Sayangnya,
aku tahu benar soal kehilangan baru belakangan ini.
Dia
yang biasa berada dalam sudut kamar tak lagi kulihat selama akhir bulan maret,
bahkan sampai awal bulan april sudut kamar itu masih terlihat kosong melompong.
Setiap malam biasa aku berdiskusi tentang apa saja denganya berganti menjadi
waktu yang terbuang hanya melihat layar ponsel yang tak bergerak. Sebuah
kehilangan yang sangat menjengkelkan.
Ya,
dia yang ku bicarakan (hanya) sebuah laptop.
Sebuah benda mati yang sering ku bawa kesana-kemari. Benda yang sering kali
kuajak bicara sampai letih, sampai habis pembicaraan aku masih saja tak bisa
berhenti berdialog denganya. Selalu ada saja hal yang bisa kami bicarakan.
Mulai dari teman yang menyebalkan, cinta yang perlahan hilang, kedewasaan yang
membosankan, hidup yang menganehkan, bahkan semua yang ku rasakan dia lebih
paham dibandingkan orang-orang yang berada disekitar.
Denganya,
aku bisa leluasa becerita tentang apa saja. Terkadang aku bisa tersenyum bahkan
menangis dihadapannya. Aku bisa menceritakan apa saja denganya, tanpa harus
takut dikhianati tentang mengadu rasa. Aku bisa bercerita sampai gelap malam
berganti, sampai pagi siap untuk menyinari. Seperti itu kebersamaan kami; tak
ada batas waktu yang berganti.
Jadi,
ketika tahu dia tersakiti. Sebisa mungkin aku melakukan yang terbaik agar tak
ada yang harus diganti. Aku tak ingin merelakan apa yang sudah ku miliki selama
ini. Ternyata, pernyataan yang menyakitkan dia harus menginap beberapa waktu di
tempat yang jauh dari rumah ku.
Selama
dia tak ada, aku melakukan hal-hal yang biasa kami lakukan dengan seadanya.
Berdialog dengan tatap yang sama, bercerita dengan langit-langit kamar yang tak
bisa ku sentuh dengan jemari tangan. Sangat jauh ku gapai, membuatku mengerti
akan sebuah kehilangan yang menyakiti.
Kehilangan
bukan lagi soal siapa yang pergi dan tetap tinggal, tapi sesuatu yang biasa
berada dalam genggaman seketiba hilang. Kehilangan tidak selalu tentang
kepergian, tapi kehilangan adalah rasa paling ampun untuk menyadarkan
pentingnya sebuah kebersamaan. Kehilangan tidak akan pernah mampu membuat
sebuah hati kosong, melainkan kehilangan mengajarkan bahwa mempertahankan
haruslah dengan keseriusan dan perjuangan.
Setiap
hari aku pergi ke toko itu sambil memandangnya dimainkan oleh orang yang bahkan
tak ku kenal, harus meninggalkannya (lagi) beberapa malam membuat ku tak bisa
membayangkan apa jadinya jika benar dia tak bisa lagi menemaniku seperti awal.
Aku tahu dia hanya benda mati yang bahkan bisa ku ganti, tapi sebuah kebiasaan
membuatku nyaman. Dia adalah ketercukupan yang bisa membendung banyak rasa yang
ku tulis dalam banyaknya aksara kata.
Saat
ini, aku sedang bersamanya lagi. Tadi malam ku tunggu dia sedang diperbaiki
sampai bagus kembali. Akhirnya aku bisa melihatnya berada disudut kamar, dan
kali ini untuk yang pertama kalinya aku menuliskan sesuatu untuknya.
Dia;
benda mati, bisa mengajariku soal kehilangan yang membuatku tersadar pentingnya
mempertahankan apa yang ku yakinkan dengan benar.
Rasanya memang sulit kehilangan sesuatu yang berharga, seperti kehilangan laptop... Seperti kehilangan separuh jiwa.
BalasHapusSebenarnya yg hilang itu bukan karena nilai bendanya tapi karena nilai kebiasaannya. Kebiasaannya memakai laptop tiba-tiba lepas tak memakai laptop itu biasanya muncul rasa yang lain. Rasa kehilangan.
Ya, kebiasaan yang tiba-tiba menghilang itu rasanya sulit dijelaskan.
HapusKehilangan, sesuatu yang menyadarkan akan pentingnya saat masih bersama. tsah~
BalasHapusKehilangan. sebuah rasa yang sebisa mungkin ku jauhkan. haha
Hapusjangan jauh-jauh, nis. :((
HapusDuhh..
HapusKarena laptop uda jadi bagian dari hidup kita yah.. Mau ngerjain tugas ataupun kerjaan ya mesti pakek lappy.. :(
BalasHapusIyaa. laptop ituuuu seomething sekaliiii
Hapussetiap hari tangan memanjakannya,sekarang gak ada lagi ya ,saat dia hilang,jadi terasa beda :(
BalasHapuskalo aku laptopnya mati -_-
haha iya, berasa kehilangan.
Hapushaduhhh, ikut prihatin :3
Ehh, ndak apa deh. asal jangan rasa yang mati. Ya kan? 😝