinggal lebih lama lagi, atau sekedar menahan agar aku tak meninggalkannya. Pernah berfikir untuk pura-pura tak peduli akan kekosongan hati. Untuk pura-pura tak peduli seberapa banyak luka itu pernah hadir, pura-pura tak mengetahui bahwa orang yang telah ku tinggal pergi ternyata sudah bahagia dengan yang lain, dan pura-pura tak menyadari bahwa selama ini aku kesepian karena cinta ku yang selalu hilang.

Aku pernah mencintai yang tak pernah dicintai, aku pernah melepaskan seseorang yang ku cintai untuk orang yang tak pernah ku kenali, aku pernah melepaskan orang yang ku cintai tanpa merasakan memilikinya, aku pernah melepas sesuatu yang seharusnya tak pernah ku lepas. Dan pelepasan yang terakhir, aku pernah melepaskan tanpa menanyakan terlebih dulu akan hati nya yang telah kutinggalkan. Aku pernah mengalah, pernah pergi tanpa mendengar kepastian lebih jelas lagi.

Sudah terlalu jauh hati meninggalkan serpihan masa lalu, sudah ku lupakan jauh arti luka yang pernah menggores dihatiku, sudah seharusnya aku membuka hati untuk yang baru. Namun jatuh cinta tak pernah sesederha itu. Harus ku fikirkan lebih jauh bagaimana hati ku menanggapi semua perasaan itu. Apakah menerima atau malah mengabaikan (lagi). Apa yang terjadi pada hati yang terlalu lama sendiri bukanlah kesalahan masa lalu yang masih membayangi, hati yang masih sendiri bukan atas kesalahan luka hati. Tapi bagaimana menanggapi hati yang telah mati karena kekosongan yang terlalu dini.

Sudah memutuskan untuk bahagia tanpa mempermasalahkan hati, terbang tinggi tanpa sulit memikirkan kapan aku terjatuh lagi. Pengharapan kini terasa lagi, keajaiban cinta akan terasa pada hati yang benar-benar merasakan kehadiranya. Jatuh cinta pada hati, itu masalah waktu akan berhenti tepat pada dua hati yang saling mencintai.

Kamis, 14 November 2013

Dia Itu Adalah

Dia Adalah….
Dia adalah pengkhianat perasaan menyakitkan, dia adalah guru untuk aku belajar mencintai tanpa syarat apapun, dia adalah sosok nyata yang selalu aku cinta. Bukan dia namanya jika dia tak bisa mengatasi permasalahan ku. Ada kala disaat aku membenci dia yang terlihat menakutkan. Dia adalah semua jawaban atas semua pertanyaan yang ku lontorkan tentang ketulusan. Dia adalah laki-laki yang bisa mencintaiku apa adanya.

Dia Adalah… sosok manusia yang sempurna. Dia tidak pernah mencoba untuk meninggalkan sosok ku yang terkadang sangat menyebalkan. Dia adalah dia yang tidak pernah berubah untuk terlihat dihadapanku. Dia adalah wajah yang selalu berusaha semangat meskipun tubuh nya telah lelah, dia adalah bibir manis yang selalu mencoba agar selalu terlihat tersenyum meskipun dia merasa sedih. Dia adalah sempurna, sosok manusia yang ku impikan sejak lama.

Dia adalah… tubuh yang kuat, selalu menompang beban ku yang sudah tak bisa ku panggul, dia adalah cintaku.

Malam itu, aku sedang tersiksa dikamarku, menangis tersedu-sedu karena penyakitku. Tubuhku memerah menimbulkan luka dalam karena selalu ku oleskan obat keras agar semunya tak terasa gatal. Dengan manis nya dia menyuruhku tidur dengan kaki yang berada dalam pangkuan nya, dalam lelah nya dia mengusap-ngusap telapak kaki ku yang sudah memar memerah dengan parah sampai aku tertidur.

Pagi  itu, aku berusaha agar terlihat tersenyum dengan wajah ku yang kusam. Dan dia dengan gampang nya membuat aku tersenyum lagi. Ketika aku merasa terluka oleh orang-orang diluar sana, dia selalu membuatku kembali merasa berarti untuk hidupku sendiri. Dia adalah pahlawan disetiap kejadian menyakitkan dihidupku. setiap kali aku akan berangkat dia selalu menjadi orang pertama yang mengatakan "Hati-hati", dan selalu seperti itu, tak pernah sekalipun dia tak mengucapkan kalimat itu. mungkin itu adalah peringatan Tuhan untuk menjaga ku setiap saat.            

Senja itu, wajah ku sembab, alunan kata-kata pembicaraan ku sungguh berantakan. Aku menutupi seluruh wajahku dengan lengan yang memerah karena darah. Tanganku terluka, tapi bukan itu yang membuatku menangis. Di dalam diriku ada yang terluka parah, hatiku.  Komitmen yang dulu ku jalani dengan orang yang ku cintai ternyata sudah terabaikan cukup lama. Aku putus cinta, aku kecewa, dan aku merasa terbodohi oleh sosok yang ku dambakan pada dia. Dan dengan sikap nya yang seperti biasa, dia hanya tersenyum, duduk didepanku dan mulai menatapku. Katanya, aku terlalu manis untuk menangisi sosok yang harusnya ku tinggalkan sejak dulu. Dia mulai bertanya mengapa aku menangis seperti orang yang kehilangan jati diri, padahal menurutunya, hidupku akan lebih baik jika meninggalkan sosok yang selalu menyakiti hatiku. Dia adalah penenang ketika aku merasa  ingin berontak.

Dia adalah… penompang beban kehidupan dalam hidupku. Membantuku menompang tubuh yang sudah benar-benar kaku, mengangangkat kaki ku yang mulai kelelahan akan hidup, memelukku ketika aku merasa terabaikan oleh hidupku, dan dia adalah sosok nyata ciptaan Tuhan yang sempurna.


Dia adalah… sosok malaikat nyata berparas tampan dari Tuhan untuk ku. Sampai ketika aku telah dewasa pun benar-benar hanya dia yang membuat ku merasa bahwa aku mendapatkan peran penting dihidupku. Ya, seperti itu.


Dia adalah… laki-laki yang tak pernah bertahan lama tidak melihat wajahku, tidak pernah berbuat kasar padaku, tak pernah berhenti mempertahankan aku, tidak pernah suka melihatku terpuruk karena kesakitan, tidak pernah membiarkan aku tersakiti oleh hal lain, tidak pernah berhenti mencintaiku.


Dia adalah... dia. Dia yang selalu membuatku tertawa, memberikan lelucon meskipun sebenarnya itu sama sekali tak terdengar lucu. dia hanyalah laki-laki biasa yang membuatku terasa lebih bermakna. Dia selalu membuat hari ku lebih berwarna, dia yang selalu mengerti akan hadirku yang selalu ingin terlihat sempurna. Dia tidak pernah sehari pun berubah. 


Dia adalah... tujuan aku berdoa pada Tuhan disetiap malam. Tuhan, jaga dia dalam tidurnya, peluk dia ketika merasa kelelahan, rangkul dia ketika dia merasa kesepian. Dia adalah keajaiban yang kau berikan untuk ku. jangan pernah membiarkan dia merasa sangat kelelahan, jangan pernah lelahkan hati nya untuk berharap akan aku yang akan berubah menjadi manusia hebat. aku ingin mewujudkan semua harapan nya. Tuhan, tolong sampaikan betapa aku mencintai nya. Dia adalah laki-laki yang tidak pernah menghilang, selalu ada, dan akan selalu ada, selamanya.


Dia adalah.. Ayahku.


12 November 2013, selamat hari Ayah untuk laki-laki terhebat yang selalu ku nomor satukan.

Kamis, 31 Oktober 2013

Sekedar Tau

Aku tau…
Aku tau ketika kita sedang bertatap muka di senja itu ada yang lain dari balik pandangan kita berdua. Meskipun semuanya terlihat tak ada yang berbeda, tapi aku tau ada yang berbeda dengan kamu, tatapanmu seperti sedang terguncang hebat ketika melihat ku pertama kali. Atau mungkin hanya perasaan ku saja? Tapi… aku tau ada perasaan kamu yang ingin menjabat tangan ku tepat ketika kita saling melempar senyum. Benarkah?

Aku tau… ketika kita mulai berbicara, ada perasaan ku yang selalu ingin bertanya  saat kamu menatapku, aku tau didalam hatiku aku ingin mulai tau tentang kamu. Kamu itu misterius, selalu tersenyum ketika menatap wajahku, selalu mengusap rambutku meskipun aku sedang tak  mearasa sedih. Aku suka caramu memperlakukanku, aku suka senyumu ketika sedang memandangku, aku suka gaya bicaramu yang seolah aku adalah orang yang istimewa untukmu, aku suka semua tentangmu, dan aku tau bahwa kamu tau perasaanku padamu, dan aku tau kamu selalu berpura-pura terlihat seolah kamu tak tau.

Sore itu adalah senja yang ke-14 setelah aku bertemu dengan kamu. Kamu mulai memperhatikanku. Senja yang membuat kita saling bertemu, senja yang membuat aku mulai mengerti semua tentang kamu, dan senja yang paling tau tentang hatiku, bukan hatimu. Aku tau kamu selalu menutup rapat perasaanmu agar tak ada satupun orang yang mengetahuinya, termasuk senja kita,

Aku tau akhir-akhir ini kamu mulai merasa bahwa ada yang salah dengan kita. Aku tau kamu mulai tau bahwa perhatianku bukan lagi berdasarkan hanya tentang kepedulianku. Aku tau kamu sudah tau bahwa aku sudah tak ingin menjadi temanmu, aku menginginkan kamu, aku ingin menggenggam tanganmu ketika kita sedang melihat senja, dan aku tau bahwa kamu menyadari semuanya meskipun aku tau bahwa kamu selalu berpura-pura tidak mengetahuinya.

Hanya senja yang menjadi teman pembicaraanku tentang perasaanku yang mulai menggebu. Kemana kamu? Kamu selalu terlihat kaku ketika aku mulai ingin membicarakan tentang kepedulianku yang berlebihan padamu. Aku tau kamu sudah mengetahui segalanya, dan aku tau kamu juga menginginkan aku. Lalu ada apa denganmu? Kamu membuatku ingin terbang memeluk senja, meskipun akan tergores luka tapi akhirnya aku pasti akan tau tentang hatimu bukan? Aku tau kamu mengerti betul mauku, dan aku tau kamu selalu merasa bahwa itu hanyalah perasaan semu.

Hatiku mulai merintih melihat kamu yang semakin memperlihatkan kelucuan mu tentang semua perasaanku. Aku tau kamu mengerti, dan aku juga tau kamu mencoba agar terlihat bodoh. Aku tau kamu ingin memperlakukanku sebagai kekasihmu, dan aku tau kamu selalu berusaha memperlakukanku seolah aku adalah sahabat kecilmu. Aku tau kamu tersiksa karena perasaan cintamu padaku, dan aku tau kamu selalu merasa bahagia ada atau tidak nya perasaanku yang utuh berada dalam hatimu. Aku tau kamu selalu memperdulikanku, dan aku tau kamu selalu berusaha agar tak terlihat peduli padaku. Aku tau kamu ikut menangis ketika melihatku sakit, dan aku tau kamu mencoba terlihat tegar dihadapanku. Aku tau kamu menginginkan aku, dan aku juga tau kamu selalu tidak memperdulikan itu. Aku tau bahwa hatiku hanya milikmu, dan aku tau kamu mengetahui itu. Tapi aku dan kamu sama-sama memperlihatkan bahwa itu hanyalah perasaan semu.

Aku menyukai senja, dan aku tau kamu pun menyukai senja sama sepertiku. Aku tau karena kita sama-sama bertemu cinta dengan senja sebagai orang ketiga. Kita adalah cinta segitiga, aku, kamu, dan senja.  Aku tau bahwa kamu tau aku menyukai kamu melebihi senja, dan aku tau bahwa aku adalah orang ke dua setelah senja dihatimu.  Tapi bagiku, dalam tau ku… kamu hanya menyukaiku.
Kamu begitu manis ketika sedang menatap senja, ketika senja mulai menghilang aku tau kamu selalu menutup matamu seakan berdoa, dan aku tau bahwa kamu berdoa agar perbedaan kita ditepis oleh senja.

Kamu adalah sosok yang indah selain senja. Kamu adalah kepingan-kepingan keindahan senja yang menjelma menjadi manusia, kamu seperti malaikat dibalik senjaku. Ceritaku terasa berwarna jika ada kamu dan senja. Aku tau bahwa kamu selalu mendoakan aku dengan lipatan tangan itu, aku tau kamu selalu menatap ku disamping senja ku, aku tau kamu selalu berusaha agar terlihat tak berbeda dihadapanku, aku tau kamu selalu berusaha ada disampingku jika aku mengajakmu mengarungi suhu minggu pagi yang sejuk nya seperti air telaga surga, meskipun kamu selalu menolaknya, aku tau kamu selalu merasa bersalah jika aku harus menunggumu berjam-jam lamanya disebrang jalan tempat kamu bicara dengan Tuhan mu, aku tau kamu adalah manusia yang berbeda dari yang lain.

Jika aku dan kamu tidak bisa menepis senja, mengapa kita tak mencoba menepis perbedaan. Aku dan kamu seperti senja yang menjadi pacuan perbedaan kita. Tidak semua orang menyukai senja, tapi senja tak pernah memperlihatkan kekecewaanya, senja tetap terlihat indah, memberikan kenyaman untuk orang-orang yang menyukainya. Aku dan kamu mempunyai perbedaan namun saling menyukai senja yang sama. Aku tau kamu selalu berharap kita bisa saling berdoa ditempat yang sama, dan aku tau kamu selalu berpura-pura merasa nyaman meskipun kamu tau kamu berbeda. Aku tau kamu selalu tak focus menyebut yesus jika sedang bersamaku, dan aku tau kamu selalu mencoba untuk memperlihatkan senyum damai itu padaku. Aku tau kamu mengetahui bahwa aku selalu ingin mengucap bismillah sambil memegang tanganmu, dan aku tau kamu selalu mencoba sabar untuk memberi ku pengertian bahwa kita adalah orang yang istimewa dengan perbedaan.

Aku tau kamu mencintaiku dengan perbedaan itu, dan aku tau kamu selalu berpura-pura agar terlihat tak memperdulikan perbedaan kita. Aku tau aku tak pernah bisa menemanimu untuk berterimakasih kepada Tuhan mu karena sudah mempertemukan kita, dan aku tau bahwa kamu tau aku selalu ingin terlihat sempurna dimatamu.

Meskipun kita berdoa dengan cara yang berbeda, dengan bahasa yang berbeda, dengan memanggil Tuhan dengan nama yang berebeda, aku tau… aku dan kamu selalu mengucap amin dengan nada yang se- irama. Aku tau kamu tau akan itu.

Meskipun senja kita selalu terlihat semu, tapi indahnya selalu menutup perbedaan antara aku dan kamu, juga perasaan aku, mungkin juga kamu.

Minggu, 27 Oktober 2013

Senja Rindu yang Terluka.

Akhir-akhir ini semesta selalu menangis, menurunkan sejumlah tetesan yang sama sekali tak bisa ku hitung sampai sekarang. Ingin bertanya, namun ada yang berbeda… senjaku terlihat sangat indah. Membayangkan nya lagi sungguh membuatku ingin kembali, tapi tidak sepenuhnya melihatnya lagi.


Hanya saja mulutku enggan berkata yang sebenarnya

Hanya saja luka membicarakan kepedihanya

Hanya saja hati menyuarakan rintihan pada kepergian


Akulah lelah, akulah gundah

Akulah pedih, dan akulah sedih


Aku beranjak selamatkan hati meski mengutuk diri; mengembalikan semua perasaan seperti semula. Yang selalu mengatas segalakan sesuatu nya hanya untukmu.


Setelah kamu memutuskan untuk pergi meninggalkan aku bereserta semua masa ketika aku dan kamu sama-sama merangkai kata dengan keadaan melihat senja. Kita menikmati suasana indah nya senja, tak ada pembicaraan yang menarik selain mimpi yang kita bangun bersama ditemani senja. Kamu ingat?


Semuanya menyukai senja. Begitupun ketika aku menyamakan kamu dengan senja indah yang menghilirkan segala kenangan, memberatkan pengharapan terjauh dari segala kepedihan.

Aku memilih menahan mu tetap diam disisiku meskipun senja akan berubah menjadi gelap gulita yang indah.

Kamu masih terlihat tak suka, tapi bagaimanapun aku tau kamu suka melihat ku selalu terbuai oleh senja. Kamu cemburu pada senjaku, sedangkan aku cemburu pada hidupmu yang terlihat seperti tak pernah sekalipun memperdulikanku. Betapa dengan susah payah nya aku menahan pedih bersama senja.


Aku dan kamu, juga senja pernah ada diatas perjanjian cinta yang hanya semesta menjadi saksinya. Aku dan kamu, juga senja pernah sama-sama terbuai oleh keindahan mimpi dan pengharapan satu sama lain di dalam hati. Aku dan kamu, juga senja pernah berbarengan menahan sendu-sendu tangis yang akhirnya mempertemukan semuanya dengan tangisan dalam penuh kekecewaan.


Karena senja selalu menawarkan cerita beserta kenanganya, dan kenapa kamu membuat luka di balik senja juga?

Senja terindah, senja terluka. Berlalu mengantar malam bersama temaram, dimana kesepian menyelimuti semestaku.

Senja itu tak kembali, senja sesaat dan melukai, menyisakan ceritanya.


Dan aku akan menjadi malam, menutup semua senja kenangan dan senja yang menyakitkan.

Dan aku akan menjadi pagi, mengawali harapan baru saat embum mencintai dedaunan.

Dan aku akan menjadi siang, saat semua terlupakan pada gelak tawa kiasan pelipur lara.

Namun senja tetap senja, dia tetap saja kembali mengemas kenangan disetiap hadirnya


Dulu… egoisku memaksamu untuk menyaksikan senja bersamaku.


Kamu membuang senyum manis itu. Padahal senja yang sempurna adalah ketika kamu benar-benar tersenyum dan itu kearahku.


Kamu membuatku sadar, senja memang tak selalu jingga. Dan kamu membuatku mengerti, kepalsuan senyuman adalah warna terkelam yang pernah aku liat meski dengan kasat mata.


Ku fikir,ketika senja memutuskan untuk berubah menjadi malam, sosok terang dalam kegepalan ku pun menghilang.

Kali ini aku benar-benar menyaksikan senja seorang diri, tanpa kamu yang dulunya menjadi sandaran agar pandanganku tak terlalu kearah atas. Aku tetap ingin berada dalam penjagaan jari-jemarimu, sayang.


Singgahku tentang senja tetap saja membuatku perih bila tanpamu…

Benakku menatap senja tetap saja berangan tentang hadirmu…


Namun kamu telah temukan tempat menatap senja yang lebih indah bersamanya, lantas disenja manakah kita bisa bertemu kembali?

Kamis, 17 Oktober 2013

Tapi Kali Ini Aku Berbeda.

Sudah 2 bulan aku menyaksikan senja seorang diri. Mengisi bait-bait puisi yang ku rakit dari pedih menahan rindu akan kamu. Melihat layar ponsel yang tak pernah berubah di setiap menjelang pagi, dan juga harus mandiri tidak meminta peringatan ketika akan makan siang. Semua begitu hampa, tanpamu semuanya kosong.

Kemudian dari pada meminta pertolongan tentang semua kenangan yang mencekam setiap malam, aku lebih memilih untuk tetap diam. Merasakan nya dengan kenikmatan bercerita kepada Tuhan tentang rindu yang kupendam. Begitu elok nya setiap doa yang kusampaikan dengan rahasia yang aku dan Tuhan yang memegang kunci akan keterbukaan sosok kamu pada malam.

Rindu yang memuncak terkadang menjelma menjadi kamu, dan aku yang memendam semua hal tentang rindu hanya bisa berdekap kepada malam. Berbisik bahwa aku ingin bisa seperti kamu, yang sudah bahagia dengan kekasih baru. tapi aku pun tak ingin terburu-buru seperti kamu, seperti seseorang yang tak bisa hidup tanpa kasih, sungguh memalukan nya kamu. Aku yang melihat kamu berubah menjadi seseorang yang menjelma menjadi bajingan hanya bisa merasa iba. Haha aku bercanda :p

Setelah perpisahan menjadi jarak. Selain aku sibuk memendam rindu akan masa lalu, ternyata aku sangat rindu menjadi diriku yang utuh. Dibalik perasaan kehilangan aku memang rindu ketika jari jemari ku hangat oleh sentuhan lain, aku rindu ketika tubuhku kedingin kemudian ditutupi hangat yang instant, aku rindu ucapan romantis-romantis ketika malam tiba masuk melalui ponselku, aku rindu kecupan dari orang yang katanya begitu mencintaiku, dan bahkan aku rindu bagaimana suasana bertengkarnya dari pasangan yang begitu saling mencintai. Aku rindu segalanya, aku rindu melihat walpaper hp ku yang terlihat adalah foto kekasihku, aku rindu berbicara dengan teman-teman ku dengan menceritakan tentang kamu, dan aku rindu ketika malam minggu tiba aku harus berfikir terus-menerus tentang pakaian yang akan aku kenakan hanya untuk mendapatkan perhatianmu.

Tapi kali ini aku berbeda. Dalam fikirku, sudah tak ada keinginan yang mendalam seperti itu lagi, tak ada keinginan untuk mendapatkan dengan cepat sosok yang akan ku cintai lagi. Aku hanya ingin bahagia kali ini karena diriku sendiri yang membuatnya semakin lebih baik.

Munafik kah jika aku bicara bahwa aku sedang tak membutuhkan seorang kekasih? Bukan tidak mampu, hanya belum mau. Aku masih senang melibatkan diriku pada masalah yang disebabkan pula oleh aku. Hanya aku yang menjadi peran utama-nya dalam kisah yang belum terisi oleh sosok kamu yang baru.

Kali ini aku benar-benar merasa telah berada dalam puncak bahagia bersama kebebasan. hatiku mudah rapuh jika harus bertemu dengan kehilangan, rasanya menyakitkan jika harus melepaskan tanpa kita belum pernah merasakan diperjuangkan. Ada saat aku menangis seorang diri dalam gelap malam dan berdoa agar kamu kembali lagi pada duniaku, aku pernah melakukan itu.
Tapi aku berbeda kali ini, bukan aku yang belum bisa melupakan, tapi karena aku yang belum mau memulai.

Untuk kamu, sosok dalam kisah lalu. Selamat atas kisah baru mu, aku bahagia melihat kamu yang sudah bahagia dengan sosok lain. Aku tidak pernah ingin tahu betapa besarnya cinta dia untuk kamu, karena bagiku tak ada cinta yang bisa menyaingi cinta ku untuk kamu. Tapi diluar ke-munafikan ini aku benar-benar bahagia melihat kamu yang sudah bahagia dengan sosok lain. Aku senang melihat kamu tersenyum, meskipun bukan kearah ku.

Aku sungguh tidak cemburu melihat kamu bercumbu dengan sosok baru sedangkan aku disini sedang merindu. Aku sungguh tidak marah ketika kamu sudah tidak memperhatikanku lagi, aku tidak pernah menginginkan kamu kembali, karena menurutku jika suatu saat kamu kembali kamu tak akan datang dengan perasaan yang sama, orang yang kucintai tak mungkin datang dengan wajah yang sama untuk ke-2 kali nya.

Kita benar-benar telah terbuai oleh cinta pada saat itu, saat kita berjanji tak akan pernah saling menyakiti. Meskipun kita berpisah dalam keadaan saling merasa tersakiti. Dalam jarak yang telah berbeda, dalam kebahagiaan kamu dengan sosok yang baru. meskipun belum ada yang mengisi kekosongan hatiku, Tapi kali ini aku berbeda, karena aku benar-benar sangat menikmati kebebasan ini. Aku sangat bahagia, tanpa sosok kamu.