Sabtu, 16 April 2016

Bersyukur.



Semakin tumbuh dewasa, semakin banyak hal yang ku syukuri.

Salah satunya adalah aku tak lagi harus mencari. Aku tak perlu lagi mengelilingi bumi dan menyebrangi ribuan bahkan jutaan waktu hanya untuk bertemu dengan pria yang ku impikan sejak dulu, yang bisa setiap hari menghabiskan waktu bersama ku, yang mengerti apa kemauan ku tanpa harus ku beri tahu, yang sedia mau membantu ku kapan pun aku butuh, yang bisa memberikan makan malam romantis setiap sabtu malam, yang sempurna yang bisa ku pamerkan pada teman-teman.

Sampai suatu hari, aku yakin hatiku mengatakan sesuatu; “dialah pria yang ingin kunikahi!” kemudian aku tersenyum. Ternyata semakin tumbuh dewasa, semakin banyak hal yang membuat ku faham. Aku tak lagi menginginkan pria yang ku impi-impikan, aku hanya butuh pria yang mampu bertahan meskipun aku berhasil membuat amarahnya memuncak hebat, aku hanya butuh pria yang bisa menyempatkan waktunya untuk ku ditengah kesibukan pekerjaanya, aku hanya butuh pria yang selalu berusaha membuat ku bahagia meskipun dengan caranya yang sederhana.

Kemudian aku merasa tak ada lagi hal yang perlu ku cemaskan, seperti takut pria ini menghilang meskipun aku membuatnya jengkel berulang-ulang, yang dihadapannya aku bisa menangis dan marah bahkan menyalahkan segala masalah padanya, yang dengannya aku bisa bicara apa saja sampai mengadu keluh kesah atau menceritakan beberapa hal yang sebenarnya tak terlalu penting untuk ku utarakan, seperti misalnya aku tak bisa tidur semalaman hanya karena mata ku gatal.

Lalu aku sadar, semakin tumbuh dewasa, semakin aku yakin bahwa aku tak lagi menginginkan pria yang ku impi-impikan, aku hanya perlu bersyukur memiliki pria yang saat ini ku panggil sayang.