Sudah
2 bulan aku menyaksikan senja seorang diri. Mengisi bait-bait puisi yang ku
rakit dari pedih menahan rindu akan kamu. Melihat layar ponsel yang tak pernah
berubah di setiap menjelang pagi, dan juga harus mandiri tidak meminta
peringatan ketika akan makan siang. Semua begitu hampa, tanpamu semuanya
kosong.
Kemudian
dari pada meminta pertolongan tentang semua kenangan yang mencekam setiap
malam, aku lebih memilih untuk tetap diam. Merasakan nya dengan kenikmatan
bercerita kepada Tuhan tentang rindu yang kupendam. Begitu elok nya setiap doa
yang kusampaikan dengan rahasia yang aku dan Tuhan yang memegang kunci akan
keterbukaan sosok kamu pada malam.
Rindu
yang memuncak terkadang menjelma menjadi kamu, dan aku yang memendam semua hal
tentang rindu hanya bisa berdekap kepada malam. Berbisik bahwa aku ingin bisa
seperti kamu, yang sudah bahagia dengan kekasih baru. tapi aku pun tak ingin
terburu-buru seperti kamu, seperti seseorang yang tak bisa hidup tanpa kasih,
sungguh memalukan nya kamu. Aku yang melihat kamu berubah menjadi seseorang
yang menjelma menjadi bajingan hanya bisa merasa iba. Haha aku bercanda :p
Setelah
perpisahan menjadi jarak. Selain aku sibuk memendam rindu akan masa lalu,
ternyata aku sangat rindu menjadi diriku yang utuh. Dibalik perasaan kehilangan
aku memang rindu ketika jari jemari ku hangat oleh sentuhan lain, aku rindu
ketika tubuhku kedingin kemudian ditutupi hangat yang instant, aku rindu ucapan
romantis-romantis ketika malam tiba masuk melalui ponselku, aku rindu kecupan
dari orang yang katanya begitu mencintaiku, dan bahkan aku rindu bagaimana
suasana bertengkarnya dari pasangan yang begitu saling mencintai. Aku rindu
segalanya, aku rindu melihat walpaper hp ku yang terlihat adalah foto
kekasihku, aku rindu berbicara dengan teman-teman ku dengan menceritakan
tentang kamu, dan aku rindu ketika malam minggu tiba aku harus berfikir
terus-menerus tentang pakaian yang akan aku kenakan hanya untuk mendapatkan
perhatianmu.
Tapi
kali ini aku berbeda. Dalam fikirku, sudah tak ada keinginan yang mendalam
seperti itu lagi, tak ada keinginan untuk mendapatkan dengan cepat sosok yang
akan ku cintai lagi. Aku hanya ingin bahagia kali ini karena diriku sendiri
yang membuatnya semakin lebih baik.
Munafik
kah jika aku bicara bahwa aku sedang tak membutuhkan seorang kekasih? Bukan
tidak mampu, hanya belum mau. Aku masih senang melibatkan diriku pada masalah
yang disebabkan pula oleh aku. Hanya aku yang menjadi peran utama-nya dalam
kisah yang belum terisi oleh sosok kamu yang baru.
Kali
ini aku benar-benar merasa telah berada dalam puncak bahagia bersama kebebasan.
hatiku mudah rapuh jika harus bertemu dengan kehilangan, rasanya menyakitkan
jika harus melepaskan tanpa kita belum pernah merasakan diperjuangkan. Ada saat
aku menangis seorang diri dalam gelap malam dan berdoa agar kamu kembali lagi
pada duniaku, aku pernah melakukan itu.
Tapi aku berbeda kali ini, bukan aku
yang belum bisa melupakan, tapi karena aku yang belum mau memulai.
Untuk
kamu, sosok dalam kisah lalu. Selamat atas kisah baru mu, aku bahagia melihat
kamu yang sudah bahagia dengan sosok lain. Aku tidak pernah ingin tahu betapa
besarnya cinta dia untuk kamu, karena bagiku tak ada cinta yang bisa menyaingi
cinta ku untuk kamu. Tapi diluar ke-munafikan ini aku benar-benar bahagia melihat
kamu yang sudah bahagia dengan sosok lain. Aku senang melihat kamu tersenyum,
meskipun bukan kearah ku.
Aku
sungguh tidak cemburu melihat kamu bercumbu dengan sosok baru sedangkan aku
disini sedang merindu. Aku sungguh tidak marah ketika kamu sudah tidak
memperhatikanku lagi, aku tidak pernah menginginkan kamu kembali, karena
menurutku jika suatu saat kamu kembali kamu tak akan datang dengan perasaan
yang sama, orang yang kucintai tak mungkin datang dengan wajah yang sama untuk
ke-2 kali nya.
waw..
BalasHapus:)
BalasHapustetap menulis :D
Hapushaha pasti ya :)
BalasHapus