Senin, 26 Mei 2014

Pemangsa Malam.

Dahulu kala di dunia bagian barat daya, dibawah angkasa dan bernuansa sederhana. Angin nya begitu bisa membuat siapa saja yang merasakanya seakan terbang, matahari satu-satu nya membuat semua pepohonan menyambutnya dengan hangat. Ada satu ekor srigala jantan sedang mengaung mencari arah untuk pulang. Srigala itu tersesat dan hampir akan putus asa, dia lelah dan selalu kelaparan. Srigala itu sangat membenci malam, karena saat itu dia sangat merasa sendirian.   

“Hay semesta! Lihat aku!! Begitu menyedihkanya aku.” srigala itu mengaung   

“HAHAHA ya. Memang sangat menyedihkan.”   
“Siapa itu?” srigala itu mencari asal suara yang membuatnya semakin terasa meyedihkan   

“Aku!” burung hantu cantik meneriaki nya dari batang pohon yang berada jauh diatas kepala srigala itu   

Srigala itu tak menghiraukanya, dia menganggap bahwa burung hantu itu hanya melewatinya dan beberapa saat akan pergi dari pandanganya. 

Srigala memejamkan matanya untuk beberapa saat, mengistirahatkan tubuhnya yang berdarah-darah karena perjalanan yang melelahkan. Menangisi kini tak ada rasa lagi baginya, dia hanya bisa membaringkan tubuhnya yang sudah tak memiliki energi penuh seperti biasanya.   

Pertengahan malam srigala itu terbangun dan kemudian tersenyum. Hati nya merasa nyaman dengan suara yang lahir dari malam, ditambah desiran angin yang tersaring oleh daun-daun pohon yang dijadikannya tempat peristirahatan. Lelah nya tiba-tiba hilang, beban nya tersapu oleh angin malam. Untuk pertama kalinya srigala itu merasakan nafas nya lagi masih berada didalam tubuhnya, pendarahanya kembali berjalan seperti biasanya.   

“Dari mana kamu belajar mengeluarkan suara yang sebegitu merdunya?”  

“Aku sama sekali tak melakukan apapun. Aku hanya bernyanyi sambil menghibur malam agar tak merasa kesepian.” Burung hantu itu tersenyum   

“Apa jangan-jangan kamu yang merasa kesepian?” srigala mulai mempermaikan waktu malam bersama burung hantu yang cantiknya seperti sinaran bulan   

“HAHA tidak. Aku hanya ingin menghibur malam.”   

“Malam sudah ditemani oleh bulan dan jutaan bintang. Mungkin kali ini kamu harus menghiburku.” Srigala itu tersenyum manis berusaha agar gigi nya tak terlihat menakutkan untuk burung hantu   

Malam itu, srigala dan burung hantu berteman dan membicarakan banyak hal. Srigala bercerita bahwa dia sedang merasa kesepian dan ingin sekali menemukan jati diri yang sampai sekarang belum dia temukan. Sedangkan burung hantu bercerita bahwa dia sangat senang berpetualan dan berbicara bersama malam.   

Beberapa hari kemudian srigala dan burung hantu sangat dekat. Mereka bersama menyelusuri siang dan malam, memburu angin dibawah angkasa. Burung hantu setia disisi srigala tanpa pernah merasa takut bahwa dia akan terluka atau dimangsa, meskipun srigala sangat lapar. Setiap malam srigala selalu meminta burung hantu bernyanyi untuknya.  

“Kamu percaya takdir?” srigala bertanya pada burung hantu yang berada tepat diatas kepalanya   

“Tentu. Apa kamu percaya?”   

“Tidak. Jika bukan karna kesalahan takdir yang masih saja belum bisa menemukan jati diriku. Mungkin aku tak akan merasa kesepian. Aku beruntung memiliki kamu disisiku.”   

Burung hantu hanya tersenyum.   

Ratusan hari sudah mereka lewati bersama, mengolok-ngolok malam yang semakin hari semakin membuat srigala itu bahagia. Burung hantu bernyanyi semakin membuat srigala itu jatuh hati. Baginya, burung hantu adalah bulan yang dapat terbang. Burung hantu itu bercahaya dan terlihat berbinar-binar dimatanya. Semakin lama srigala itu menjadikan burung hantu adalah segalanya.   

Tanpa terasa,   

“Apa kamu tak merindukan kelompokmu?” burung hantu itu bertanya diantara malam yang tak terlihat ada bintang   

“Mengapa kamu menanyakan ini padaku?”   

“Kamu sudah menjadi srigala yang sesungguhnya. Memangsa, mengaung gagah dan sudah dapat berteman dengan malam.”   

Srigala terdiam…   

Malam berikutnya burung hantu tak terlihat ditempat biasa kaki kecilnya meremas batang pohon tinggi yang menjulang. Srigala resah dan berharap tak ada yang berubah. Namun ternyata salah, srigala menyadari ada yang berbeda. 

Burung hantu kini merindukan kepakan sayapnya yang bebas menciumi langit-langit malam.   

“Kamu tau takdir? Aku dan kamu ditakdirkan untuk saling bertemu dan belajar menemukan jati diri masing-masing. Darimu aku belajar menjadi burun hantu yang tak takut memilih jalanku, belajar tak takut pada apapun yang ada dihadapanku.”  

Srigala itu mendengarkan suara merdu burung hantu kini berubah menjadi salam perpisahan. 

“Kamu rindu berpetualang bukan?”   

Burung hantu terdiam dan memandang angkasa. Langit malam berkelipan seperti sebuah pertanda mengajaknya untuk terbang bersama. 

“Teruslah berlari dan mengaung sekeras mungkin. Agar aku akan terus mendengar bahwa kamu baik-baik saja. Dan jadilah srigala yang memiliki segalanya.”   

“Karna mu, aku sangat mencintai malam. Aku akan sangat merindukan suara mu.” 
Srigala meneteskan air mata dan menjilatnya karna belum pernah merasa kehilangan yang sesungguhnya   

“Suaraku akan terdengar ditelingamu. Meskipun nanti aku berada sangat jauh darimu.”   

Srigala menatap ke angkasa, melihat burung hantu itu mengepakan sayapnya dan pergi berpetualang dan meninggalkanya. Lalu srigala itu berlari, berusaha menemukan kelompoknya dan memulai jati dirinya dengan bahagia karena malam kini ada dipihaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar