Teruntuk,
Pria yang suatu hari nanti
akan menjadi suami ku kelak.
Hi sayang. Tak pernah
sekali saja ku buatkan kau sebuah tulisan, bahkan puisi tak pernah ku pikirkan.
Mungkin pernah sewaktu-waktu kamu berpikir kemana
perginya istriku yang katanya ingin menjadi penulis tapi tak pernah sekali saja
menuliskan sesuatu untukmu bukan? Maafkan istrimu yang selalu membuat onar
ini sayang. Terlalu sibuk mengobati luka membuatku lupa memikirkan sosok kamu
yang belum saja datang.
Ini adalah surat cinta
pertama yang ku tulis untukmu, maka jangan tertawa jika ada kata yang tak
tepat, karena aku masih malu untuk mengutarakan.
Sayang, seperti apa
kamu ketika suatu hari nanti kita bertemu? Aku tak pernah berani untuk
membayangkanya. Bukan karena takut kamu tidak seperti apa yang ku harapkan. Hanya
saja, aku tak ingin merusak rasa penasaran yang nantinya akan dipertemukan
Tuhan. Jika suatu hari nanti kita bertemu dijalan, jangan ragu untuk menyapaku
atau berikan satu isyarat bahwa itu kamu, cukup tersenyum manis kearahku. Ah,
aku tau kamu adalah seorang pria yang pasti mempunyai senyum paling manis dan
itu hanya untukku. tapi jika kamu adalah tipe orang yang tak sabar bertemu
denganku, mungkin jika kita bertemu, kamu akan langsung memelukku bukan? dan
tentu bukan dengan kedua lengamu itu, tapi dengan tatapan yang seakan kita
sudah dijodohkan semesta yang sudah tau lebih awal tentang takdir kita.
Kamu tentu bukan
seperti aku kan? yang selalu mengabaikan orang yang berlalu lalang. Itu adalah alasan
mengapa kita dipersatukan, karena kita berbeda. Kamu melengkapi apa yang tidak
ada padaku. Dan aku juga memiliki apa yang tidak ada padamu. Bukankah memang
seperti itu? Kita adalah dua orang yang sama-sama tak sempurna yang akan
menyempurnakan segala hal bersama.
Sebenarnya aku tidak pernah sekalipun
tidak memikirkanmu, apalagi melupakanmu. Aku hanya akan menyapamu ketika aku
sudah siap. Ketika aku sudah tak lagi sibuk mempermasalahkan soal luka. Aku ingin
mempersiapkan hati terbaik untuk menyambutmu datang, aku ingin kamu menghuni
hati ku yang memang sudah pantas kau huni selamanya. Tanpa ada batas waktu,
tanpa pernah kamu ingin mencari lagi. Aku ingin kamu menjadikanku rumah, bukan
tempat singgah. Kita akan mempunyai jalan pulang yang sama.
Jadi sudah sampai mana kamu berjalan
mencariku? Apa tak bisa kau gunakan peta? Sayang, mengapa tak kamu gunakan saja
google maps? Mungkin dengan cepat
kita bisa bertemu seketika. Hehehe aku mulai tak sabar.
Atau mungkin kamu sedang mempersiapkan
segala hal? Sayang, kamu tak perlu menjadi siapapun untuk mencintaiku. Cukup sabar
ketika menghadapi segala tingkah ku. Aku itu menyebalkan dan sering menangis
hanya karna hal kecil. Kamu dengar itu? Pastikan tanganmu kuat untuk memelukku
ketika aku merengek ingin dilepaskan, kamu harus tetap disampingku meskipun aku
sedang marah dan menyuruhmu pergi. Kamu harus tetap perhatian meskipun aku
sedang tak ingin menatap.
Sayang, emosi ku tak pernah bisa ku
tahan, maka dari itu selalu ada penyesalan yang berada dalam genggaman. aku
orang yang keras kepala dan tak mau mengalah jika itu alasan yang masih tak
bisa ku bayangkan. Tapi aku tau kamu pasti mengerti, karena kamu adalah
suamiku. Kamu akan menjadi orang yang paling mengerti bagaimana aku.
Aku disini baik-baik saja, aku bisa
mengatasi segala luka dan perlahan sembuh. aku sudah mulai jauh lebih baik. Aku
sudah tak lagi menangis sendiri, kali ini waktuku habis untuk membaca dan
menulis. Jika tidak begitu, mungkin aku sudah tak tau harus bagaimana lagi
mengahadapi segala hal yang menggangguku belakangan ini. Tak ada dada yang bisa
ku salahkan, tak ada pundak yang bisa ku jadikan penompang beban dan tak ada
jari-jemari yang bisa ku genggam. Harusnya kamu yang ada di possisi itu bukan
sayang? Tapi tak usah terlalu dipikirkan, jika nanti kita bertemu, aku akan
meminta pertanggung jawaban mu dengan menyuruhmu untuk selalu ada disampingku. Kamu
dengar itu? hahaha
Sayang, pastikan kamu selalu baik-baik
saja dan bahagia, ya?
Dari,
Istrimu
kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar