Belakangan ini aku
merasa berbeda. Mungkin karena cuaca di kota ini sedang buruk, atau suhu tubuh
ku yang sedang tak menentu. Atau aku hanya sedang ragu. Atau aku merasa gugup.
Setelah dihitung, aku
sudah mengenalnya hampir mendekati dua tahun, mungkin tak sedikit orang yang
beranggapan bahwa itu baru seumur jagung atau bahkan belum sampai seperempat
kehidupan untuk memulai sebuah tujuan, tapi bagiku berbeda, itu sudah cukup lama, karena aku tak pernah selama ini bersama seseorang.
Baiklah, akan ku
perkenalkan. Dia adalah seorang pria yang sederhana, tapi tidak sesederhana
seperti kalimatnya. Haha, aku bercanda. Dia adalah pria yang selalu ada
untukku. Tanpa ku minta, biasanya dia sudah muncul didepan mata, dia adalah
pria yang tidak terlalu banyak bicara, yang bisa memakan apa saja ketika sedang
jalan-jalan di luar, “terserah kamu aja. Aku sih bisa makan apa aja.” Katanya. Dia adalah
pria yang terlalu banyak gaya, ya maksudku untuk apa habis-habisan agar
terlihat sempurna dimata orang jika aku aja sudah ada untuknya, tapi katanya
bahkan semua itu untukku. Supaya aku tidak malu membawanya kemana-mana. Bagiku,
itu jawaban yang lucu dan menyebalkan. Kadang-kadang, aku bisa sampai kesal.
Pria ini gila akan
kerja, “harus cari uang banyak biar bisa beli rumah yang punya dapur besar buat
mu.” Katanya. Aku tertawa sekaligus bahagia. Kami sudah sering menggambarkan
masa depan bersama, atau membicarakan segala hal jika nantinya kami hidup bersama-sama. Jalan-jalan
melihat perumahan, mengubah-ubah susunannya dengan tangan kami yang saling melayang di udara seolah sedang mendekornya, menanyakan harga, bahkan pernah sekali waktu kami menghafal
nomor ponsel yang ingin menjual rumah untuk ditanyai harganya.
“Nanti kita patungan
beli mobil. Biar bisa bawa barang banyak. Motor ku kan gak ada bagasinya.
Ribet.” Katanya. “Iya, aku juga gamau kalau hamil nanti naik motor. Anak ku
bisa masuk angin” kataku. Ya, banyak pembicaraan yang menganehkan yang kami lakukan
didalam hubungan yang sudah melebihi satu tahun setengah ini.
Tapi beberapa bulan
belakangan ini, hubungan ku sedikit lebih rumit. Ada sikap yang baru ku temui
dari dirinya, dan ada sikap ku yang katanya sangat dia tak suka. Banyak
persoalan yang mempersulit hubungan kami, atau banyaknya orang yang ikut
mengurusi ini. Kami saling mengeluh ini-itu, saling bicara yang tak seharusnya kami
utarakan, saling meninggalkan, saling berdiam, saling keras kepala, saling tak
ingin bicara, meski pada akhirnya kami sama-sama menyesal dan berusaha untuk
tak lagi mengulanginya, tapi tetap, pria ini tak pernah berhenti membuatku
ingin marah setiap harinya, dan pria ini pun tak pernah berhenti memelukku
dengan erat ketika aku ingin terlepas.
“kamu gak inget gimana
kita sampai kaya gini sekarang?!” katanya. Itu yang selalu dia tanyakan jika
aku sedang ingin marah dan menyerah. Ya, kami sudah melewati banyak hal bersama-sama.
Tertawa lepas dijalanan sampai ditegur oleh orang, bertengkar dijalanan,
membeli ini-itu bersama. Aku pernah menangis karena tugas akhir ku berantakan
sedangkan jadwal sidang ku sudah dekat, dan dia ada disisiku mengatakan bahwa
aku memalukan. Dia pernah gugup ketika menjelang sidang dan aku ada untuk
mengajarinya bagaimana menjelaskan semua isi dari kepalanya. Kami saling ada satu sama lain tanpa terkecuali. Dan banyak lagi
hal lainnya yang kami lakukan bersama atau melakukan hal untuk satu sama lain. Kami
selalu berusaha untuk saling membahagiakan meskipun pernah sekali waktu kami
sama-sama menangis semalaman dan diam oleh sebuah pelukan. Lalu itu terjadi
berulang-ulang dan berkali-kali juga kami bahagia kembali. Kemudian kami sadar
bahwa sebuah pertengkaran akan kesalahapahaman tak akan membuat kami ingin
berpisah jalan, bahwa mempertahankan adalah satunya-satunya kunci untuk mewujudkan sebuah pernikahan.
Aku tak pernah
membayangkan bahwa pria yang tak pernah berhenti berusaha untuk mengajakku
makan malam bersama, bertemu malam-malam yang untuk pertama kalinnya didepan
rumah, menyatakan cintanya di kedai coffee yang ku suka, yang ku bacakan musikalisasi
puisi untuk pertama kalinya di kota ini, didepan orang-orang yang salah satunya
adalah dia, yang mau bertahan untukku, yang jarang bicara manis, yang berhasil
mendapatkan restu seluruh keluargaku, yang mencintai adik-adik ku, yang sering
bertingkah konyol, yang sering membuatku marah, yang pernah membuatku menangis,
yang mengatakan bahwa dalam dua bulan kedepan akan mempertemukanku dengan
jodohku.
So sweet banget siiiik.. Ini fiksi atau cerita nyata ya? :'D
BalasHapusHaha, terima kasih banyak ya :')
Hapusini fiksi apa bukan ya? haha rahasia lah. Wkwk
Ditunggu cerita bahagia kelanjutannya...
BalasHapushaha siaap komandan :*
Hapushugggg