Kami sudah bersama sejak lama, sejak kami
berdua berada di bangku sekolah menengah pertama. Saat keluarga nya mengisi
rumah sebelah yang sudah kosong berbulan-bulan lamanya, dan saat pria berambut
hitam kecoklatan itu menjadi murid baru dikelasku. Aku berteman denganya sampai
saat ini, saat kami sudah hampir akan menyelesaikan studi akhir dan akan
menjadi sarjana bersama.
Banyak yang mengatakan bahwa kami adalah
sepasang kekasih yang tiada hari tanpa perdebatan yang membuat senyum kami
menghilang. Sejak kami menjadi semakin dekat banyak pertanyaan apakah kami
berpacaran atau hanya berteman, dan salah satu dari kami selalu menjawabnya
dengan “bukan”. Tapi lain hal nya
denganku, sejak kami lulus SMA, perasaan ku berubah dari menganggapnya hanya
sahabat dekat menjadi sahabat nya tak mau ku lepaskan.
Namanya Arief, pria yang memiliki mata indah
itu seakan selalu membuat hariku penuh warna. Arief adalah satu-satunya pria
yang mengerti bagaimana menghadapi wanita ceroboh seperti ku. Aku mencintainya,
tapi ini adalah rahasia.
*
Kami sudah bersama sejak lama, sejak kami
berdua berada di bangku sekolah menengah pertama. Saat keluarga ku pindah ke
luar kota karna pekerjaan Ayah, dan saat wanita berambut hitam kemerahan itu
menjadi teman pertama di kelas baruku. Aku berteman denganya sampai saat ini,
saat kami sudah hampir akan menyelesaikan studi akhir dan akan menjadi sarjana
bersama.
Banyak yang mengatakan bahwa kami adalah
sepasang kekasih yang tiada hari tanpa perdebatan yang membuat senyum kami
menghilang. Sejak kami menjadi semakin dekat banyak pertanyaan apakah kami
berpacaran atau hanya berteman, dan salah satu dari kami selalu menjawabnya
dengan “bukan”. Tapi lain hal nya
denganku, sejak kami masuk SMA, perasaan ku berubah dari menganggapnya hanya
teman wanita ku menjadi teman wanita satu-satunya untukku.
Namanya Senja, wanita yang memiliki senyum
paling manis bagiku. Senja adalah satu-satunya wanita yang mengerti bagaimana
cara menghadapi pria yang pendiam sepertiku. Aku sangat mencintainya, dan cinta
ini akan ku simpan sendirian saja.
*
Hari-hari ku selalu ramai oleh canda kami
berdua. Entah hanya perasaanku saja atau bukan tapi arief tak pernah memperdulikan
wanita-wanita yang selalu mendekatinya. Arief adalah pria terpintar saat
sekolah menengah pertama dulu, dan saat putih abu kami dimulai belum apa-apa
arief sudah menjadi kapten basket, dan saat kami berada di university arief
akan diangkat menjadi asisten dosen, maka tak heran jika arief banyak dikagumi
oleh wanit-wanita cantik itu. Terkadang aku merasa tak nyaman dengan keadaan
itu, ditambah mengingat aku hanya wanita ceroboh dan tak pandai berdandan.
Sebenarnya banyak kesempatan yang bisa ku
jadikan ungkapkan bahwa selama ini aku juga mengagguminya, memendam perhatian
lebih padanya dan cinta diam-diam ku padanya ingin sekali ku utarakan, tapi aku
hanya wanita yang tak bisa memulai duluan. Dan pada akhirnya lagi-lagi aku
memendam.
*
Hari ku semakin menarik jika bersama dengan
senja. Senja adalah wanita yang tak pernah bisa diam, mulut nya selalu bicara
dan rambut nya selalu berantakan, dia adalah wanita biasa dan apa adanya yang
selalu saja mencuri perhatianku. Meskipun banyak wanita yang mendekatiku tapi
hanya senja lah yang ku inginkan. Ada beberapa pria tampan yang selalu saja
mendekatinya, memberi dia bunga sampai menjemputnya kerumah untuk pergi
sekolah, tapi selama itupun aku tak pernah melihat senja menaggapinya,
terkadang aku merasa bukan apa-apa jika dibandingankan dengan mereka.
Sebenarnya setiap kali beretemu, saat matahari
dengan anggunya turun kebalik bukti, aku ingin sekali katakan bahwa aku
hanya mencintai senja, sejak lama dan
sampai saat ini. Tapi percuma, aku tak pernah ada keberanian untuk memulai
semuanya duluan. Dan pada akhirnya lagi-lagi aku memendam.
*
Hari ini adalah hari ulang tahun ku. Aku
berharap arief akan menjadikan itu hari yang tak pernah terlupakan olehku.
Dan ternyata benar, arief menjadikan itu hari
yang tak pernah terulupakan olehku, karna arief tak mengingat bahwa hari ini
adalah hari ulang tahun ku, semuanya terasa sangat menyakitkan dan aku sangat
membencinya. Bahkan ku putuskan untuk tak lagi memendam perasaan ini untuknya,
bahkan aku tak pernah tahu apa arief merasakan hal yang sama atau tidak. Aku
sudah tak peduli, dan aku akan melupakan perasaan ini. Aku rasa semua sudah
cukup sampai disini.
Besok aku akan pergi ke kampus dengan Rangga,
bahkan aku terima ajakanya untuk sarapan bersama.
*
Saat matahari mulai terbenam, aku baru
mengingat bahwa hari ini adalah hari ulang tahun senja. Rasa bersalah membuat
tugas yang dari tadi sedang ku kerjakan terbuyar. Rasa takut akan kemarahanya
menguatkanku untuk tidak dulu menghubunginya. Ku putuskan bahwa besok pagi aku
akan mengucapkanya langsung kerumahnya.
*
“hi morning. Mau kemana sih kamu pagi-pagi
gini udah cantik?” arief tiba-tiba muncul didepan rumahku
“mau pergi.” Jawabku ketus
“pergi kemana sih? Sama siapa? Ada yang mau
aku omongin sama ka..”
Belum selesai arief bicara, suara mobil rangga
sudah terdengar didepan rumah, rangga keluar dari mobil dan menggenggam
tanganku didepan arief, ada perasaan tak nyaman dengan perlakuan rangga ini.
Tapi buatku, tak ada jalan lain selain harus melupakanya.
“jalan-jalan doang sambil mau ke kampus, sama
rangga. Tadi kamu mau ngomong apa?” dalam hati aku berharap arief akan
melarangku pergi dan menyuruhku untuk tetap bersamanya.
“gak ada apa-apa ko, kamu hati-hati ya.
Rangga, titip senja ya.” Arief tersenyum kearah ku yang sedang dibawa rangga
pergi kedalam mobil
Aku hanya
bisa diam. seperjalanan aku tak ingin membahas apapun dengan rangga, bahkan
pembicaraan kami pun entah menjurus kearah mana, yang ku pikirkan hanya arief.
*
Aku bangun pagi sekali, meskipun semalaman aku
berlatih bicara romantic didepan senja tak membuatku bangun terlambat, bahkan
aku sudah bangun sebelum alarm jam berbunyi. Sunggu jatuh cinta itu membuat
segalanya menjadi indah.
Dan karena aku masih saja tak berani untuk
mengetuk rumahnya, maka ku putuskan untuk menunggunya keluar rumah. Saat ku
lihat senja keluar rumah, aku berlari menghampirinya… dan saat ku lihat senja
sudah seperti siap berangkat entah kemana
“hi morning. Mau kemana sih kamu pagi-pagi
gini udah cantik?” ku mulai pembicaraan sambil menggodanya, meskipun pada
kenyataanya senja memang terlihat cantik
“mau pergi.” Jawabnya dengan ketus
“pergi kemana sih? Sama siapa? Ada yang mau
aku omongin sama ka..” ku percepat bicaraku
Tapi belum selesai aku bicara, ada suara mobil
entah siapa yang sudah terdengar didepan rumah senja, dan ternyata rangga keluar
dari mobil dan menggenggam tangan senja tanpa menyapaku terlebih dulu. Saat
melihat senja hanya diam saja tanganya digenggam erat oleh rangga, aku hanya
bisa diam tak bicara. Rasanya sungguh menyakitkan.
“jalan-jalan doang sambil mau ke kampus, sama
rangga. Tadi kamu mau ngomong apa?” senja meneruskan pembicaraan kami
“gak ada apa-apa ko, kamu hati-hati ya.
Rangga, titip senja ya.” Aku hanya bisa tersenyum kearahnya sambil menahan hati
yang sepertinya akan terguling tak berdaya pagi ini. Ingin rasanya ku raih
tangan senja dan membawanya jauh dari rangga. Tapi apa daya aku tak ingin
menghancurkan acara nya bersama rangga.
Aku yakin senja sudah menemukan bahagianya.
*
“sudah lama rasanya tak berbicara berdua lagi
denganmu” tak sengaja aku bertemu denganya dihalaman depan rumah kami berdua
yang bersebelahan
“ya, lima bulan ini kamu terlalu sibuk dengan
kekasihmu.” Arief sedikit tertawa
“lalu kamu? Sudah punya kekasih kah?” aku
balik bertanya dengan sedikit sinis padanya
“sudah, dan aku bahagia.”
Jawaban yang membuat hatiku teriris. Aku
memilih diam dan menangis…
“mengapa kamu menangis? Ada yang salah dengan
perkataanku?” arief menatapku khawatir
“bukan rief, ini soal Rangga.”
“kenapa dengan dia? Rangga menyakitimu? Bodoh
sekali pria itu. Aku saja tak pernah menyakitimu bukan! Aku juga tak pernah
membuatmu menangis” arief terdengar sangat marah sambil berteriak
Apa katamu rief? Kamu tak pernah menyakitiku?
Kamu tak pernah membutku menangis? Apa selama ini kamu tak pernah sadar bahwa
disetiap pagi menjelang mataku bengkak oleh kelakuan mu yang masih saja tak
mengerti akan perasaanku yang begitu besar padamu. Hatiku yang hanya bicara,
mulutku hanya diam mendengar arief yang tak berhenti bicara
“kenapa? Apa yang rangga lakukan padamu
senja!” arief membentakku
“dia melamarku rief!! Dan aku tak tahu harus
menjawab apa?!” tanpa aba-aba aku mengatakan segalanya, hal yang membuatku tak
nyaman belakangan ini
Lalu kami hanya sama-sama terdiam.
“aku sangat rindu padamu rief, aku rindu kita
yang dulu. Aku membutuhkanmu, aku tak tahu harus menjawab apa.” Aku menangis
sejadi-jadinya
“senja, sebahagia itukah kamu dilamar oleh
rangga? Sampai menangis didepanku sambil mengatakan bahwa ada pria yang sudah ingin
memintamu menjadi wanita didalam hatinya untuk selamanya? Mendampinginya?” arief tertunduk didepanku
“rief, dari dulu dan sampai saat ini hanya
kamu bahagiaku. Dan kamu pun begitu bukan?” dengan bodohnya aku menanyakan itu
“eh tunggu, mungkin kali ini bahagiamu adalah
kekasihmu kan rief, kamu sendiri yang mengatakan itu.” Dan dengan bodohnya juga
aku menjawab pertanyaanku sendiri
“terima saja jika denganya kamu bahagia,”
hanya itu yang ku dengar dari pria yang selama ini ku cintai
“rief, apa kamu mencintaiku?” lagi-lagi aku
menanyakan hal bodoh
Arief diam sesaat lalu menjawab “aku pasti
akan datang diacara pernikahanmu senja.” Kemudian dia tersenyum
“Dasar pengecut!” ku angkat tubuhku dengan
cepat, pergi menjauh darinya, dan tak pernah lagi menatap wajahnya.
*
Malam itu ku lihat senja pulang dengan mobil
rangga seperti biasanya, tapi tidak biasanya senja menghampiriku dan memuulai
percakapan “sudah lama rasanya tak berbicara berdua lagi denganmu”
“ya, lima bulan ini kamu terlalu sibuk dengan
kekasihmu.” Ku jawab seadanya
Tiba-tiba senja menanyakan hal yang membuat
hatiku berdegup lebih kencang “lalu kamu? Sudah punya kekasih kah?”
“sudah, dan aku bahagia.” Dan aku berbohong,
karna sampai saat ini aku masih tak bisa mengisi hati oleh wanita lain jika
didalamnya sudah ada kamu, senja.
Malam itu berubah menjadi malam tersunyi yang
pernah ku alami selama dengan senja, lalu kulihat senja menangis.
“mengapa kamu menangis? Ada yang salah dengan
perkataanku?”
“bukan rief, ini soal Rangga.” begitu bosan
karna nama itu lagi yang keluar dari senja
Tiba-tiba emosi ku meningkat dan amarahku
berubah menjadi cacian pada rangga, begitu menyebalkan melihat wanita yang ku
cintai harus menangis karna pria yang tak pernah ku kenal dekat “kenapa dengan
dia? Rangga menyakitimu? Bodoh sekali pria itu. Aku saja tak pernah menyakitimu
bukan! Aku juga tak pernah membuatmu menangis”
Senja hanya diam seolah tak mendengar apa yang
sedang kutanyakan
“kenapa? Apa yang rangga lakukan padamu
senja!” ku bentak senja tanpa sengaja
“dia melamarku rief!! Dan aku tak tahu harus
menjawab apa?!”
Jawaban senja yang begitu membuatku tak
berdaya. Aku seakan seperti pria bodoh yang teramat bodoh karna telah
membiarkan wanita yang ku cintai sejak lama diminta pria lain untuk
dinikahinya.
Lalu kami hanya sama-sama terdiam.
“aku sangat rindu padamu rief, aku rindu kita
yang dulu. Aku membutuhkanmu, aku tak tahu harus menjawab apa.” Tiba-tiba senja
mengatakan hal yang sama dengan perasaanku
“senja, sebahagia itukah kamu dilamar oleh
rangga? Sampai menangis didepanku sambil mengatakan bahwa ada pria yang sudah
ingin memintamu menjadi wanita didalam hatinya untuk selamanya?
Mendampinginya?” aku hanya
tertunduk
“rief, dari dulu dan sampai saat ini hanya
kamu bahagiaku. Dan kamu pun begitu bukan?” senja bertanya seakan memberikanku
tamparan bahwa seharusnya aku mengatakan perasaanku yang sebenarnya padanya,
bukan berbohong mengatakan bahwa aku sudah bahagia dengan wanita lain.
Dan belum sempai ku jawab, senja sudah bicara
terlebih dulu “eh tunggu, mungkin kali ini bahagiamu adalah kekasihmu kan rief,
kamu sendiri yang mengatakan itu.”
“terima saja jika denganya kamu bahagia,”
hanya itu yang ku bisa katakan untuk wanita yang ku cintai
“rief, apa kamu mencintaiku?” lagi-lagi aku merasa
bodoh karna belum saja bisa mengatakan yang sebenarnya
Dan panggil aku bodoh karna yang bisa ku
katakan hanyalah “aku pasti akan datang diacara pernikahanmu senja.” Aku hanya
bisa tersenyum sambil berharap malam ini hanyalah mimpi buruk yang sebentar
lagi akan selesai dengan sendirinya.
“Dasar pengecut!” kata-kata dari mulut senja yang membuatku
semakin merasa menjadi pria paling bodoh sedunia.
*
Hari ini adalah hari pernikahanku dengan
rangga, meskipun salah tapi aku sangat berharap arief muncul dan mengatakan
bahwa kami bisa bersama seperti dulu lagi. Meskipun mustahil, karna sejak
pembicaraan kami malam itu aku dan arief sama-sama tak pernah lagi bertemu, bahkan
saat wisuda dikampus kami sebulan yang lalu, aku tak lagi melihatnya.
Waktu berjalan sangat cepat dan hari semakin
siang, saat semua akan dimulai ku lihat arief datang dengan jas berwarna hitam,
juga rambut hitam kecoklatan yang disisir rapi olehnya membuatku terasa sangat
menyedihkan, haruskah semua berakhir seperti ini rief?
Saat acara hampir selesai dan para tamu
berhenti berdatangan, aku memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhku diruang
rias. Aku memilih untuk sendiri, sampai pria itu muncul lagi untuk pertama
kalinya semenjak dia menghilang.
“kamu sangat cantik senja.”
“terima kasih telah datang rief.”
Arief memelukku dan memberikanku surat diamplop
putih yang dipadukan dengan warna kuning keemasan seperti langit senja. “semoga
kamu bahagia, senja.” Arief pergi begitu saja meninggalkanku yang masih
memandangnya.
Aku membuka amplop nya perlahan, dan yang
kulihat hanya tulisan.
Selamat
berbahagia untuk wanita yang sangat ku cintai sejak lama.
Sahabat terbaikmu, Arief.
“Dasar pengecut! Mengapa tak kau katakan bahwa
selama ini kamu punya perasaan yang sama
denganku!” aku menjerit menangis sejadi-jadinya.
*
Sejak pembicaraan malam itu aku memutuskan
untuk tak lagi bertemu dengan senja. Sebisa mungkin aku menghindari waktu dan
tempat jika kami bisa saja bertemu. Bahkan sat acara wisuda kampus, aku tak
menghadirinya karna takut akam bertemu denganya. Bukan karena aku marah
padanya, tapi karena aku sedang menghukum diriku sendiri karna sudah bodoh pada
perasaan seperti ini.
Sampai saat ku tahu bahwa senja akan
mengadakan pernikahan dengan rangga, aku baru menyadari bahwa aku memang tak
akan pernah bisa meluapakan wanita ceroboh itu. Perasaanku hancur lebur oleh
berita itu, penyesalan kini tak ada artinya. Tapi aku memutuskan untuk datang
keacara pernikahanya, meskipun rasanya sangat menyakitkan tapi aku tak ingin
mengsia-siakan pertemuan terakhir ku dengan senja. Karena setelah itu ku
putuskan akan pindah keluar kota untuk mencari kerja dan tak akan lagi bertemu
dengan senja. Meskipun mustahil untuk melupakanya, tapi aku tak akan pernah mau
untuk merusak keluarga barunya dengan rangga. Meskipun senja adalah wanita yang
ku cintai sejak lama, dia masih akan menjadi sahabat dan wanita satu-satunya
untukku.
Saat acara akan dimulai kulihat senja dengan
cantiknya memakai gaun pengantin menuju pria yang bukan aku disana. Air mata ku
bercucuran saat ku dengar orang-orang sekelilingku bertepuk tangan. Ku tahan
perasaanku agar tak terlihat menyedihkan diacara bahagia sahabat terbaikku.
Dan saat ku lihat senja berjalan seorang diri
menuju ruang rias, ku hampiri dia perlahan.
“kamu sangat cantik senja.”
“terima kasih telah datang rief.” Wajahnya
seakan tak percaya karna melihatku.
Yang bisa ku lakukan hanya memeluknya sambil
memberikan surat yang berisi pesan ku untuknya. Setelah itu, aku pergi tanpa
ucapan selamat tinggal, aku tak lagi menolehnya seperti yang dia lakukan saat
malam terakhir kami bicara. Saat aku tak kuasa melangkahkan lagi kakiku, aku
putuskan untuk bersandar sebentar pada tembok yang tak berada jauh dari ruang
rias itu, lalu ku dengar senja menjerit sambil berteriak
“Dasar pengecut! Mengapa tak kau katakan bahwa
selama ini kamu punya perasaan yang sama
denganku!”
Kau tahu apa yang bisa ku lakukan saat itu?
Menangis tanpa memikirkan bagaimana menahan malu dari banyak pasang mata yang
melihatku. Begitu penyesalan kini sedang menggerogotiku dari dalam, hatiku hancur
tak karuan.
Kini cinta tak ada artinya karna aku hanya
menangisi perasaan pada wanita yang sudah menjadi pendamping pria lain untuk
selamanya.
Kini untuk menyesal pun ku rasa sudah
terlambat.