Untuk kamu, meskipun kita
sudah tidak saling bertemu atau bahkan bercerita tentang kisah. Untuk kamu yang
belum pernah lagi aku temui dalam wujud. Bacalah dan perhatikan dalam setiap
kata kisah ini begitu mengharukan, menyisihkan sebagian hati dan membuatnya
semakin hilang dengan cara pergi tanpa ucapan pamit.
Maaf karena aku sudah
lancang mengartikan segala hal dalam setiap pemutaran kejadian yang masih
tertempel jelas dalam dinding-dinding bagian isi kepala ini, yang berisi
tentang kamu. Bukan karena aku yang menghintung setiap kali nya aku bersamamu
atau bukan aku yang ingin membuatmu untuk mengingatnya lagi. Kisah ini begitu
menggelitik hati, membuat senyuman-senyuman kecil diatas pengharapan untuk kamu
agar cepat mengerti tentang diam ku yang menunggu kamu berubah menjadi kamu
yang mengerti aku seperti dulu, ya seperti kita pertama kali bertemu.
Aku ber-Terimakasih.
Terimakasih kepada kamu yang membuat sebuah pengharapan menjadi kenyataan. Dan
terimakasih kepada kamu yang telah menyadari arti sebuah keputusan di akhir
kisah ini. Aku masih berada dalam bayang-bayang pengharapan diam pada saat kita
mulai masuk dalam kisah dan entah mengapa bisa menjadi peran utamanya.
Mungkin, ketika aku sedang
berada dalam diam dan kamu mulai menoleh kearahku, kamu bercerita seperti orang
bodoh yang masih saja tidak mengerti bahwa aku memperhatikanmu dalam diamku.
Kamu tersenyum, kamu tertawa, kamu menangis, hingga kamu merintih. Sedangkan
aku hanya berada di sisi dimana aku bukan siapa-siapa dan hanya bisa melihat
dan merasakan semuanya. Awalnya kepedulianku terhadapmu hanya sebatas aku
mengenalmu layaknya seorang teman, aku mengenalmu, mendengar ceritamu,
memperhatikan setiap langkahmu, menjamah tawamu, hingga melihat air matamu, dan
melihat kamu terluka. Sikapku yang mungkin terkesan dingin dengan seolah
tidak tau apa-apa tentang kamu membuatmu tak pernah memandang sosoku, entah
diriku yang tak banyak bicara langsung atau sukar ber-ekspresi yang membuat
kamu tidak pernah menyadari kepedulianku.
Aku mencoba memasuki
duniamu, lewat sebuah pesan singkat kamu dan aku berbagi cerita tentangmu,
tentang perihmu, tentang lukamu, dan tentang bahagiamu. Kamu ceritakan semuanya
seolah kamu telah mengenalku cukup lama meski hanya dalam dentang waktu
singkat, seolah kamu percaya bahwa aku adalah orang yang tepat untukmu membagikan
ceritamu.
Hari berganti, setiap malam
aku membaca ceritamu dan memberi sebuah arah untukmu untuk melanjutkan
ceritamu. Namun, entah mengapa perasaan itu tumbuh bersama setiap arah yang aku
tunjukan padamu. Pada setiap kata yang ku berikan untukmu menjadi sebuah
kalimat yang menyejukan hatiku. kepedulianku berubah menjadi sebuah rasa yang
entah apa dan bagaimana aku untuk menjelaskannya. Tanpa kamu sadari, aku mulai
jatuh cinta pada sosokmu.
Aku pernah berangan-angan
andai kamu tau disetiap cerita yang kamu bagikan tentang orang lain diluar sana
yang sudah jelas bukan aku yang membuatmu bahagia, adalah aku yang merasa
cemburu dibalik bahagiamu, dan disetiap cerita yang kamu berikan tentang perihmu,
adalah aku yang mengemban perasaan dibalik sedihmu. Dan maafkan aku yang
sedikit merasa lega saat kamu terluka karena berpisah dengan orang yang kamu
cintai dan membuat luka untukmu. Tapi apalah arti semua perasaan ini dalam diam
ku. disetiap detiknya hanya membisu, disetiap menitnya hanya bisa diam, dan
disetiap waktunya aku hanya bisa memendam.
Dan pada akhirnya diam ku
menobrak hatimu, dalam setiap kata sehingga membentuk kalimat yang
menginginkanmu untuk menjadi salah satu kata yang istimewa dalam kalimatku.
Ternyata kamu merasakan hal yang sama denganku, kamu menawarkan sebuah harapan
untukku, kamu memberiku sebuah titik terang untuk sebuah arti menunggu dan
bersabar dalam memendam perasaanku. Tidak menunggu lama aku pun menceritakan
semuanya padamu, tentang hatiku, tentang perasaanku untukmu, tentang arti
sebuah diam dan senyumanku selama ini. Kau beri aku sebuah harapan dan mimpi
untukku membangun sebuah cerita bersamamu.
Sejak itu semuanya berubah
menjadi sangat indah. Hanya saja kamu selalu berada dalam anggapan bahwa kamu
tidak ada arti dalam hidupku. Kamu salah.
Jika kamu benar-benar
menganggapku sebagai kekasihmu, seharusnya kamu lebih mengartikan aku dibanding
orang-orang yang mengahakimiku. Mengapa didalam kisahku hanya aku yang merasa
terabaikan olehmu. Bahkan menurutku sulit manjadikan kisah ini nyata jika
mengingat aku yang lebih berjuang dalam diamku. Apa kamu lupa tentang usahaku
bicara dalam diam ku sehingga menurutmu perpisahan dibalik keegoisan itu adalah
hal yang menurutmu adalah keputusan yang menarik.
Harusnya kamu mengerti,
ketika aku membiarkan sosok mu benar-benar masuk dalam hidupku harusnya kamu
lebih bisa menjaga perasaanku terhadapmu. Menginginkanmu itu menjadi obsesi
ketika perasaan sudah bicara terlebih dulu. Sering kamu katakan bahwa semua nya
tak akan menjadi lebih baik, padahal setiap hari nya aku tak pernah berhenti
berharap kita akan menjadi lebih baik suatu saat nanti. Kamu seakan membiarkan
aku kelelahan dalam keadaan mencintaimu. Apa yang terjadi pada sosokmu yang
dulu? Sosok yang ku perjuangan dalam diamku.
Sampai saat
ini, sampai kamu benar-benar tak peduli, sampai kisah ini memang harus
berakhir. Percayalah, tidak akan ada yang berani menggantikanmu, sosok terbaik
di peran kisah hidupku.
Selain aku menyukaimu, aku
juga menyukai sesuatu yang baru. ya, kehidupan kecilku. Aku rindu menjadi
diriku.
Tasikmalaya, 22 september
2013.
aku menulis ini dalam
keadaan sedang merindukan sosok mu (yang dulu) :")
Tidak ada komentar:
Posting Komentar