Aku tau bahwa sudah lama sekali aku menghilang dan tak memberi kabar. Sudah berganti tahun dan kali ini aku siap memberikan penjelasan.
Karena memang sudah banyak yang memberikan pertanyaan menyakitkan padaku;
“mengapa sudah jarang menulis?”
Karena memang sudah banyak yang memberikan pertanyaan menyakitkan padaku;
“mengapa sudah jarang menulis?”
“Tak
ada.” Jawabku
“mengapa
sudah tak lagi mengirimi cerpen pada blog mu?”
“Tak
apa?” jawabku
“apa
tak ingin menulis lagi?”
“pasti.”
“apa
tak rindu?”
Dalam
beberapa hitungan detik mulut ku enggan menjawab lagi. Dan dalam beberapa menit
bibir ku kembali meneruskan kalimat yang sepertinya tertinggal “hanya saja…”
Hanya
saja waktu ku kali ini tak banyak. Sudah ada deretan kegiatan yang harus ku
kerjakan, dari pagi sampai malam. Entah itu dalam pekerjaan atau usaha untuk
melupakan. Dengan banyak pikiran bagaimanapun caranya aku harus menanggapi
semuanya dengan sikap dewasa.
Padahal,
aku belum terbiasa. atau bahkan, aku tak bisa. Ini menyiksa.
Hanya
saja tubuh ku sering lelah dan terkadadang hampir sudah tak lagi melihat
bintang dalam malam. Jam malam ku terjaga hanya saat sedang aku berusaha
mengubur segala kenangan yang ada.
Hanya
saja pikiran ku sudah mulai lelah mengerjakan banyak hal. Merusak sistem kerja
otak dengan persoalan menjaga banyak perasaan disebuah luang lingkup pekerjaan.
Hanya
saja bulan-bulan terakhir ini tak adanya tempat istirahat yang nyaman, tempat
dimana keluh kesah ku tertuangkan, tempat dimana bisa ku sandarkan kepala ku
yang berat, kapan saja seharusnya tempat itu selalu terlihat dan ada.
Hanya
saja dalam gelisah aku selalu berusaha untuk lupa.
Hanya
saja rasa sedih kini tak mulai perlahan pudar dan tak bisa ku kendalikan.
Hanya
saja aku merasa kesepian dan tak lagi bisa melampiaskan segala hal yang
menyakitkan.
Hanya
saja aku terkadang merasa sendirian. Mungkin karena terisi dengan banyak nya
kegiatan yang memakan banyak ion di tubuh ku yang malang.
Hanya
saja ternyata dari hanya sebuah kata, rindu ku bisa menghabiskan beberapa jam
dalam lamunan.
Hanya
saja ternyata tanpa sadar, saat aku berada di tengah posisi yang menyulitkan
tulisan ku selalu ku buat dimana saja. Di memo ponsel misalnya.
Hanya
saja, dalam menulis aku menemukan rasa. Yang sepertinya mengerti dan faham
mengapa sudah jarang lagi ku bagikan sebuah tulisan cerpen seperti biasanya.
Hanya
saja, dalam menulis aku bisa merelakan sebuah kehilangan yang sedang ku rasakan
sekarang.
Hanya
saja, dalam menulis aku tak harus banyak bercerita pada semua orang yang
bertanya.
Hanya
saja, tidak menulis bukan berarti aku tak lagi peduli.
Hanya
saja.