Teruntuk,
Pria yang sekarang
sedang ku lihat sedang menikmati sarapan dimeja makan.
Aku tahu dia pasti akan
tertawa jika tahu aku sedang menuliskannya surat cinta. Ini adalah surat cinta
pertama yang ku tulis untuknya.
Ketika aku sedang
menulis ini, sesekali wajah itu memandangku dengan memperlihatkan keinginan
tahuan apa yang sedang ku lakukan. Suara-suara hentakan yang timbul dari
tanganku yang terus mengetik membuatnya mengkerutkan kening. Hahaha, sekarang
akulah yang tertawa. Posisi meja makan dengan kamar ku bersebrangan, maka tak
heran jika aku sedang diperhatikan. Bisa ku tebak, setelah selesai dia makan,
dia akan menghampiriku dan mengintip apa yang sedang ku tulis. Ya, aku tahu
karena itulah yang selalu Ayah lakukan jika tau aku sedang menulis sesuatu hal.
Pria yang selalu
melakukan hal gila hanya supaya aku bisa tertawa, pria yang tak pernah mengenal
kata lelah jika dihadapanya aku selalu bahagia. Pria yang membuatku merasa
menjadi wanita yang sangat istimewa.
Sesekali aku yang
melihat ke arahnya ketika ayah sedang makan. Ku lihat wajahnya yang mulai
kusam, keringat yang mengalir dari sela-sela rambutnya membuat ku yakin bahwa
ayah adalah pria yang pantas ku cintai sedalam ini. Rambut putihnya sudah mulai
terlihat semakin banyak, maka dari itu aku selalu berdoa tak ingin ayah semakin
tua. Tubuh nya perlahan membungkuk, aku yakin beban keluarga yang mengalir di
sel-sel tubuhnya membuat tulang-tulang nya lelah. Tapi satu hal yang membuat ku
tak pernah percaya bahwa dia adalah manusia, yaitu wajah bahagia dan suara tawa
nya tak pernah absen meski satu hari saja. Itulah mengapa aku selalu mengatakan
bahwa pria ini adalah malaikat yang Tuhan kirimkan.
Ayah adalah satu-satu
nya pria yang tak pernah memaksa ku untuk terlihat dewasa. Meskipun umur ku sudah
mau menjadi kepala dua, tapi baginya aku hanyalah gadis kecilnya. Aku dan ayah
mempunyai kebiasaan yang sama, selalu sama-sama ingin membuat satu sama lain
bahagia. Ayah adalah satu-satunya pria yang tak ingin anak perempuanya jatuh
cinta, karena baginya cinta perihal mencintai bukan jatuh nya. Nahkan, ayah
membuat ku tertawa lagi. Tanggapan ayah yang satu ini selalu membuatku tak bisa
berkata apapun. Ayah selalu takut aku mencintai pria lain melebihi cinta ku
pada ayah. Dan tanggapan ayah yang satu ini juga membuat ku terawa. Hahaha
Mungkin ayah belum saja
paham bahwa hanya dia satu-satunya pria yang membuatku bisa mengenal cinta. Tak
peduli berapa kali banyak aku tersakiti karena cinta, aku tahu suatu hari nanti
aku bisa merasakan cinta yang harus tak menyakiti. Tak peduli berapa kali
banyak aku harus menangis karena pria lain, aku tahu suatu hari nanti aku bisa
bertemu dengan pria yang bisa mencintaiku seperti ayah mencintaiku. Dan soal
tampan atau tidaknya, aku tak ingin berkomentar, karena ayah selalu mengatakan
bahwa tak akan ada lagi pria tampan yang bisa mencintai dengan benar selain
dirinya. Percayalah, tanggapan ayah yang satu ini selalu berhasil membuat perut
ku sakit karena tertawa tak hentinya. Hahaha
Terlalu serius
menuliskan surat cinta, aku sampai tak lagi memperhatikan ayah yang sedang
makan ternyata sudah menghilang. Maka sudahlah, aku tak ingin ayah mengetahui
isi dari surat cinta ini. Biarkan surat cinta ini menjadi rahasia kecil yang
pernah ku tuliskan.
Dan satu hal lagi. Jika
ada yang bertanya siapa cinta pertama ku.
Ku jawab, cinta pertama
ku adalah Ayah ku.
Dari,
Gadis kecilmu.
Jarang-jarang nemu surat puitis gini, hebat kak :)
BalasHapusAmin. Terima kasih ya, fikri :)
HapusBtw, thanks for reading my post. Hehehe
Bagus nih terharu :')
BalasHapuswah mau banget dibikini surat cinta juga hehe
BalasHapuskeren nih tulisannya, saya suka gaya tulisannya ini...
BalasHapusAhh :') Terima kasih, muattaqin! :)
Hapusiya juga sih.
BalasHapuskebanyakan orang terlalu sering nulis surat cinta jadi lupa kalau orangtua adalah orang yang seharusnya paling dicintai :)
orang tua adalah sebenar-benarnya yang terlupakan padahal mereka adalah orang-orang yang seharusnya dinomor satukan. yakan?
Hapuskeren mbak :)
BalasHapusAhh :') Terima kasih, erdi! :)
Hapusharusnya gitu ya, cinta pertama, teruntuk orangtua.
Hapussama-sama. nisa :)
Ya, harusnya seperti itu.
Hapuscinta yang tak ada kata "Tapi" itu (hanya) orang tua, menurutku.
*toss*
Hapus*toss*
Hapus