Kita tau bahwa di jagat raya ini terlalu banyak serpihan angkasa
untuk kita hitung jumlah nya. Ada raja dari segala raja, tak ada penguasa
selain sang pencipta. Semesta adalah salah satu nya, semesta yang tak bisa di
daur ulang, yang tak bisa dijamah oleh semua orang. Bahkan seorang raja tak kan
mampu untuk memiliki nya, karena semesta hanya bisa dinikmati dan dirasakan
keberadaanya.
Terlalu banyak keajaiban didalam kehidupan. Semuanya bergerak,
berotasi, berputar, menjelma, dan hidup. Banyak planet yang indah nya tak
pernah bisa terbayangkan. Semua makhluk yang hidup akan memilih Bumi untuk
menjadi akhir perjalanan nya dalam mencari kehidupan. Namun ini bukan kisah
tentang manusia dan cinta, bukan juga tentang penjelasan keindahan bumi yang
tak tertandingi, ini tentang “bunga cahaya”.
Yang bercahaya selalu menjadi pemeran utama, dalam pentas drama,
dalam gelap, dalam pencarian jalan, atau penuntun kehidupan. Dunia itu
berputar, ada siang dan malam. Dunia itu berotasi, ada cahaya terlihat, dan
cahaya malam yang indah. Dunia itu adil, memberikan 2 raja cahaya kepada
semesta. Mereka berdampingan namun ketika satu yang terlihat, yang satu nya
akan menyimpan cahaya nya untuk mempersiapkan kehadiranya.
Saat itu satu raja cahaya akan mulai tenggelam, dengan cantik nya
dia terlihat dengan sempurna. Dia dikenal dengan sebutan Matahari, hanya dengan
satu cahaya, terang nya sampai ke bagian kaki manusia. dan tak jauh beda dengan
raja yang satunya, dia lebih terlihat pendiam, terkadang semesta sangat
membutuhkan kehadiranya, bukan karena keseimbangan yang selalu dinomor satukan,
tapi cahaya Bulan selalu terlihat sempurna, sampai setiap orang yang melihatnya
akan terpukau dengan cahaya yang menyinari langit malam menjadi terang.
Tapi semua itu tak pernah menurunkan amarah Bulan akan takdir nya.
Bulan iri pada matahari, bulan selalu ingin mengetahui apa benar indah nya bumi
yang terlihat ketika siang lebih indah dibandingkan saat malam. Matahari selalu
menceritakan cerita siang yang selalu membuat bulan semakin ingin melihatnya.
Namun semesta tak pernah mengijinkan.
“bagaimana mungkin kamu akan keluar dari jalurmu bulan?”
Pertanyaan-pertanyaan itu yang selalu bulan dengar dari banyak nya
bintang ketika sedang mengawalnya memperlihatkan sinar. Semakin lama berotasi,
semakin banyak mendengar cerita matahari, bulan semakin iri pada hidup nya
sendiri. Bulan benar-benar ingin pergi mengintip apakah bunga disiang hari akan
terlihat sangat indah dibandingkan dilihat ketika malam hari.
“Apakah itu impianmu, bulan? Melihat
bunga dari dekat dengan terang?” Tanya semesta pada bulan
“Apa peduli mu? Kamu tidak akan mengerti akan
inginku”
Bulan selalu marah, terkadang bulan meredupkan cahaya nya sesekali
hingga membuat semesta marah. Semesta tak pernah pedulikan akan ingin bulan
yang ingin muncul ketika matahari sedang bersinar.
“Kamu akan rapuh. Begitu pula dengan cahaya yang bersinar dalam dirimu. Apa
jadinya malam hari tanpa sinar bulan? Apa kamu tak pernah memilikirkan
bintang-bintang yang sinarnya pun didapat dari pantulan cahaya mu? Kamu egois
bulan.”
Bulan hanya menangis mendengar perkataan pahit semesta akan
takdirnya yang ternyata hanya dapat diabadikan pada malam.
Di malam selanjutnya, di tempat biasa bulan memantulkan cahaya
matahari untuk terlihat bersinar. Ada satu bintang yang menyebut dirinya adalah
‘sirius’.
“Kenapa bin? Kenapa kamu menyebut dirimu dengan sebutan yang sebenarnya bukan
dirimu yang sebenarnya?” Tanya bulan pada bintang itu
“Aku benci disebut serpihan angkasa yang ternyata cahaya ku pun didapat dari
pantulan mu. Aku ingin mempunyai cahaya sendiri. Aku iri dengan bintang yang
ternyata bisa lebih bersinar dibandung aku. Bukankah kita sama-sama bintang?
Namun mengapa dia bisa lebih bersinar”
“Harusnya kamu bersyukur atas cahaya yang kamu miliki. Karena kamu menjadi
cahaya indah ketika malam memelukmu, langit malam terlihat sangat indah ketika
bintang bertaburan dengan cahaya nya” Bulan menjawab dengan lantang
“Dan jika menurutmu begitu, lalu mengapa kamu iri dengan matahari? Bukankah
langit malam adalah milikmu?” Sirius tersenyum
Bulan dan sirius kini menjadi cahaya yang semakin malam semakin
menerangi semesta. Namun ternyata cahaya bulan yang semakin terang membuat
salah satu bintang mulai mencintaniya. Dan mengingat dia adalah bintang yang
bersinar paling terang maka sirius memutuskan untuk membuang jauh perasaan nya
pada bulan. Sirius tau akan dirinya hanyalah sebuah bintang yang bersinar
meredup bagai kunang-kunang.
Bintang itu mulai mendekati bulan, mengajak nya berbincang tentang
semesta yang menghadiahkan nya cahaya terang. Bulan lupa akan sirius yang telah
membangkitkan cahaya nya lagi. Semesta yang mengetahui bahwa ada dua bintang
yang sama mencintai bulan membiarkan bulan mengetahui bahwa sirius juga
mencintainya. Karena jika purnama tiba dan bulan mempunyai cinta sempurna dari
sebuah bintang, maka bulan bisa turun ke bumi menjelma menjadi manusia dalam
waktu yang singkat lalu kemudian kembali menjadi bulan. Bulan berfikir tentang
impian nya, tentang mengambil satu tangkai bunga di genggamanya.
Semesta prihatin akan perkembangan bulan yang egois. Bulan
terlihat bahagia dengan kedua nya, sedangkan waktu menuju purnama akan segera
tiba. Dan pada akhirnya bulan membuat keputusan tanpa memikirkan akan
perasaanya yang sebenarnya jauh berada dalam lubuk hatinya.
“Buat lah aku bahagia sebelum waktu purnama tiba”
sirius tersenyum dalam bingung nya, apa yang bisa dilakukan
bintang biasa untuk membahagiakan bulan nya? Sedangkan bintang yang satu nya
sibuk mencari matahari yang sedang memancarkan sinar terik nya.
“Wahai raja matahari, bisakah kamu membawakan satu tangkai bunga yang indah dari siang untung bintang yang tak berdaya ini?” bintang mengemis pada matahari. Dan tanpa bertanya matahari meng-iya kan nya.
Dalam malam yang mulai terlihat indah dalam gelap nya, bintang
tertawa melihat sirius yang masih bingung menemukan cara untuk membuat bulan
bahagia. Dengan sombong nya bintang menyuruh sirius untuk menyerah. Sirius diam
dan mulai lelah untuk memikirkan nya.
Sirius sangat mencintai bulan nya, sirius ingin membahagiakan
bulan, sekalipun itu bukan tantangan untuk mendapatkan bulan. Sirius berfikir
tanpa henti, tanpa tau ternyata sirius ikut terbit bersama matahari pagi itu.
Sirius turun ke bumi untuk mengambil setangkai bunga tanpa memikirkan bahwa
sebenarnya dia tak mungkin bisa kembali lagi ke langit. Sampai pada waktu
purnama tiba sirius tak muncul, bulan terheran-heran mengapa hanya bintang yang
berada dihadapanya saat itu, bintang yang menggengam impian nya, setangkai
bunga.
Semua nya bersorak, bergembira, bahkan semesta ikut mengucapkan
selamat atas impian bulan. Namun meskipun bulan sudah mempunyai setangkai bunga
dari bintang, bulan tak memperlihatkan bahagia nya, bahkan bulan merasa ada
yang hilang dalam dirinya.
“Kemana bintang yang
menyebut dirinya sirius?” Tanya bulan
“Dia tak ada disini.” Jawab semesta
“Apa dia menyerah? Sudah sebegitukah usaha
nya?” bulan mulai meredup saat pertanyaan itu terlontar dari dalam dirinya
Semesta tersenyum, “Apakah kamu sudah bahagia setelah mendapatkan
setangkai bunga digenggamanmu? Bukankah itu impianmu?”
Bulan hanya bisa diam mendengar ucapan semesta yang begitu
menampar impianya.
“Bersinarlah ketika purnama tiba,
ketika pertengahan waktu dari bintang ke dua dari kanan. Kamu akan menemukan
jawaban.” Semesta memberikan isyarat yang entah kenapa membuat bulan semakin
berfikir ada apa sebenarnya
Waktu itu pun tiba, bulan menjelma menjadi purnama, cahaya yang
bisa dinikmati oleh semua serpihan angkasa, bahkan manusia. Bulan
terengah-engah ketika melihat ada Sirius jauh di dalam bumi sana. Sirius
terlihat sempurna dengan kaki dan tangan, juga wajah yang berbentuk seperti
manusia. Dan meskipun sirius sudah tak bersinar, tapi dengan cahaya bulan
ketika purnama malam itu, sirius terlihat bercahaya sangat terang seperti pagi
yang berpaduan di malam hari.
“Mengapa? Mengapa kamu melakukanya?” Tanya bulan yang heran
“Ini untukmu, bulan.” Sirius tersenyum dengan
memperlihatkan setangkai bunga yang indah dari tangan nya
Bulan menangis. Semesta tak bisa menyangkal bahwa ketika itu untuk
pertama kalinya saat purnama, hujan mengikuti dengan romantisnya membasahi
bumi. Rintikan nya bercahaya karena terang bulan saat itu benar-benar dalam
puncak, hingga setangkai bunga yang berada dalam tangan sirius menjadi
bersinar. Semesta membuat pilihan untuk bulan.
“Aku akan tetap menjadi
bulan, memantulan cahaya untuk bintang-bintang. Berpeluk dengan malam dan
melintasi rotasi hanya ingin memperlihatkan pada sirius bahwa aku adalah cahaya
yang paling terang ketika malam. Matahari boleh memiliki siang, dan aku akan
memiliki cinta yang selalu membuatku berbunga-bunga tanpa memiliki setangkai
bunga. Cahaya sirius sempurna ketika aku menyadarinya.”
Pada
setiap malam, ketika purnama, sirius selalu bersinar. Berhadap-hadap dengan
bulan. Mencintainya tanpa pernah bisa menyentuhnya.
"Meskipun sudah tak berada di tata surya, meskipun tanpa setangkai bunga, cahaya sirius tak pernah meredup" Bulan tersenyum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar