Teruntuk,
Seseorang yang sedang berada dalam pelukan orang.
Tolong tak perlu kau
anggap bahwa ini adalah surat cinta. Karena aku tahu, kamu tak terlalu menyukai
sesuatu hal yang berlebihan. Tapi sungguh, surat ini tak berlebihan menurutku,
aku hanya menuliskanya untuk sebuah pertemuan yang sebenarnya sering ku
rindukan, contohnya sekarang.
Kau tahu? Aku menulis
ini sambil mendengarkan rekaman suara mu yang kau kirim beberapa bulan lalu. Bukan
suara nya yang ku permasalahkan, tapi lirik yang kau coba nyanyikan itu seperti
ocehan yang membuatku sadar sedang berada diposisi mana.
Apa kau masih ingat
pertama kali kita bertemu? Di dekat warung tempat biasa kau
menikmati suasana jalanan. Kamu tertunduk malu seolah kita pernah bertemu. Dan hanya
tatap itu yang terekam didalam kepala ku. Tapi bolehkah itu tak ku anggap
sebagai pertemuan pertama? Aku tahu kamu pasti sedang terheran-heran bertanya
didalam kepala “Mengapa?” hahaha, aku tertawa.
Bagi ku, pertemuan
pertama kita adalah saat aku menangis merintih menjerit di pundakmu. Bahu mu
itu sungguh menguatkanku. Banyak hal yang kau coba lakukan hanya untuk
membuatku berhenti mengeluarkan suara bising. Aku tahu suara tangis ku sangat
mengganggumu. Tapi saat itu aku sama sekali tak bisa menahan rasa sakit yang
merobek hatiku sedikit demi sedikit. Kamu adalah pria yang mengambil semua perhatianku penuh. Ya, bagaimana mungkin ada pria yang belum begitu saling mengenal lebih tapi mau menemani, memberi bahu, sampai mendengar keluh kesah ku karena cinta yang begitu bodoh telah memberikan luka dihatiku. Begitu istimewa nya kamu.
Aku akan melewati
bagian itu dan itu dan seterusnya setelah itu. Aku tak ingin membahas yang
sudah menyakitiku lagi kepada mu, aku tahu kamu tak suka itu. Aku hanya ingin
membicarakan rindu.
Aku rindu membagi tawa
denganmu, aku rindu kita yang saling membahagiakan seperti dulu. Aku tahu itu
bukan salahmu jika rasa yang mulai hadir diantara kita tak bisa kau
perhitungkan. Dan katakan saja bahwa itu salahku karena tak bisa membedakan
mana yang harus ku pilih dan mana yang harus ku tinggalkan. Bodoh nya aku yang
tak bisa memberikan kesempatan padamu untuk membuktikan. Tapi jika waktu bisa
diputar ulang, aku tak ingin merubah sesuatu hal. Jika kau mengerti menjadi
aku, kau akan tahu bahwa apa yang ku lakukan dulu adalah yang terbaik untukmu
dan juga untukku.
Aku tahu rasa itu
menjadi abu-abu dan itu adalah alasan mengapa setelahnya kamu tak ingin lagi
bertemu denganku. Bahkan hanya menjawab sapa ku jika kita bertemu dijalan. Aku tak
mempersalahkan mu atas akhir yang seperti ini, karena mungkin salahku yang
memberikan rasa sakit yang berlebih atas kecewa yang teramat dalam hatimu dan
itu karena keputusan ku.
Darimu aku belajar,
bahwa terkadang ada hal yang harus begitu lama kita pertimbangkan. Memilih orang
yang ingin kita bahagiakan tak menjamin itu adalah pilihan yang benar. Membahagiakan
orang yang kita bahagiakan pun tentu harus membuat kita ikut serta merasa bahagia.
Bukan yang membuat kita merasa menjadi seseorang yang dinomor satukan, tapi
orang yang membuat kita merasa utuh dan nyaman, maka bahagia sudah berada dalam
genggaman.
Meskipun aku dan kamu
tak pernah menjadi kita, tapi didalam rasa aku yakinkan bahwa kamu pernah ada.
Terima kasih karena
pernah ada dalam kisah.
Biarkan kita hanya menjadi bayangan. Semoga kamu bisa bahagia dengan kekasih yang kau banggakan.
Dari,
Perempuan
dari tatap pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar