Aku lelah menunggu orang
baru yang belum saja masuk namun tepat pada satu focus. Aku belum bisa menerima
hati untuk orang baru yang terambisi mendekat tanpa ijinku akan hati yang sudah
lama ingin menyendiri. Aku masih belum menyadari bahwa kedatanganmu dihari itu
adalah salah satu tanda bukti keseriusan perasaan mu akan aku yang sangat egois
karena selalu mengabaikan mu. Aku belum bisa memutuskan akan jadi apa nantinya
hubungan kita. Namun fikirku, aku dan kamu cukup dekat dengan sebutan sahabat.
Dalam kisah ku, aku tak
pernah memberi hati pada hati yang hanya ingin bahagia diawal jumpa atau
perkenalan semata. Atau kah hanya dibayang-bayang sebuah perhatian akan
kesehatan, angin malam, atau kendaraan yang sedia setiap saat akan memberikanku
tumpangan. Namun kemana kenyamanan yang seharusnya dinomor satukan?
Kamu berbeda, kamu adalah
sosok yang muncul ketika aku membutuhkan teman untuk berbincang hal-hal yang
ingin ku bagi dengan sosok lain. Sebuah masalah yang ku butuhkan adalah saran,
suatu hubungan yang ku inginkan adalah kenyamanan. Aku mendapatkan nya darimu,
aku sudah mengunci langkahmu agar tak pernah mundur. Namun sebuah perasaan
tetap akan menjadi perasaan, ternyata banyak yang mencintai kamu melebihi aku.
Yang memusatkan semua perhatian kepadamu, dan itu bukan saja aku. Aku
benar-benar tau bahwa kamu memusatkan seluruh perhatian itu hanya untukku, tapi
pada kenyataanya orang-orang yang mencintaimu adalah teman-teman ku. Akan jadi
apa hubungan pertemanan yang dikecewakan hanya oleh satu perasaan? Aku tak
menginginkan paras kecewa dari wajah-wajah temanku yang ternyata mencintaimu
melebihi aku.
Terlalu bodoh kah aku jika
memutuskan untuk meninggalkanmu? Sosok yang seharusnya ku pegang tanganya
dengan erat agar tak pernah melirik hal yang bisa membuatku sedih sekarang
malah ku tinggalkan pergi. Aku tak bisa mempercayai perasaan ku lagi, benci
mengalir pada nadi-nadi tubuh, darahku kaku mengetahui ternyata kamu sudah
mempunyai kekasih baru. Kamu memegang tanganya, kamu memperlihatkan nya dengan
bangga kepada dunia. Aku tersenyum, memberikanmu selamat atas apa yang kamu
rasakan. Kamu selalu berganti pasangan, selalu membahagiakan orang yang berada
disisimu. Maka ketika aku menjerit menangis karena hatiku hancur oleh sosok
lain, kamu yang pertama ku hubungi, kamu yang pertama ingin ku beri tau mengapa
aku menangis disaat kala banyak teman-teman ku bertanya apa yang salah denganku.
Dan ternyata aku benar,
dipembuktian malam itu, ketika kita pergi jauh dari suasana yang merisihkan
perasaanku dan mungkin juga perasaanmu. dan hanya kamu yang bisa mengembalikan
senyum diwajahku, bahkan aku masih bisa tertawa disaat aku menangis karena hal
lain. Taukah kamu, ada sosok lain yang menyakitiku. Apa kamu tak mau
menyuruhnya agar menjauhiku? Kamu itu pendiam, ketika bersamaku kamu tak pernah
banyak bicara. Ketika aku mengoceh bercerita kamu hanya tersenyum memandang
wajahku dengan khas matamu itu.
Aku tak pernah menginginkan
kisah dulu terulang agar aku tak pernah meninggalkanmu pergi seperti waktu
dulu. Aku ingin kamu. Namun saat ini, melihat kamu yang ternyata telah
menemukan bahagia mu, aku malah semakin lelah karena penyesalan ku mengapa dulu
aku mengabaikanmu. Aku marah mengapa baru sekarang aku menyadari bahwa sosok mu
adalah belahan-belahan hatiku yang sudah Tuhan ciptakan beberapa bagian agar
yang tak sempurna akan menjadi sempurna.
Dan sepertinya aku ingin
bertanya satu hal padamu. Apakah perasaanmu masih sama terhadapku? Seperti
dulu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar