Aku terpuruk pada keadaan
yang memberatkan tuduhan bahwa semua akhiran ini adalah tipuan yang disebabkan
karena aku telah bosan, yang katanya aku memiliki perasaan yang lain, atau
bahkan aku yang tidak pernah memperjuangkan. Dan itu hanyalah tuduhan yang
disumberkan oleh kamu. Ya, kamu adalah sosok orang yang ku banggakan disetiap
pembicaraan ku dengan teman-teman, sosok orang yang selalu ku selipkan namanya
dalam setiap doa ku pada Tuhan, dan sosok yang selalu ku nomor satukan diatas
kebahagiaan.
Lalu aku. Aku adalah sosok
yang tak mungkin dapat membahagiakanmu dengan utuh, sosok yang sama sekali
tidak pernah kamu khawatirkan, dan sosok yang sebenarnya iya atau tidak kamu
inginkan.
Perjuangan ku berakhir
sampai disini. Maaf, bukan aku yang membiarkan ini semua berjalan pada jalan yang
seharusnya kita lalui bersama. Tapi karena hati ku telah lelah. Maaf, bukan aku
yang sudah tak ingin memperjuangkan kita. Tapi karena kamu yang terlihat sudah
tak memperdulikan semuanya lagi. Maaf, bukan nya aku telah mendapatkan
penggantimu. Tapi karena aku yang tak ingin melihatmu tersiksa karena aku yang
masih saja belum mengerti dari semua “kode” yang kamu maksudkan padaku.
Bicarakan soal “kode”. Semua
yang mengetahui akhirnya hubungan ku dengan kamu adalah orang-orang yang
memandang aku adalah penjahat di dalam hidupmu, katanya aku yang telah
menyakitimu sampai sejauh ini. Bahkan aku tak dibiarkan membela diri. Entah apa
yang telah kamu bicarakan pada orang-orang yang memandangku, dan entah mengapa
juga kamu membicarakan aku seolah aku yang telah menghakimi mu. Apa kamu lupa
dengan sosok mu yang dulu? Sosok yang ku usahakan selalu bahagia ketika
berganti nya hari kamu tersenyum bersamaku. Ah sudahlah, terasa benar-benar
percuma jika ku utarakan semuanya, kamu memang telah pergi. Sosok mu yang dulu
ku cintai sekarang berubah menjadi sosok yang seharunya ku benci. Maaf, tapi
aku lelah. Hati ku sudah tak bisa ku rasakan jika harus mengingatmu dengan
waktu singkat kita menjalani ini semua.
Kita berpisah karena hal
yang ku sebut itu lelucon. Kita bicara soal perasaan bukan, tapi kenapa
disetiap saat nya yang kamu bicarakan adalah “peringatan”. Apa kamu mengerti?
Tidak semua yang kita lakukan harus dimulai dengan “kode”. Biarkan orang-orang
menjalani perasaan dengan caranya, dan kita menjalankan perasaan dengan cara
kita. Jadikanlah kita sebagai pemeran utama di dalam kisah. Kamu terlalu sibuk
dengan kode, dan aku yang telah lelah melihat kamu membahagiakan hubungan kita
dengan perasaan yang rumit. Aku lebih menyukai ketika kamu harus bicarakan apa
keluh kesahmu padaku, bukan bicara pada teman-teman mu bahwa aku tidak peduli.
Bagaimana aku bisa mengetahui jika kamu saja tak mau membagi nya denganku. Dan
akhirnya, aku yang disalahkan. Aku yang dituding tak bisa membahagiakan mu. Padahal
aku? Ya, sudahalah.
Apa tidak terlalu sayang
jika perasaan yang kita sama-sama rakit dengan senyuman harus berakhir karena
ke”peka”an? Aku tersenyum.
Setiap hari nya aku selalu
mencoba untuk melupakan kisah yang berbelok menyakitiku. Aku memperhatikanmu
dalam diamku. Ada hal yang membuatku ragu. Kamu terlihat bahagia dengan
perpisahan kita, kamu terlihat baik-baik saja. Fikirku, apa aku tidak terlalu
berarti untukmu sehingga kamu bisa dengan cepat melupakan kita? Termasuk
melupakan ku. dimana perasaan yang dulunya kamu bicarakan sola kasih sayang,
dimana dirimu yang dulunya selalu bicarakan soal kebersamaan. Apa kamu tidak
merasa kehilangan?
Aku yang tertahan disini,
aku yang harus menjalani proses melupakan seorang diri, dan aku yang harus
merasakan kesendirian ku sendiri. Aku iri melihat kamu yang telah sibuk
bahagia mencari penggantiku dengan cepat. Aku juga ingin merasakan hal yang
sama, hal yang bisa membuatku cepat melupakanmu.
sedang mencoba membuka
hatiku perlahan meskipun terasa menyakitkan. Tapi tak lama kemudian aku melihat
kamu sedang menangis haru, kamu bicarakan soal penyesalan diatas wajahmu yang
kusam, kamu menangis haru memelukku dan katakan tak ingin melihatku jatuh
dengan perasaan yang bukan tentang kamu. Lalu bagaimana dengan perasaan kita
yang telah kamu ganti dengan dia? Jangan menghakimiku lagi, kita sudah tak
bersama. Kamu yang menginginkan ini, dan kamu yang bicara bahwa aku bukan yang
terbaik. Aku ingin seperti kamu yang dengan cepat bisa mendapatkan penggantiku
tanpa memikirkan bagaimana jadinya perasaanku.
Aku ingin melupakan perasaan
ku yang telah diperbudak olehmu, aku yang bersalah karena membiarkan diriku
seutuhnya telah mencintaimu. Dan sekarang aku masih bertuhan pada kesakitan
didalam perasaan yang telah ku pegang erat padamu. Aku masih menahan segala
pedih yang bercumbuk didalam hati. Tapi aku mencintai kamu dengan utuh, dengan
penyesuaian pada semesta. Aku ingin baik-baik saja dalam keadaan mencintai kamu
seperti dulu. Bisakah kamu membantuku mengembalikan semuanya seperti dulu?
tolong usapkanlah sakitku, tolong rangkul aku pada hangat pelukmu seperti dulu,
tolong jangan biarkan aku berfikir bahwa aku telah salah membiarkan perasaan
ini bangkit lagi dari keterpurukan yang melihat kamu memang telah berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar