Rabu, 15 Oktober 2014

Need a hug to forget all the pain


Mengapa ada orang-orang yang bisa sebegitu gampangnya membuat hatimu patah? Padahal kamu sama sekali tak tahu letak salahmu dimana, mengapa ada orang-orang yang bisa sebegitu bahagianya tahu kamu sudah tak terlihat tersenyum seperti semula? Padahal kamu sedang membahagiakanya. Mengapa ada orang-orang yang merasa biasa saja setelah membuatmu hancur sampai ke dasar perasaan? Padahal kamu sedang menangis sendirian.

Percayalah, terkadang pertanyaan itu bermunculan dalam kepala. Datang secara tiba-tiba dan tak pernah menghilang dengan waktu cepat. Itu adalah perasaan menyiksa, membuat gelap semua pemikiran dan tindakan.

Ada orang yang sedang mencoba tertawa bahkan saat hatinya terluka. Mengapa bisa? Padahal suara nya semakin melemah karna memaksa menertawakan dirinya yang terlihat menyedihkan sendirian.

Mengapa ada orang-orang yang bisa membuat orang lain tersenyum dengan cepat dan melupakan masalahnya, sedangkan orang itu sendiri sedang mencoba memperbudak bibirnya agar tersenyum lagi pada teman-temanya. Mengapa ada orang-orang yang masih mau membantu orang lain bangkit dalam jatuhnya, sedangkan orang itu sedang tergeletak tak berdaya pada lukanya yang masih basah.

Percayalah, terkadang pertanyaan itu bermunculan dalam kepala. Datang secara perlahan dan selalu menyisakan semua pemikiran menyedihkan tentang kehilangan.

Ada orang yang sedang merasa kuat bahkan saat luka itu menggerogotinya sampai dalam. Mengapa bisa? Padahal dia hanya butuh dijelaskan tentang segala hal yang sedang dia pikirkan.

Tapi tolong, jangan tanya lagi soal dua hari kebelakang. Orang itu sedang tak ingin membahasnya. Kamu cukup memeluknya, orang itu sedang ingin melupakanya.

Jumat, 10 Oktober 2014

Senja Arief

Kami sudah bersama sejak lama, sejak kami berdua berada di bangku sekolah menengah pertama. Saat keluarga nya mengisi rumah sebelah yang sudah kosong berbulan-bulan lamanya, dan saat pria berambut hitam kecoklatan itu menjadi murid baru dikelasku. Aku berteman denganya sampai saat ini, saat kami sudah hampir akan menyelesaikan studi akhir dan akan menjadi sarjana bersama.

Banyak yang mengatakan bahwa kami adalah sepasang kekasih yang tiada hari tanpa perdebatan yang membuat senyum kami menghilang. Sejak kami menjadi semakin dekat banyak pertanyaan apakah kami berpacaran atau hanya berteman, dan salah satu dari kami selalu menjawabnya dengan “bukan”.  Tapi lain hal nya denganku, sejak kami lulus SMA, perasaan ku berubah dari menganggapnya hanya sahabat dekat menjadi sahabat nya tak mau ku lepaskan.

Namanya Arief, pria yang memiliki mata indah itu seakan selalu membuat hariku penuh warna. Arief adalah satu-satunya pria yang mengerti bagaimana menghadapi wanita ceroboh seperti ku. Aku mencintainya, tapi ini adalah rahasia.

*

Kami sudah bersama sejak lama, sejak kami berdua berada di bangku sekolah menengah pertama. Saat keluarga ku pindah ke luar kota karna pekerjaan Ayah, dan saat wanita berambut hitam kemerahan itu menjadi teman pertama di kelas baruku. Aku berteman denganya sampai saat ini, saat kami sudah hampir akan menyelesaikan studi akhir dan akan menjadi sarjana bersama.

Banyak yang mengatakan bahwa kami adalah sepasang kekasih yang tiada hari tanpa perdebatan yang membuat senyum kami menghilang. Sejak kami menjadi semakin dekat banyak pertanyaan apakah kami berpacaran atau hanya berteman, dan salah satu dari kami selalu menjawabnya dengan “bukan”.  Tapi lain hal nya denganku, sejak kami masuk SMA, perasaan ku berubah dari menganggapnya hanya teman wanita ku menjadi teman wanita satu-satunya untukku.

Namanya Senja, wanita yang memiliki senyum paling manis bagiku. Senja adalah satu-satunya wanita yang mengerti bagaimana cara menghadapi pria yang pendiam sepertiku. Aku sangat mencintainya, dan cinta ini akan ku simpan sendirian saja.

*

Hari-hari ku selalu ramai oleh canda kami berdua. Entah hanya perasaanku saja atau bukan tapi arief tak pernah memperdulikan wanita-wanita yang selalu mendekatinya. Arief adalah pria terpintar saat sekolah menengah pertama dulu, dan saat putih abu kami dimulai belum apa-apa arief sudah menjadi kapten basket, dan saat kami berada di university arief akan diangkat menjadi asisten dosen, maka tak heran jika arief banyak dikagumi oleh wanit-wanita cantik itu. Terkadang aku merasa tak nyaman dengan keadaan itu, ditambah mengingat aku hanya wanita ceroboh dan tak pandai berdandan.

Sebenarnya banyak kesempatan yang bisa ku jadikan ungkapkan bahwa selama ini aku juga mengagguminya, memendam perhatian lebih padanya dan cinta diam-diam ku padanya ingin sekali ku utarakan, tapi aku hanya wanita yang tak bisa memulai duluan. Dan pada akhirnya lagi-lagi aku memendam.

*

Hari ku semakin menarik jika bersama dengan senja. Senja adalah wanita yang tak pernah bisa diam, mulut nya selalu bicara dan rambut nya selalu berantakan, dia adalah wanita biasa dan apa adanya yang selalu saja mencuri perhatianku. Meskipun banyak wanita yang mendekatiku tapi hanya senja lah yang ku inginkan. Ada beberapa pria tampan yang selalu saja mendekatinya, memberi dia bunga sampai menjemputnya kerumah untuk pergi sekolah, tapi selama itupun aku tak pernah melihat senja menaggapinya, terkadang aku merasa bukan apa-apa jika dibandingankan dengan mereka.

Sebenarnya setiap kali beretemu, saat matahari dengan anggunya turun kebalik bukti, aku ingin sekali katakan bahwa aku hanya  mencintai senja, sejak lama dan sampai saat ini. Tapi percuma, aku tak pernah ada keberanian untuk memulai semuanya duluan. Dan pada akhirnya lagi-lagi aku memendam.

*

Hari ini adalah hari ulang tahun ku. Aku berharap arief akan menjadikan itu hari yang tak pernah terlupakan olehku.
Dan ternyata benar, arief menjadikan itu hari yang tak pernah terulupakan olehku, karna arief tak mengingat bahwa hari ini adalah hari ulang tahun ku, semuanya terasa sangat menyakitkan dan aku sangat membencinya. Bahkan ku putuskan untuk tak lagi memendam perasaan ini untuknya, bahkan aku tak pernah tahu apa arief merasakan hal yang sama atau tidak. Aku sudah tak peduli, dan aku akan melupakan perasaan ini. Aku rasa semua sudah cukup sampai disini.

Besok aku akan pergi ke kampus dengan Rangga, bahkan aku terima ajakanya untuk sarapan  bersama.

*

Saat matahari mulai terbenam, aku baru mengingat bahwa hari ini adalah hari ulang tahun senja. Rasa bersalah membuat tugas yang dari tadi sedang ku kerjakan terbuyar. Rasa takut akan kemarahanya menguatkanku untuk tidak dulu menghubunginya. Ku putuskan bahwa besok pagi aku akan mengucapkanya langsung kerumahnya.

*

“hi morning. Mau kemana sih kamu pagi-pagi gini udah cantik?” arief tiba-tiba muncul didepan rumahku

“mau pergi.” Jawabku ketus

“pergi kemana sih? Sama siapa? Ada yang mau aku omongin sama ka..”

Belum selesai arief bicara, suara mobil rangga sudah terdengar didepan rumah, rangga keluar dari mobil dan menggenggam tanganku didepan arief, ada perasaan tak nyaman dengan perlakuan rangga ini. Tapi buatku, tak ada jalan lain selain harus melupakanya.

“jalan-jalan doang sambil mau ke kampus, sama rangga. Tadi kamu mau ngomong apa?” dalam hati aku berharap arief akan melarangku pergi dan menyuruhku untuk tetap bersamanya.

“gak ada apa-apa ko, kamu hati-hati ya. Rangga, titip senja ya.” Arief tersenyum kearah ku yang sedang dibawa rangga pergi kedalam mobil

Aku hanya bisa diam. seperjalanan aku tak ingin membahas apapun dengan rangga, bahkan pembicaraan kami pun entah menjurus kearah mana, yang ku pikirkan hanya arief.

*

Aku bangun pagi sekali, meskipun semalaman aku berlatih bicara romantic didepan senja tak membuatku bangun terlambat, bahkan aku sudah bangun sebelum alarm jam berbunyi. Sunggu jatuh cinta itu membuat segalanya menjadi indah.
Dan karena aku masih saja tak berani untuk mengetuk rumahnya, maka ku putuskan untuk menunggunya keluar rumah. Saat ku lihat senja keluar rumah, aku berlari menghampirinya… dan saat ku lihat senja sudah seperti siap berangkat entah kemana

“hi morning. Mau kemana sih kamu pagi-pagi gini udah cantik?” ku mulai pembicaraan sambil menggodanya, meskipun pada kenyataanya senja memang terlihat cantik

“mau pergi.” Jawabnya dengan ketus

“pergi kemana sih? Sama siapa? Ada yang mau aku omongin sama ka..” ku percepat bicaraku

Tapi belum selesai aku bicara, ada suara mobil entah siapa yang sudah terdengar didepan rumah senja, dan ternyata rangga keluar dari mobil dan menggenggam tangan senja tanpa menyapaku terlebih dulu. Saat melihat senja hanya diam saja tanganya digenggam erat oleh rangga, aku hanya bisa diam tak bicara. Rasanya sungguh menyakitkan.

“jalan-jalan doang sambil mau ke kampus, sama rangga. Tadi kamu mau ngomong apa?” senja meneruskan pembicaraan kami

“gak ada apa-apa ko, kamu hati-hati ya. Rangga, titip senja ya.” Aku hanya bisa tersenyum kearahnya sambil menahan hati yang sepertinya akan terguling tak berdaya pagi ini. Ingin rasanya ku raih tangan senja dan membawanya jauh dari rangga. Tapi apa daya aku tak ingin menghancurkan acara nya bersama rangga.

Aku yakin senja sudah menemukan bahagianya.

*

“sudah lama rasanya tak berbicara berdua lagi denganmu” tak sengaja aku bertemu denganya dihalaman depan rumah kami berdua yang bersebelahan

“ya, lima bulan ini kamu terlalu sibuk dengan kekasihmu.” Arief sedikit tertawa

“lalu kamu? Sudah punya kekasih kah?” aku balik bertanya dengan sedikit sinis padanya

“sudah, dan aku bahagia.”

Jawaban yang membuat hatiku teriris. Aku memilih diam dan menangis…

“mengapa kamu menangis? Ada yang salah dengan perkataanku?” arief menatapku khawatir

“bukan rief, ini soal Rangga.”

“kenapa dengan dia? Rangga menyakitimu? Bodoh sekali pria itu. Aku saja tak pernah menyakitimu bukan! Aku juga tak pernah membuatmu menangis” arief terdengar sangat marah sambil berteriak

Apa katamu rief? Kamu tak pernah menyakitiku? Kamu tak pernah membutku menangis? Apa selama ini kamu tak pernah sadar bahwa disetiap pagi menjelang mataku bengkak oleh kelakuan mu yang masih saja tak mengerti akan perasaanku yang begitu besar padamu. Hatiku yang hanya bicara, mulutku hanya diam mendengar arief yang tak berhenti bicara

“kenapa? Apa yang rangga lakukan padamu senja!” arief membentakku

“dia melamarku rief!! Dan aku tak tahu harus menjawab apa?!” tanpa aba-aba aku mengatakan segalanya, hal yang membuatku tak nyaman belakangan ini

Lalu kami hanya sama-sama terdiam.

“aku sangat rindu padamu rief, aku rindu kita yang dulu. Aku membutuhkanmu, aku tak tahu harus menjawab apa.” Aku menangis sejadi-jadinya

“senja, sebahagia itukah kamu dilamar oleh rangga? Sampai menangis didepanku sambil mengatakan bahwa ada pria yang sudah ingin memintamu menjadi wanita didalam hatinya untuk selamanya? Mendampinginya?”               arief tertunduk didepanku

“rief, dari dulu dan sampai saat ini hanya kamu bahagiaku. Dan kamu pun begitu bukan?” dengan bodohnya aku menanyakan itu
“eh tunggu, mungkin kali ini bahagiamu adalah kekasihmu kan rief, kamu sendiri yang mengatakan itu.” Dan dengan bodohnya juga aku menjawab pertanyaanku sendiri

“terima saja jika denganya kamu bahagia,” hanya itu yang ku dengar dari pria yang selama ini ku cintai

“rief, apa kamu mencintaiku?” lagi-lagi aku menanyakan hal bodoh

Arief diam sesaat lalu menjawab “aku pasti akan datang diacara pernikahanmu senja.” Kemudian dia tersenyum

“Dasar pengecut!” ku angkat tubuhku dengan cepat, pergi menjauh darinya, dan tak pernah lagi menatap wajahnya.

*

Malam itu ku lihat senja pulang dengan mobil rangga seperti biasanya, tapi tidak biasanya senja menghampiriku dan memuulai percakapan “sudah lama rasanya tak berbicara berdua lagi denganmu”

“ya, lima bulan ini kamu terlalu sibuk dengan kekasihmu.” Ku jawab seadanya

Tiba-tiba senja menanyakan hal yang membuat hatiku berdegup lebih kencang “lalu kamu? Sudah punya kekasih kah?”

“sudah, dan aku bahagia.” Dan aku berbohong, karna sampai saat ini aku masih tak bisa mengisi hati oleh wanita lain jika didalamnya sudah ada kamu, senja.

Malam itu berubah menjadi malam tersunyi yang pernah ku alami selama dengan senja, lalu kulihat senja menangis.

“mengapa kamu menangis? Ada yang salah dengan perkataanku?”

“bukan rief, ini soal Rangga.” begitu bosan karna nama itu lagi yang keluar dari senja

Tiba-tiba emosi ku meningkat dan amarahku berubah menjadi cacian pada rangga, begitu menyebalkan melihat wanita yang ku cintai harus menangis karna pria yang tak pernah ku kenal dekat “kenapa dengan dia? Rangga menyakitimu? Bodoh sekali pria itu. Aku saja tak pernah menyakitimu bukan! Aku juga tak pernah membuatmu menangis”

Senja hanya diam seolah tak mendengar apa yang sedang kutanyakan

“kenapa? Apa yang rangga lakukan padamu senja!” ku bentak senja tanpa sengaja

“dia melamarku rief!! Dan aku tak tahu harus menjawab apa?!”

Jawaban senja yang begitu membuatku tak berdaya. Aku seakan seperti pria bodoh yang teramat bodoh karna telah membiarkan wanita yang ku cintai sejak lama diminta pria lain untuk dinikahinya.

Lalu kami hanya sama-sama terdiam.

“aku sangat rindu padamu rief, aku rindu kita yang dulu. Aku membutuhkanmu, aku tak tahu harus menjawab apa.” Tiba-tiba senja mengatakan hal yang sama dengan perasaanku

“senja, sebahagia itukah kamu dilamar oleh rangga? Sampai menangis didepanku sambil mengatakan bahwa ada pria yang sudah ingin memintamu menjadi wanita didalam hatinya untuk selamanya? Mendampinginya?”               aku hanya tertunduk

“rief, dari dulu dan sampai saat ini hanya kamu bahagiaku. Dan kamu pun begitu bukan?” senja bertanya seakan memberikanku tamparan bahwa seharusnya aku mengatakan perasaanku yang sebenarnya padanya, bukan berbohong mengatakan bahwa aku sudah bahagia dengan wanita lain.

Dan belum sempai ku jawab, senja sudah bicara terlebih dulu “eh tunggu, mungkin kali ini bahagiamu adalah kekasihmu kan rief, kamu sendiri yang mengatakan itu.”

“terima saja jika denganya kamu bahagia,” hanya itu yang ku bisa katakan untuk wanita yang ku cintai

“rief, apa kamu mencintaiku?” lagi-lagi aku merasa bodoh karna belum saja bisa mengatakan yang sebenarnya

Dan panggil aku bodoh karna yang bisa ku katakan hanyalah “aku pasti akan datang diacara pernikahanmu senja.” Aku hanya bisa tersenyum sambil berharap malam ini hanyalah mimpi buruk yang sebentar lagi akan selesai dengan sendirinya.

“Dasar pengecut!”  kata-kata dari mulut senja yang membuatku semakin merasa menjadi pria paling bodoh sedunia.

*

Hari ini adalah hari pernikahanku dengan rangga, meskipun salah tapi aku sangat berharap arief muncul dan mengatakan bahwa kami bisa bersama seperti dulu lagi. Meskipun mustahil, karna sejak pembicaraan kami malam itu aku dan arief sama-sama tak pernah lagi bertemu, bahkan saat wisuda dikampus kami sebulan yang lalu, aku tak lagi melihatnya.

Waktu berjalan sangat cepat dan hari semakin siang, saat semua akan dimulai ku lihat arief datang dengan jas berwarna hitam, juga rambut hitam kecoklatan yang disisir rapi olehnya membuatku terasa sangat menyedihkan, haruskah semua berakhir seperti ini rief?

Saat acara hampir selesai dan para tamu berhenti berdatangan, aku memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhku diruang rias. Aku memilih untuk sendiri, sampai pria itu muncul lagi untuk pertama kalinya semenjak dia menghilang.

“kamu sangat cantik senja.”

“terima kasih telah datang rief.”

Arief memelukku dan memberikanku surat diamplop putih yang dipadukan dengan warna kuning keemasan seperti langit senja. “semoga kamu bahagia, senja.” Arief pergi begitu saja meninggalkanku yang masih memandangnya.

Aku membuka amplop nya perlahan, dan yang kulihat hanya tulisan.

Selamat berbahagia untuk wanita yang sangat ku cintai sejak lama.

Sahabat terbaikmu, Arief.

“Dasar pengecut! Mengapa tak kau katakan bahwa selama ini kamu  punya perasaan yang sama denganku!” aku menjerit menangis sejadi-jadinya.

*

Sejak pembicaraan malam itu aku memutuskan untuk tak lagi bertemu dengan senja. Sebisa mungkin aku menghindari waktu dan tempat jika kami bisa saja bertemu. Bahkan sat acara wisuda kampus, aku tak menghadirinya karna takut akam bertemu denganya. Bukan karena aku marah padanya, tapi karena aku sedang menghukum diriku sendiri karna sudah bodoh pada perasaan seperti ini.

Sampai saat ku tahu bahwa senja akan mengadakan pernikahan dengan rangga, aku baru menyadari bahwa aku memang tak akan pernah bisa meluapakan wanita ceroboh itu. Perasaanku hancur lebur oleh berita itu, penyesalan kini tak ada artinya. Tapi aku memutuskan untuk datang keacara pernikahanya, meskipun rasanya sangat menyakitkan tapi aku tak ingin mengsia-siakan pertemuan terakhir ku dengan senja. Karena setelah itu ku putuskan akan pindah keluar kota untuk mencari kerja dan tak akan lagi bertemu dengan senja. Meskipun mustahil untuk melupakanya, tapi aku tak akan pernah mau untuk merusak keluarga barunya dengan rangga. Meskipun senja adalah wanita yang ku cintai sejak lama, dia masih akan menjadi sahabat dan wanita satu-satunya untukku.

Saat acara akan dimulai kulihat senja dengan cantiknya memakai gaun pengantin menuju pria yang bukan aku disana. Air mata ku bercucuran saat ku dengar orang-orang sekelilingku bertepuk tangan. Ku tahan perasaanku agar tak terlihat menyedihkan diacara bahagia sahabat terbaikku.

Dan saat ku lihat senja berjalan seorang diri menuju ruang rias, ku hampiri dia perlahan.

“kamu sangat cantik senja.”

“terima kasih telah datang rief.” Wajahnya seakan tak percaya karna melihatku.

Yang bisa ku lakukan hanya memeluknya sambil memberikan surat yang berisi pesan ku untuknya. Setelah itu, aku pergi tanpa ucapan selamat tinggal, aku tak lagi menolehnya seperti yang dia lakukan saat malam terakhir kami bicara. Saat aku tak kuasa melangkahkan lagi kakiku, aku putuskan untuk bersandar sebentar pada tembok yang tak berada jauh dari ruang rias itu, lalu ku dengar senja menjerit sambil berteriak
“Dasar pengecut! Mengapa tak kau katakan bahwa selama ini kamu  punya perasaan yang sama denganku!”

Kau tahu apa yang bisa ku lakukan saat itu? Menangis tanpa memikirkan bagaimana menahan malu dari banyak pasang mata yang melihatku. Begitu penyesalan kini sedang menggerogotiku dari dalam, hatiku hancur tak karuan.
Kini cinta tak ada artinya karna aku hanya menangisi perasaan pada wanita yang sudah menjadi pendamping pria lain untuk selamanya.

Kini untuk menyesal pun ku rasa sudah terlambat.