Minggu, 22 Februari 2015

Untukmu saja


\
Teruntuk,
Seseorang yang (pernah) sangat begitu ku cinta.

Maaf jika aku katakan pernah. Karena sekarang aku merasa tak begitu sangat. Mungkin kali ini aku tak lagi bisa menuliskan mu kata-kata manis yang bisa membuatmu merasa sangat dipentingkan dalam hidupku. Mungkin memang penting. Tapi kali ini aku merasa itu tak begitu sangat penting. Ah, apa aku terlalu banyak menggunakan kata “mungkin?”

Mungkin aku terlalu pemarah atau mungkin aku terlalu perasa? Ah, lagi-lagi aku menggunakan kata “Mungkin”. Aku terlalu bingung untuk bagaimana mengatakan soal perasaan ku yang sudah begitu terasa menganehkan buatku.

Aku tak membencimu apalagi harus merasa bahwa kamu sudah tak lagi layak berada disampingku. Aku masih mencintaimu seperti kala aku merasa kamu adalah panutan dari segala langkah kaki yang membingungkan. Tapi sekarang aku merasa kau begitu sangat menjengkelkan.

Pertengkaran kita bulan-bulan lalu menjadi sesuatu yang tak bisa aku lupakan meski sudah ku paksakan. Kau tau? Harusnya aku tak pernah mau tau segala urusan mu, segala apa yang tersembunyi didalam ruang lingkup keluarga ini. Tapi mungkin aku terlalu ceroboh untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, sampai aku mengetahui bahwa malaikatku ternyata tak semurni itu.

Boleh kah aku menyalahkanmu atas semua kesalahan yang sangat ku benci itu?

Aku tak pernah membencimu meskipun belakangan ini kita sudah tak lagi banyak bicara. Karena mungkin aku yang terlalu berdiam diri dan selalu pergi menghilang dari pandanganmu. Aku hanya ingin mengstabilkan lagi perasaan ku terhadapmu. Aku hanya ingin menghilangkan ingatan tentang masalah itu. soal luka yang kini ku rasakan aku sungguh ingin menghilang.

Semoga dari kejadian ini kamu bisa lebih mencintai pria yang ku panggil ayah itu. Ya, bu?


                                                                                                Dari,

                                                                                                Aku.

Sabtu, 21 Februari 2015

Mata Memerah



Teruntuk,
Seseorang yang tak ingin ku sebut namanya sekarang.
Seseorang yang tak pernah pergi meski sudah ku usir berpuluh-puluh kali.

Boleh kah kali ini aku menuliskan mu sesuatu?

Aku sedang mengingatmu tiba dengan sebuah payung yang kau genggam untuk meneduhkan ku dari hujan sore itu, saat kamu berusaha membawa ku bangun dari jatuh yang menghancurkan ku, saat kamu mencoba merangkul ku sampai-sampai payung itu kau lempar jauh dari pandanganku. Saat kamu memaksakan pelukan yang harusnya tak ku lakukan.

Ya, saat kamu mengatakan bahwa kamu mencintaiku. Tak peduli pada jawaban ku, kamu tetap erat memeluk harap yang akhirnya hanya bisa mengecawakan mu. bukan begitu?
Andai semua tak serumit itu, mungkin setelah sore menyedihkan itu, kita bisa memulai hari bahagia dengan cara kita sendiri. Dan aku yang terlalu bodoh untuk tidak mengakui rasa yang telah hadir, saat itu aku hanya takut pengakuan akan merusak sebuah persahabatan.

Sudah sering kamu menyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja seperti apa dugaanmu. Andai kamu tau bahwa beberapa persoalan memang membutuhkan waktu lebih banyak untuk diselesaikan.

Sampai kamu lelah mengejar, sampai persahabatan kita semakin terasa hambar. Sampai malam itu kita memutuskan untuk saling menyelesaikan apa yang sudah kita mulai. Sampai pelukan terakhir kamu mengatakan bahwa “Aku mencintaimu, masa bodoh dengan jawaban mu. Dan aku akan tetap menjadi sahabat baik mu sampai kapanpun.” Detik itu, saat kamu baru saja menutup mulut mu setelah mengeluarkan kalimat itu, saat pelukan itu kau lepaskan dengan begitu cepat, saat tubuh mu samar semakin menjauh tak terlihat, aku baru menyadari bahwa sebuah rasa memang tak bisa dipura-pura kan tak ada meskipun sudah dijaga bahkan untuk seorang sahabat. Dan sayangnya, itu adalah pertemuan kita yang terakhir. Kamu menghilang seakan rasa itu seketiba telah pudar dan tanpa kabar kamu memutuskan untuk pergi jauh dari pandangan. Malam itu aku kehilangan dua hal yang menjadikan penyesalan sampai menghabiskan hitungan bulanan, aku kehilangan sahabat ku dan pria yang mencintaiku dan ku cintai juga.

Maaf jika aku hanya bisa menuliskan sebuah penyesalan sekarang. Aku hanya ingin mengadu manja padamu seperti dulu pada sahabat ku, kau tau? belakangan ini mata ku sering merasa perih dan memerah yang teramat sangat, lalu air mata yang tak kunjung berhenti membasahi pipi.

Hey! Aku berani bersumpah bahwa aku tak menangis.
Hanya saja mata ku terkena infeksi.


                                                                                    Dari,

                                                                                    Sahabat bodoh mu.

Senin, 16 Februari 2015

ALV



Teruntuk,
Teman gila yang sangat mencintai senja dan pencipta kata yang selalu ku sukai karena bermakna.

Sepertinya ini adalah hal yang paling menganehkan yang pernah ku lakukan selama kita berteman. Apalagi jika mengingat cara kita berkenalan dan mulai mendiskusikan banyak hal.

Hi, bagaimana kabar mu sekarang? Ku dengar kesendirian yang cukup lama itu sudah membentuk mu menjadi pria yang bisa menghargai pertemuan, ya? Aku senang mendengar kabar bahwa acara yang terakhir kamu lakukan mendapatkan kesuksesan. Kapan kita bisa memeluk lagi malam dan membuat gebrakan untuk orang-orang yang sering meremehkan sebuah pengharapan? Hahaha. Kupikir, suatu senja nanti kita harus bertemu dan membuat cerita baru tercampur beberapa bait puisi yang sering kali kita buat bersama, dan tak lupa dengan satu cangkir coffee ditangan kita masing-masing.

Kita hanya berlalu-lalang. Tidak pernah saling bertukar kabar, tapi jika ada kesempatan kita selalu membicarakan banyak hal, bahkan sampai menciptakan satu cerita yang bisa dibaca oleh banyak orang. kamu tidak seperti teman pria ku kebanyakan. Kamu bisa menahan ego jika sedang bicara dengan perempuan, kamu bisa mengerti apa yang mereka yakini tanpa harus dikatakan lebih dini.

Seperti kuncup bunga yang sedang berusaha untuk terus terlihat indah dengan cara yang bijaksana, seperti rintik hujan yang terus turun meskipun banyak yang mengeluh, seperti itulah kamu terekam didalam ingatan ketika kita pertama kali berkenalan. Walaupun tidak cukup mengesankan tapi kamu adalah pria tangguh yang pernah ku kenal.

Aku tau kamu pasti bertanya-tanya mengapa aku mengirimkan mu surat cinta, haha jangan berpikir terlalu keras. Aku tidak tau harus mencarimu kemana, ditambah dengan kesibukan masing-masing dari kita yang sulit untuk menemukan waktu yang sama. Disini, aku hanya ingin mengucapkan Terima kasih untuk segala yang pernah kamu lakukan untuk memberikan ku kepercayaan, meskipun untuk diriku seorang. Terima kasih karena pernah mau meluangkan jam tidur mu untuk mendengar semua ocehan aneh ku. Terima kasih karena pernah berani untuk menampar ku sekali untuk pandangan hidup yang jauh lebih baik. Terima kasih karena tak pernah menyerah pada ku untuk mewujudkan apa yang ku impikan

Aku hanya ingin mengatakan bahwa kamu adalah teman yang cukup berperan dalam kelangsungan apa yang ku yakinkan. Ketika banyak orang yang meremehkan apa yang ku percayakan, tapi kamu tetap bertahan di posisi yang selalu membuat ku tahan berdiri meskipun sedang sendiri. Pernah sekali aku merasa bahwa setiap teman itu sama, pembicaraan yang tak kunjung usai karena harus sibuk mencerminkan orang-orang yang tak dikenal. Tapi ternyata kamu berbeda.

Aku percaya meski melalui doa, suatu hari nanti kamu bisa menggenggam dunia dengan tangan mu sendiri. Pesan ku, jangan terlalu memikirkan tentang seseorang, karena aku percaya Tuhan telah mempersiapkan segalanya didepan sana. Perempuan impian mu sedang menunggu untuk kau temukan. Berhati-hati lah dalam memilih jalan, semoga kamu selalu bahagia dimana pun kamu berada. 

                                                            Dari,
                                                            Perempuan pencinta coffee yang aneh ini.

Sabtu, 14 Februari 2015

Pengakuan


Priaku,

Boleh kah ku panggil dengan sebutan itu? aku hanya sedang memikirkan mu tanpa jeda waktu, tanpa mengenal bahwa sekarang sudah pukul dua dini hari dan bukan malam lagi. Aku masih saja belum bisa berhenti merindukan mu bahkan sampai detik aku menulis kata tadi.

Aku tak ingin menanyakan kabar mu, aku tahu kamu pasti baik-baik saja disana. Aku tau ini sudah menjadi entah surat cinta yang keberapa, dan aku tak peduli bahwa kamu masih saja tak pernah membalasnya. Terlewat bahagia kah kamu disana sampai tak pernah lagi menemukan ku meski dalam mimpi? Aku tau kamu tak suka melihat ku menangisi rindu itu yang tak saja kunjung habis, tapi sungguh, air mata ku bukan karena mu, aku hanya saja masih tak bisa menahan ingatan jika sudah menoleh padamu.

Sebenarnya, aku akan membuat pengakuan. Tapi pertama-tama aku ingin mengucapkan Happy Birthday, semoga panjang umur dan sehat selalu. Jangan terlalu marah seperti itu, ini adalah hari bahagiamu, maka aku akan mendoakan hal yang sewajarnya orang doakan pada seseorang yang sedang berulang tahun. Apakah ucapan doa itu cukup untuk menambahkan umur mu? Untuk membawamu kembali lagi padaku? Apa sekarang kamu sudah cukup pintar untuk mengartikan rindu? Dari dulu kamu masih saja tak pernah bisa serius menangapi rasa rindu ku, kamu selalu merasa bahwa kita punya cukup banyak waktu untuk bersama. Iya kah? LIHAT! Bahkan sekarang adalah ke-5 kalinya kamu tak merayakan hari bahagiamu bersama ku. Aku marah sekali padamu jika harus mengingat itu.

Tidak! Aku tidak menangis ketika sedang menulis paragraph tadi. Jangan menganggapku berlebihan, aku benci melihatmu yang pasti akan tertawa menggodaku.

Kau tau, banyak cerita yang ingin ku bagi denganmu. Aku sudah tak tahan jika harus menyimpan segalanya sendirian. Obrolan malam, usaha lawakan, dan perbincangan yang pernah kita lakukan sungguh membuatku tak bisa berhenti membayangkan wajahmu itu, seolah baru kemarin kita bertemu dan bertengkar soal perbedaan. Lagi-lagi hal itu yang terus menganggu pikiran. Aku masih saja tak percaya bahwa kamu sudah tak ada, pergi dahulu meninggalkan aku yang masih belum sempat menyampaikan obrolan yang terhenti karena hujan. Semalaman aku menunggu kabar, dan yang datang adalah sebuah kehilangan.

Ah hentikan! Aku sudah tak bisa lagi menahan butir air mata yang sudah berada diujung kelopak mata, yang siap menetes pada pipi yang biasa kau cubit sampai memerah ini. Maka sudahlah aku tak ingin meneruskan lagi tulisan ini, cukup sampai disini isi surat cinta ini.

Oh ya, perihal pengakuan.
Aku hanya ingin mengatakan bahwa lagi-lagi rindu itu tak bisa ku tahan.
Aku rindu melihatmu sedang berlutut menyelipkan doa di lipatan tangan seperti biasanya. aku rindu kata-kata semangatmu yang bisa menghipnotisku untuk segera meng-amin kan doa mu dalam sujud ku. Dalam doa menghadap kiblat setelah selesai shalat. masihkah kita meng-amin kan doa yang sama? bahkan saat kamu menggenggam erat salib mu dan aku yang sedang berdoa bersama tasbih ku? meskipun banyak orang yang mencaci maki kita, tapi hanya senyum mu yang mampu membuat ku bertahan dengan perbedaan.

Angga, aku rindu mengucapkan Happy Birthday tepat didepan wajahmu.
Semoga kepergianmu hanyalah mimpi buruk, dan setelah aku membuka mata dari tidur panjang ini, kamu sudah menunggu ku diteras rumah untuk merayakanya lagi bersama. Semoga semua itu terulang.  

                                                                                    Tertanda,
                                                                                    Perempuanmu.

Rabu, 11 Februari 2015

Beri Aku, Sedihmu.



Teruntuk,
Gadis yang sudah tak bisa ku hitung sudah berapa kali malam mengeluh soal luka

Ya, surat ketigabelas ini dengan sendiri ku tulis untuk gadis sepertimu, yang aku tak tau pasti seperti apa bentuknya. Haha aku bercanda. Ketika ku tau tema surat cinta kali ini adalah “I Stand By you” entah mengapa yang terpikir olehku hanya kamu, gadis polos yang sering kali tersenyum kearahku tak peduli apa yang sedang kita alami. Aku tau kita lahir dengan berbeda ibu, dari sebuah keluarga yang berbeda, bahkan bentuk wajah pun kita tak sama, tapi aku menyayangimu seperti layaknya saudara. Ah, aku tau kamu sedang tersenyum saat membaca kalimat diatas itu.  maaf jika aku terdengar sedikit membosankan dan lebay, tapi sungguh itu yang ku rasakan. Ya ya, kamu boleh tertawa.

Aku tak ingat sudah berapa lama kita saling mengenal, tapi yang ku rasakan kedekatan ini sungguh menjanjikan. Sudah sejauh ini aku sedikit tau tentang hidupmu, yang mungkin lebih banyak tentang kisah asmara mu. Kamu terlalu memikirkan itu menurutku. Karena aku tau, Tuhan sudah mempersiapkan yang terbaik untuk mu, kamu tak perlu terlalu mencemaskan soal itu. sekarang kamu hanya tinggal menunggu dipertemukan sambil menjalankan hidupmu seperti biasanya agar tak membosankan.

Sebenarnya aku tak peduli pada apa yang kamu alami, yang ku pedulikan bahagaimana akhir dari rasa yang sudah kamu tahan dari masalah ini. Bukan karena aku tidak menjadi pendengar yang baik, tapi aku tak pernah bisa menahan rasa sakit tau kamu menangis karena laki-laki yang bahkan tak ku kenal baik. Kamu adalah gadis tegar dan pintar yang pernah ku kenal di alam semesta ini. Tetaplah jadi gadis yang seperti itu, yang tak pernah mau tersakiti meskipun oleh mereka yang sebenarnya tak pernah tau apa yang sedang kamu jalani.

Soal mereka yang sering menyakiti, janganlah kamu anggap itu terlalu membebani. Mereka tak mengenalmu seperti aku mengenalmu. Mereka hanya sedang mengujimu untuk menjadi seseorang yang lebih bisa berdiri di atas kaki sendiri. Mereka terlau iri, sampai lupa menyadari bahwa kamu adalah gadis biasa yang sama seperti mereka; tak ingin disusik meski satu detik.

Jangan pernah berpikir bahwa disini hanya aku yang peduli. Cobalah untuk menatap kearah lain, sebenarnya lebih banyak yang mencintaimu dibandingkan mereka yang terlalu sering mengabaikanmu. Mungkin ini adalah waktu untuk aku berkata kasar padamu. "Sayang, aku lelah melihatmu seperti gadis yang kehilangan arah hanya karena perasaan yang salah. Aku benci melihatmu rapuh seolah sudah tak ada lagi yang ingin kau raih dengan impianmu. Percayalah bahwa masih ada diluar sana yang akan mengisi kekosangan celah-celah di jarimu itu."

Aku tau mungkin setelah membaca paragraph tadi kamu sedang menangis karena kalimat yang ku tulis membuatmu seakan sedang dikucilkan, iya kan? aku minta maaf. Aku tak pernah sekalipun bermaksud untuk menyakiti hatimu, aku hanya ingin membuatmu berpikir lebih bijak.

Sudah terlalu sering aku menangis dipundak mu itu, mengadu segala keluh kesah ku padamu, kamu adalah pendengar yang baik sekaligus teman yang baik untukkku. Maka kali ini, biarkan aku yang menjadi genggaman mu untuk melupakan segala hal yang menyakitimu belakangan ini. Tak perlu berpikir apa mereka yang sering membuat hatimu patah akan kembali seketika, tapi pikirkanlah bahwa disini ada aku dan orang-orang yang peduli terhadapmu siap untuk membahagiakanmu. 

                                                          Dari,
                                                          Aku yang bahagia memliki teman sepertimu

Minggu, 08 Februari 2015

Surat Cinta Pertama



Teruntuk,
Pria yang suatu hari nanti akan menjadi suami ku kelak.

Hi sayang. Tak pernah sekali saja ku buatkan kau sebuah tulisan, bahkan puisi tak pernah ku pikirkan. Mungkin pernah sewaktu-waktu kamu berpikir kemana perginya istriku yang katanya ingin menjadi penulis tapi tak pernah sekali saja menuliskan sesuatu untukmu bukan? Maafkan istrimu yang selalu membuat onar ini sayang. Terlalu sibuk mengobati luka membuatku lupa memikirkan sosok kamu yang belum saja datang.

Ini adalah surat cinta pertama yang ku tulis untukmu, maka jangan tertawa jika ada kata yang tak tepat, karena aku masih malu untuk mengutarakan.

Sayang, seperti apa kamu ketika suatu hari nanti kita bertemu? Aku tak pernah berani untuk membayangkanya. Bukan karena takut kamu tidak seperti apa yang ku harapkan. Hanya saja, aku tak ingin merusak rasa penasaran yang nantinya akan dipertemukan Tuhan. Jika suatu hari nanti kita bertemu dijalan, jangan ragu untuk menyapaku atau berikan satu isyarat bahwa itu kamu, cukup tersenyum manis kearahku. Ah, aku tau kamu adalah seorang pria yang pasti mempunyai senyum paling manis dan itu hanya untukku. tapi jika kamu adalah tipe orang yang tak sabar bertemu denganku, mungkin jika kita bertemu, kamu akan langsung memelukku bukan? dan tentu bukan dengan kedua lengamu itu, tapi dengan tatapan yang seakan kita sudah dijodohkan semesta yang sudah tau lebih awal tentang takdir kita.

Kamu tentu bukan seperti aku kan? yang selalu mengabaikan orang yang berlalu lalang. Itu adalah alasan mengapa kita dipersatukan, karena kita berbeda. Kamu melengkapi apa yang tidak ada padaku. Dan aku juga memiliki apa yang tidak ada padamu. Bukankah memang seperti itu? Kita adalah dua orang yang sama-sama tak sempurna yang akan menyempurnakan segala hal bersama.

Sebenarnya aku tidak pernah sekalipun tidak memikirkanmu, apalagi melupakanmu. Aku hanya akan menyapamu ketika aku sudah siap. Ketika aku sudah tak lagi sibuk mempermasalahkan soal luka. Aku ingin mempersiapkan hati terbaik untuk menyambutmu datang, aku ingin kamu menghuni hati ku yang memang sudah pantas kau huni selamanya. Tanpa ada batas waktu, tanpa pernah kamu ingin mencari lagi. Aku ingin kamu menjadikanku rumah, bukan tempat singgah. Kita akan mempunyai jalan pulang yang sama.

Jadi sudah sampai mana kamu berjalan mencariku? Apa tak bisa kau gunakan peta? Sayang, mengapa tak kamu gunakan saja google maps? Mungkin dengan cepat kita bisa bertemu seketika. Hehehe aku mulai tak sabar.
Atau mungkin kamu sedang mempersiapkan segala hal? Sayang, kamu tak perlu menjadi siapapun untuk mencintaiku. Cukup sabar ketika menghadapi segala tingkah ku. Aku itu menyebalkan dan sering menangis hanya karna hal kecil. Kamu dengar itu? Pastikan tanganmu kuat untuk memelukku ketika aku merengek ingin dilepaskan, kamu harus tetap disampingku meskipun aku sedang marah dan menyuruhmu pergi. Kamu harus tetap perhatian meskipun aku sedang tak ingin menatap.

Sayang, emosi ku tak pernah bisa ku tahan, maka dari itu selalu ada penyesalan yang berada dalam genggaman. aku orang yang keras kepala dan tak mau mengalah jika itu alasan yang masih tak bisa ku bayangkan. Tapi aku tau kamu pasti mengerti, karena kamu adalah suamiku. Kamu akan menjadi orang yang paling mengerti bagaimana aku.

Aku disini baik-baik saja, aku bisa mengatasi segala luka dan perlahan sembuh. aku sudah mulai jauh lebih baik. Aku sudah tak lagi menangis sendiri, kali ini waktuku habis untuk membaca dan menulis. Jika tidak begitu, mungkin aku sudah tak tau harus bagaimana lagi mengahadapi segala hal yang menggangguku belakangan ini. Tak ada dada yang bisa ku salahkan, tak ada pundak yang bisa ku jadikan penompang beban dan tak ada jari-jemari yang bisa ku genggam. Harusnya kamu yang ada di possisi itu bukan sayang? Tapi tak usah terlalu dipikirkan, jika nanti kita bertemu, aku akan meminta pertanggung jawaban mu dengan menyuruhmu untuk selalu ada disampingku. Kamu dengar itu? hahaha

Sayang, pastikan kamu selalu baik-baik saja dan bahagia, ya?

                                                                                                            Dari,

                                                                                                            Istrimu kelak.

Kamis, 05 Februari 2015

Duduk Saja



Aku sedang berada di salah satu kedai kopi yang masih terbilang baru di kota ku, ini adalah tempat yang ku tahu dari teman ku. Suasana yang nikmat untuk menikmati kopi dan menulis sendiri, itu yang ku dengar darinya.

Suasana diluar kedai kopi ini sedang hujan deras. Itu alasan mengapa aku belum saja pulang, atau mungkin aku memang sedang menunggu malam.

Aku melirik jalanan, banyak yang berlalu lalang orang yang berpasangan terkena hujan, pakaian nya basah dan mereka banyak yang memaksakan. Pikirku, mengapa tak coba meneduh dulu. Tapi mungkin itu alasan mereka sedang mengepakan rindu. Bahkan sekarang aku sedang membayangkan sesuatu yang juga ku rindukan.

Ketika aku sedang menulis ini, ku buka beberapa tab baru dan salah satunya adalah youtube. Menulis ini sambil mendengarkan lagu milik penyanyi asal kota Bandung yang sedang ku sukai belakangan ini, Yura Yunita – Berawal Dari Tatap.

Berawal dari tatap
Indah senyummu memikat
Memikat hatiku yang hampa lara

Lirik awal lagu ini membuat ku rindu akan rasa jatuh cinta pada tatap pertama. Kalimat yang ku tulis tadi mungkin terbaca seperti drama. Tapi terkadang tak bisa pungkiri bahwa aku merindukan senyum seseorang yang bisa membuatku nyaman sampai lupa bahwa aku sedang membutuhkan genggaman.

Senyum membawa tawa
Tawa membawa cerita
Cerita kasih indah tentang kita

Tiga bait lagu ini membuatku tersadar bahwa aku pernah bahagia bersama orang yang mungkin sekarang sudah membahagiakan dan dibahagiakan dengan seseorang yang bukan aku. Sungguh, aku percaya bahwa perpisahan adalah langkah awal untuk kembali menemukan. Tapi biarkan kali ini ku bayangkan tentang kita yang hanya berisi cerita bahagia.

Terkadang ku ragu
Kadang tak percaya
Tapi ku yakin kau milikku

Aku teringat bahwa kamu pernah memperjuangkan akan kesempatan yang ada, maka dari itu aku tak pernah sekalipun ingin memiliki pikiran bahwa semua hanya persinggahan. Aku mencoba untuk yakinkan bahwa cinta yang ada diantara kita itu nyata adanya dan yakin bahwa kau hanya milikku saja.

Kau membuatku bahagia
Disaat hati ini terluka
Kau membuatku tertawa
Disaat hati ini terbawa
Terbawa oleh cintamu untukku
Untuk kita

Perlahan-lahan bahagia itu muncul diantara kita. Bahkan aku tak terlalu memikirkan akan sampai mana kita sama-sama berjuang. Percaya bahwa yang ku jalani sekarang adalah yang akan membawa ku pada kepastian akan menemukan.

Dan saat lagu itu telah habis ku putar berulang-ulang, aku tersadar bahwa ceita kita sudah menjadi usang. Bahkan aku masih bisa mengingat bagaimana kita berpisah dan pergi dengan jalan yang berbeda. Menyakiti dan tersakiti bagiku adalah hal yang memang pasti ada diantara kita. Aku tak peduli lagi sudah berapa banyak kita saling menyakiti, sudah sampai mana kita sama-sama saling berdiam diri seolah kita baik-baik saja. Aku sudah tak lagi menyalahkan mu atas hati mu yang sekarang ternyata sudah lebih dulu menemukan jalan lain pada hati yang lain.

Entah kamu yang terlalu cepat melupakan kita, entah kamu yang memang sudah begitu mencintai dia, entah memang selama ini dihatimu tak lagi ada aku. Aku sudah tak peduli.

Aku hanya akan duduk sendiri menunggu untuk ditemukan lagi. Oleh siapa saja yang ingin membahagiakan.

Ya, aku hanya akan duduk saja.

Rabu, 04 Februari 2015

Surat Pertama Untuk Tatap Pertama



Teruntuk,
Seseorang yang sedang berada dalam pelukan orang.

Tolong tak perlu kau anggap bahwa ini adalah surat cinta. Karena aku tahu, kamu tak terlalu menyukai sesuatu hal yang berlebihan. Tapi sungguh, surat ini tak berlebihan menurutku, aku hanya menuliskanya untuk sebuah pertemuan yang sebenarnya sering ku rindukan, contohnya sekarang.

Kau tahu? Aku menulis ini sambil mendengarkan rekaman suara mu yang kau kirim beberapa bulan lalu. Bukan suara nya yang ku permasalahkan, tapi lirik yang kau coba nyanyikan itu seperti ocehan yang membuatku sadar sedang berada diposisi mana.

Apa kau masih ingat pertama kali kita bertemu? Di dekat warung tempat biasa kau menikmati suasana jalanan. Kamu tertunduk malu seolah kita pernah bertemu. Dan hanya tatap itu yang terekam didalam kepala ku. Tapi bolehkah itu tak ku anggap sebagai pertemuan pertama? Aku tahu kamu pasti sedang terheran-heran bertanya didalam kepala “Mengapa?” hahaha, aku tertawa.

Bagi ku, pertemuan pertama kita adalah saat aku menangis merintih menjerit di pundakmu. Bahu mu itu sungguh menguatkanku. Banyak hal yang kau coba lakukan hanya untuk membuatku berhenti mengeluarkan suara bising. Aku tahu suara tangis ku sangat mengganggumu. Tapi saat itu aku sama sekali tak bisa menahan rasa sakit yang merobek hatiku sedikit demi sedikit. Kamu adalah pria yang mengambil semua perhatianku penuh. Ya, bagaimana mungkin ada pria yang belum begitu saling mengenal lebih tapi mau menemani, memberi bahu, sampai mendengar keluh kesah ku karena cinta yang begitu bodoh telah memberikan luka dihatiku. Begitu istimewa nya kamu.

Aku akan melewati bagian itu dan itu dan seterusnya setelah itu. Aku tak ingin membahas yang sudah menyakitiku lagi kepada mu, aku tahu kamu tak suka itu. Aku hanya ingin membicarakan rindu.

Aku rindu membagi tawa denganmu, aku rindu kita yang saling membahagiakan seperti dulu. Aku tahu itu bukan salahmu jika rasa yang mulai hadir diantara kita tak bisa kau perhitungkan. Dan katakan saja bahwa itu salahku karena tak bisa membedakan mana yang harus ku pilih dan mana yang harus ku tinggalkan. Bodoh nya aku yang tak bisa memberikan kesempatan padamu untuk membuktikan. Tapi jika waktu bisa diputar ulang, aku tak ingin merubah sesuatu hal. Jika kau mengerti menjadi aku, kau akan tahu bahwa apa yang ku lakukan dulu adalah yang terbaik untukmu dan juga untukku.

Aku tahu rasa itu menjadi abu-abu dan itu adalah alasan mengapa setelahnya kamu tak ingin lagi bertemu denganku. Bahkan hanya menjawab sapa ku jika kita bertemu dijalan. Aku tak mempersalahkan mu atas akhir yang seperti ini, karena mungkin salahku yang memberikan rasa sakit yang berlebih atas kecewa yang teramat dalam hatimu dan itu karena keputusan ku.

Darimu aku belajar, bahwa terkadang ada hal yang harus begitu lama kita pertimbangkan. Memilih orang yang ingin kita bahagiakan tak menjamin itu adalah pilihan yang benar. Membahagiakan orang yang kita bahagiakan pun tentu harus membuat kita ikut serta merasa bahagia. Bukan yang membuat kita merasa menjadi seseorang yang dinomor satukan, tapi orang yang membuat kita merasa utuh dan nyaman, maka bahagia sudah berada dalam genggaman.

Meskipun aku dan kamu tak pernah menjadi kita, tapi didalam rasa aku yakinkan bahwa kamu pernah ada.
Terima kasih karena pernah ada dalam kisah.
Biarkan kita hanya menjadi bayangan. Semoga kamu bisa bahagia dengan kekasih yang kau banggakan. 

                                                                               Dari,

                                                                               Perempuan dari tatap pertama.

Minggu, 01 Februari 2015

Cinta Pertama


Teruntuk,
Pria yang sekarang sedang ku lihat sedang menikmati sarapan dimeja makan.

Aku tahu dia pasti akan tertawa jika tahu aku sedang menuliskannya surat cinta. Ini adalah surat cinta pertama yang ku tulis untuknya.

Ketika aku sedang menulis ini, sesekali wajah itu memandangku dengan memperlihatkan keinginan tahuan apa yang sedang ku lakukan. Suara-suara hentakan yang timbul dari tanganku yang terus mengetik membuatnya mengkerutkan kening. Hahaha, sekarang akulah yang tertawa. Posisi meja makan dengan kamar ku bersebrangan, maka tak heran jika aku sedang diperhatikan. Bisa ku tebak, setelah selesai dia makan, dia akan menghampiriku dan mengintip apa yang sedang ku tulis. Ya, aku tahu karena itulah yang selalu Ayah lakukan jika tau aku sedang menulis sesuatu hal.

Pria yang selalu melakukan hal gila hanya supaya aku bisa tertawa, pria yang tak pernah mengenal kata lelah jika dihadapanya aku selalu bahagia. Pria yang membuatku merasa menjadi wanita yang sangat istimewa.

Sesekali aku yang melihat ke arahnya ketika ayah sedang makan. Ku lihat wajahnya yang mulai kusam, keringat yang mengalir dari sela-sela rambutnya membuat ku yakin bahwa ayah adalah pria yang pantas ku cintai sedalam ini. Rambut putihnya sudah mulai terlihat semakin banyak, maka dari itu aku selalu berdoa tak ingin ayah semakin tua. Tubuh nya perlahan membungkuk, aku yakin beban keluarga yang mengalir di sel-sel tubuhnya membuat tulang-tulang nya lelah. Tapi satu hal yang membuat ku tak pernah percaya bahwa dia adalah manusia, yaitu wajah bahagia dan suara tawa nya tak pernah absen meski satu hari saja. Itulah mengapa aku selalu mengatakan bahwa pria ini adalah malaikat yang Tuhan kirimkan.

Ayah adalah satu-satu nya pria yang tak pernah memaksa ku untuk terlihat dewasa. Meskipun umur ku sudah mau menjadi kepala dua, tapi baginya aku hanyalah gadis kecilnya. Aku dan ayah mempunyai kebiasaan yang sama, selalu sama-sama ingin membuat satu sama lain bahagia. Ayah adalah satu-satunya pria yang tak ingin anak perempuanya jatuh cinta, karena baginya cinta perihal mencintai bukan jatuh nya. Nahkan, ayah membuat ku tertawa lagi. Tanggapan ayah yang satu ini selalu membuatku tak bisa berkata apapun. Ayah selalu takut aku mencintai pria lain melebihi cinta ku pada ayah. Dan tanggapan ayah yang satu ini juga membuat ku terawa. Hahaha

Mungkin ayah belum saja paham bahwa hanya dia satu-satunya pria yang membuatku bisa mengenal cinta. Tak peduli berapa kali banyak aku tersakiti karena cinta, aku tahu suatu hari nanti aku bisa merasakan cinta yang harus tak menyakiti. Tak peduli berapa kali banyak aku harus menangis karena pria lain, aku tahu suatu hari nanti aku bisa bertemu dengan pria yang bisa mencintaiku seperti ayah mencintaiku. Dan soal tampan atau tidaknya, aku tak ingin berkomentar, karena ayah selalu mengatakan bahwa tak akan ada lagi pria tampan yang bisa mencintai dengan benar selain dirinya. Percayalah, tanggapan ayah yang satu ini selalu berhasil membuat perut ku sakit karena tertawa tak hentinya. Hahaha

Terlalu serius menuliskan surat cinta, aku sampai tak lagi memperhatikan ayah yang sedang makan ternyata sudah menghilang. Maka sudahlah, aku tak ingin ayah mengetahui isi dari surat cinta ini. Biarkan surat cinta ini menjadi rahasia kecil yang pernah ku tuliskan.

Dan satu hal lagi. Jika ada yang bertanya siapa cinta pertama ku.
Ku jawab, cinta pertama ku adalah Ayah ku.

                                                                                                Dari,

                                                                                                Gadis kecilmu.