Jumat, 12 Desember 2014

Dewasa


Kau tahu? Ketika aku sedang menulis ini, aku sedang tersenyum merindukan masa-masa lalu, saat jari-jemariku tak pernah lagi basah karna harus membasuh air mata, saat wajah ku tak harus menyembunyikan segala luka, saat hidup ku masih terasa biasa, tanpa pernah merasa hampa.

Terkadang, ada hal-hal yang sama sekali tak bisa kita ubah, seperti menangis dipelukan Ibunda, mengadu keluh kesah karna tak saja mendapatkan kemudahan, atau berteriak memanggil Ayah dengan suara lantang meminta dimanjakan. Itu adalah beberapa hal dari banyaknya hal yang tak bisa kita ubah, karena:

“Dewasa adalah fase dimana kita harus menyelesaikan segala sesuatu dengan cara yang berbeda, mencoba membagi rasa agar tak pernah dikalahkan oleh amarah. Menerima konsekuensi meskipun ada air mata diakhir cerita, dan belajar memilih cara bahagia agar tak ada lagi luka.”

Ketika luka itu hadir kembali, rasanya ingin pergi beranjak selamatkan diri dengan cara menangis dan menyesali yang telah terjadi. Namun dewasa membuat beberapa pilihan karena ternyata tak ada waktu untuk menangis disela-sela malam, bisa karena tugas sudah menunggu untuk dikerjakan, disaat itulah kita berada dalam pilihan; memanjakan luka dengan cara menangisinya semalaman, atau menyelsaikan tugas dengan harap hati tak lagi focus pada luka yang semakin terasa menyakitkan.

Dan jika hidup adalah pilihan maka dewasa harus siap menanggapi kehilangan. Saat hidup sudah dipermainkan oleh keadaan, siapa lagi yang harus menjadi pegangan kalau bukan diri sendiri yang sudah tahu berada dalam banyak kekurangan. Maka dari itu dewasa membuat ku mengerti akan satu hal, mengapa Tuhan menciptakan semua orang berpasangan; karena setiap orang membutuhkan pegangan. Jika dalam ilmu pengetahuan, manusia dikategorikan menjadi makhluk yang bersosial karena tak bisa hidup perorangan.

Dewasa adalah menanggapi suatu permasalahan dengan senyuman, seperti hal gila yang sepertinya tak pernah bisa ku lakukan. Seperti dengan mudahnya menerima luka lalu mengobatinya seketika, kemudian permintaan maaf pun diterima tanpa kata penyesalan diakhir kata. Bolehkah aku tertawa? Jika dewasa adalah hal yang harus ku jalankan, maka aku memilih dewasa dengan cara yang ku inginkan, seperti harus saling menerima dan saling menghargai atas perasaan.

Banyak orang tertawa ketika menanggapi soal cinta, aku pun sama. Cinta adalah suatu rasa yang disebabkan oleh segala sesuatu hal yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, hanya bisa didefiniskan oleh orang-orang dewasa. Seperti halnya cinta adalah soal menerima, membagi perih atas kehidupan yang berbeda, menanggapi segala hal dengan genggaman tangan, dan terlepas jika memang diantara segala masalah sudah tak ada jalan pulang. Cinta bisa begitu amat sangat melukai, dan mengobati tak bisa sendiri. Maka ku simpulkan bahwa dewasa yang menanggapi cinta adalah usaha yang begitu luar biasa agar cinta tak menyakiti kita.

Dewasa itu adalah KITA.

8 komentar:

  1. dewasa menyangkut pemikiran :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. That's. menyangkut sikap, sifat. Ahh, semuanya deh. Hiks

      Hapus
  2. asiiik, quote nya bikin kelepek-kelepek gimana gituuu

    BalasHapus
  3. pola pikir merupakan faktor yang ambil andil besar dalam sikap dewasa ini.
    cukup susah menilai diri sendiri sudah dewasa atau belum~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi intinya mesti simpen cermin besar di sudut kamar, ya?

      Hapus
  4. Dewasa adalah tersenyum melihat orang lain mencela dan menghina kita..krna kita sadar kita pernah melakukan hal yang sama dan akhirnya menyesal..dewasa bukan menunjukan kita lebih tua,namun lebih matang :)

    BalasHapus