Aku baru bertemu dengan nya
lagi. Dia masih terlihat sama, dengan wajah bersih tanpa noda dan cahaya yang
bersinar dari wajah nya. Dia tersenyum kearahku, begitu baik nya Tuhan
mempertemukan aku dengan salah satu teman terbaik ku tanpa sebuah rencana. Dia
menghampiriku dan bertanya apa aku sedang menunggu seseorang atau tidak, aku
tersenyum sambil menggelengkan kepala dan menjawab bahwa aku selalu menikmati
pagiku dengan satu cangkir kopi di sudut meja ini hanya seorang diri atau
mungkin berteman dengan sepi. Dia hanya terenyum.
Terdengar suara pergeseran
kursi. Tidak ada yang lebih istimewa dari menikmati pagi dengan satu cangkir
kopi dan ditemani teman terbaik ku ini. Kita saling bicara dan saling
menanyakan kabar. mungkin karena terlalu sibuk mencari jati diri di perguruan
tinggi membuat aku dan dia menjadi jarang bertemu satu sama lain.
Kita saling bicara, tertawa
mengingat masa lalu yang begitu banyak gembira. Kemudian saling membasuh air
mata karena pembicaraan kita sampai pada titik dimana salah satu kenangan
mempunyai arti tersendiri di dalam hati satu sama lain.
Kemudian aku berlanjut pada
pembicaraan tentang hati, tentang kekasih.
Tiba-tiba raut wajahnya
terlihat sedikit berbeda. Dia mendadak diam, bahasa nya tak bisa lagi aku
dengar, lekukan senyuman nya perlahan hilang. Dia hanya menundukan kepala,
sesekali dia melihat ke arahku dengan paksaan tersenyum, dia hanya memandang
bola mataku dalam bisu. Aku yang melihat perbedaan prilakunya hanya diam dan
memandangnya, hatiku terus bertanya ada apa sebenarnya.
Dia menggenggam tanganku,
dengan malu-malu dia akhirnya mengeluarkan kata demi kata meski hanya satu
persatu kata. Semakin dia bercerita, semakin erat dia menggengam tanganku. Aku
hanya bisa diam saat dia mulai menceritakan apa yang terjadi pada hati nya. Dia
menundukan kepala, lama sekali. Aku hanya memandangnya dengan pikiran dan
harapan yang tidak bisa aku mengerti untuk waktu ini.
Suasana tiba-tiba diam,
hening, sangat damai. Aku kehilangan kesadaran ku dalam waktu singkat. Dan...
kesadaranku kembali saat ada seorang laki-laki tiba-tiba duduk di meja sudut ku
dengan wajah tersenyum. aku melihat wajahnya, aku kira mungkin dia sosok yang
aku kenal.
Laki-laki itu tersenyum
kearahku. Dia, teman terbaik ku dengan cepat mengangkat kepala nya dan cepat
membasuh air mata nya yang keluar cukup deras. Temanku kembali tersenyum,
seperti tanpa beban temanku kembali tertawa. Aku hanya diam.
Laki-laki itu membuka jaket
kulit hitam nya dan kembali pada posisi duduk nya. Terlihat jelas kalung salib
yang melingkar di lehernya. Otak ku kembali berputar dan akhirnya mengerti.
Laki-laki itu tersenyum
ramah kearahku dan menjabat tanganku seolah kita adalah teman yang tak pernah
bertemu. Laki-laki itu mengusap kepala temanku dengan mesra, meski di leher nya
tergantung kalung salib dan kepala teman ku di tutupi rapih jilbab tapi mereka
tetap terlihat seperti dua orang yang saling mencintai. Laki-laki itu bicara
soal permintaan maaf karena sudah terlambat. Teman ku hanya tersenyum seakan
semua tak ada masalah, teman ku tau bahwa ibadah disetiap hari minggu pagi buat
nya sangat penting diatas segala-segala nya, apalagi ini hanya untuk bertemu
kekasihnya. Kemudian laki-laki itu bertanya, apa temanku sudah melaksanakan
shalat dzuhur apa belum. Teman ku tersenyum dan menggelengkan kepala nya dengan
bersamaan mengatakan “belum sayang.” Lalu laki-laki itu segera bergegas
mengambil tangan temanku dan mengajaknya untuk segera pergi ke masjid. Aku
tersenyum dan mencoba menahan air mata ku agar tidak turun.
Begitu amat menyakitkan
melihat mereka yang saling menjaga cinta suci nya namun semua orang melihat
mereka seperti buronan. Sangat pilu bila harus melihat mereka yang berjuang
hanya untuk cinta yang memang itu adalah hak mereka. Begitu ironis harus
menyakiskan cinta yang katanya haram untuk mereka jalani. Sempat berfikir,
Tuhan yang mana diantara mereka yang tak mengijinkan mereka untuk bersama.
Mengapa cinta suci dan polos mereka harus dipandang rendah oleh semua orang.
Harusnya orang-orang seperti mereka dilindungi oleh orang-orang yang tidak
mengalami nya. Aku terbawa suasana, begitu kejam nya orang-orang yang
menganggap bahwa cinta mereka adalah kesalahan besar. Mereka hanya dua orang
yang saling mencintai.
Semuanya karena cinta,
se-sederhana itu
ntahlah mba... aku jg ga ngerti kenapa cinta harus memandang agama ya... masyarakat kita terlalu didoktrin ama hal2 berbau agama.. nikah beda agama = zina lah, sampe2 anak yg lahir dari pernikahan beda gitu dianggab anak haram.. Terlalu picik org2 yg berfikir bgitu :( .
BalasHapusKalopun salah1 ppindah agama, pasti keluarga dari yg ditinggalkan lgs marah, menghakimi, ga mau mengakui, dan macem2 lagi perlakuannya... miris..
ternyata masih banyak persoalan yang nggak faham ya :')
Hapus