Banyak
yang berbisik dibelakangku, disamping telinga kanan dan kiriku. Pembicaraan
mengapa aku masih saja sendirian? Katanya itu disebabkan karna aku terlalu
memilih calon pasangan, tapi bukankah setiap orang pasti mengharapkan orang
yang benar? Disekelilingku, orang yang sering berganti pasangan sangat dipuji
kecepatan proses untuk melupakan kenangan karena dengan waktu singkat mereka
sudah mempunyai pasangan, tapi bukankah yang seperti itu adalah contoh betapa
mereka tak pernah serius menjalani yang sudah-sudah bukan? Entahlah.
Tapi
bagiku, itu bukan pilihan yang bagus jika hanya menginginkan pasangan yang ada
untuk mengisi kekosongan. Mungkin pikirku, aku sudah terlalu menganggap bahwa
hubungan ini terlalu serius untuk ku mulai dengan ketercukupan. Aku masih gadis
berumur belasan, mungkin hampir mendekati puluhan. Tapi sungguh, ketika aku
sedang menulis ini, aku merasa masih saja tak bisa menghindari keinginan untuk
saling memiliki dengan orang yang nantinya akan menjadi panutan, aku merasa tak
cukup jika hanya dengan status pacar, aku ingin seseorang.
Aku
sering bertanya pada diriku sendiri, “sebenarnya aku mencari yang seperti apa?”
atau ku ganti pertanyaan menjadi “apa yang salah denganku?”
Mati
rasa? Bolehkah aku tertawa? Bagaimana bisa? Jika alasan nya disebabkan oleh
rasa sakit ketika merasakan perpisahan diakhir cerita, bukankah disetiap
perpisahan selalu ada kesakitan? Lalu karna apa? Atau mungkin aku sudah lelah,
lelah mencoba, lelah berusaha untuk mencocokan segala rasa, memiliki pengharapan
tinggi pada yang disebut adalah ‘kita’ lalu kemudian menahan rasa kecewa karna
sudah terbiasa disalahkan atau disalah artikan, kemudian mengambil jalan
berbeda arah dan berpisah.
Harus
berapa kali semua drama itu terulang? Hanya dalam jarak waktu beberapa bulan, aku
sudah bosan. Maaf, itu hanya keluhan dari seseorang yang selalu tertampar oleh
penyesalan.
Ketika
sedang merasa baik-baik saja, pasti akan ada seseorang yang datang entah siapa,
mengumbar-umbar perhatian seolah ingin membuktikan bahwa dia adalah orang yang
akan membahagiakan, dan disaat hati sedang memilih keputusan, orang itu
menyerah perlahan,lalu kemudian hilang. Dan ketika aku merasakan kehilangan,
ada kemarahan yang sedang menjambak bicara seolah mengapa aku masih saja tak
memberi kepastian, lalu hatiku berteriak tak tertahan “mengapa kau sangat cepat
mengungkapkan dan menuntut kepastian hubungan? Padahal aku sedang berjalan
menuju kenyamanan”
Dan
aku hanya diam. tak ada alasan, aku menunggu lagi seseorang datang dan
membuatku merasa nyaman tanpa harus terburu-buru menuntut status hubungan,
padahal waktu baru berjalan sebentar.
Karena jodoh akan datang ketika diri sendiri telah siap. Kalo masih ragu juga ketemunya jodoh yang meragukan.
BalasHapushaha ya, saya setuju.
HapusJodoh itu urusan Tuhan, kita hanya perlu mendekati yang mengaturnya. Yakan? hehe
Untuk menemukan yang tepat kita tak perlu membutuhkan waktu cepa-cepat, karena waktu tak akan pernah memalsukan rasa paling dalam, percayalah! :)
Hati memang mudah sekali untuk terluka :)
BalasHapusMaka dari itu, berhati-hatilah dalam memainkan hati.
Hapussaya pun menunggu seseorang yang ""nyaman" itu.
BalasHapuskarena menurut saya, kunci dari sebuah hubungan adalah kenyamanan..
Dulu pun saya mencari yang membuat nyaman.
HapusTapi sampai pada akhirnya saya sadar bahwa mencintai seseorang tidak hanya puas dengan rasa nyaman. seperti "Masa bodoh dengan rasa nyaman, aku cinta kau disegala suasana". bagaimana menurutmu dengan kalimat itu?