Kamis, 06 Oktober 2016

JODOH



Belakangan ini aku merasa berbeda. Mungkin karena cuaca di kota ini sedang buruk, atau suhu tubuh ku yang sedang tak menentu. Atau aku hanya sedang ragu. Atau aku merasa gugup.

Setelah dihitung, aku sudah mengenalnya hampir mendekati dua tahun, mungkin tak sedikit orang yang beranggapan bahwa itu baru seumur jagung atau bahkan belum sampai seperempat kehidupan untuk memulai sebuah tujuan, tapi bagiku berbeda, itu sudah cukup lama, karena aku tak pernah selama ini bersama seseorang.

Baiklah, akan ku perkenalkan. Dia adalah seorang pria yang sederhana, tapi tidak sesederhana seperti kalimatnya. Haha, aku bercanda. Dia adalah pria yang selalu ada untukku. Tanpa ku minta, biasanya dia sudah muncul didepan mata, dia adalah pria yang tidak terlalu banyak bicara, yang bisa memakan apa saja ketika sedang jalan-jalan di luar, “terserah kamu aja. Aku sih bisa makan apa aja.” Katanya. Dia adalah pria yang terlalu banyak gaya, ya maksudku untuk apa habis-habisan agar terlihat sempurna dimata orang jika aku aja sudah ada untuknya, tapi katanya bahkan semua itu untukku. Supaya aku tidak malu membawanya kemana-mana. Bagiku, itu jawaban yang lucu dan menyebalkan. Kadang-kadang, aku bisa sampai kesal.

Pria ini gila akan kerja, “harus cari uang banyak biar bisa beli rumah yang punya dapur besar buat mu.” Katanya. Aku tertawa sekaligus bahagia. Kami sudah sering menggambarkan masa depan bersama, atau membicarakan segala hal jika nantinya kami hidup bersama-sama. Jalan-jalan melihat perumahan, mengubah-ubah susunannya dengan tangan kami yang saling melayang di udara seolah sedang mendekornya, menanyakan harga, bahkan pernah sekali waktu kami menghafal nomor ponsel yang ingin menjual rumah untuk ditanyai harganya.

“Nanti kita patungan beli mobil. Biar bisa bawa barang banyak. Motor ku kan gak ada bagasinya. Ribet.” Katanya. “Iya, aku juga gamau kalau hamil nanti naik motor. Anak ku bisa masuk angin” kataku. Ya, banyak pembicaraan yang menganehkan yang kami lakukan didalam hubungan yang sudah melebihi satu tahun setengah ini.

Tapi beberapa bulan belakangan ini, hubungan ku sedikit lebih rumit. Ada sikap yang baru ku temui dari dirinya, dan ada sikap ku yang katanya sangat dia tak suka. Banyak persoalan yang mempersulit hubungan kami, atau banyaknya orang yang ikut mengurusi ini. Kami saling mengeluh ini-itu, saling bicara yang tak seharusnya kami utarakan, saling meninggalkan, saling berdiam, saling keras kepala, saling tak ingin bicara, meski pada akhirnya kami sama-sama menyesal dan berusaha untuk tak lagi mengulanginya, tapi tetap, pria ini tak pernah berhenti membuatku ingin marah setiap harinya, dan pria ini pun tak pernah berhenti memelukku dengan erat ketika aku ingin terlepas.

“kamu gak inget gimana kita sampai kaya gini sekarang?!” katanya. Itu yang selalu dia tanyakan jika aku sedang ingin marah dan menyerah. Ya, kami sudah melewati banyak hal bersama-sama. Tertawa lepas dijalanan sampai ditegur oleh orang, bertengkar dijalanan, membeli ini-itu bersama. Aku pernah menangis karena tugas akhir ku berantakan sedangkan jadwal sidang ku sudah dekat, dan dia ada disisiku mengatakan bahwa aku memalukan. Dia pernah gugup ketika menjelang sidang dan aku ada untuk mengajarinya bagaimana menjelaskan semua isi dari kepalanya. Kami saling ada satu sama lain tanpa terkecuali. Dan banyak lagi hal lainnya yang kami lakukan bersama atau melakukan hal untuk satu sama lain. Kami selalu berusaha untuk saling membahagiakan meskipun pernah sekali waktu kami sama-sama menangis semalaman dan diam oleh sebuah pelukan. Lalu itu terjadi berulang-ulang dan berkali-kali juga kami bahagia kembali. Kemudian kami sadar bahwa sebuah pertengkaran akan kesalahapahaman tak akan membuat kami ingin berpisah jalan, bahwa mempertahankan adalah satunya-satunya kunci untuk mewujudkan sebuah pernikahan.

Aku tak pernah membayangkan bahwa pria yang tak pernah berhenti berusaha untuk mengajakku makan malam bersama, bertemu malam-malam yang untuk pertama kalinnya didepan rumah, menyatakan cintanya di kedai coffee yang ku suka, yang ku bacakan musikalisasi puisi untuk pertama kalinya di kota ini, didepan orang-orang yang salah satunya adalah dia, yang mau bertahan untukku, yang jarang bicara manis, yang berhasil mendapatkan restu seluruh keluargaku, yang mencintai adik-adik ku, yang sering bertingkah konyol, yang sering membuatku marah, yang pernah membuatku menangis, yang mengatakan bahwa dalam dua bulan kedepan akan mempertemukanku dengan jodohku.

4 komentar:

  1. So sweet banget siiiik.. Ini fiksi atau cerita nyata ya? :'D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, terima kasih banyak ya :')
      ini fiksi apa bukan ya? haha rahasia lah. Wkwk

      Hapus