Priaku,
Boleh kah ku panggil
dengan sebutan itu? aku hanya sedang memikirkan mu tanpa jeda waktu, tanpa
mengenal bahwa sekarang sudah pukul dua dini hari dan bukan malam lagi. Aku
masih saja belum bisa berhenti merindukan mu bahkan sampai detik aku menulis
kata tadi.
Aku tak ingin
menanyakan kabar mu, aku tahu kamu pasti baik-baik saja disana. Aku tau ini
sudah menjadi entah surat cinta yang keberapa, dan aku tak peduli bahwa kamu
masih saja tak pernah membalasnya. Terlewat bahagia kah kamu disana sampai tak
pernah lagi menemukan ku meski dalam mimpi? Aku tau kamu tak suka melihat ku
menangisi rindu itu yang tak saja kunjung habis, tapi sungguh, air mata ku
bukan karena mu, aku hanya saja masih tak bisa menahan ingatan jika sudah
menoleh padamu.
Sebenarnya, aku akan
membuat pengakuan. Tapi pertama-tama aku ingin mengucapkan Happy Birthday, semoga panjang umur dan sehat selalu. Jangan
terlalu marah seperti itu, ini adalah hari bahagiamu, maka aku akan mendoakan
hal yang sewajarnya orang doakan pada seseorang yang sedang berulang tahun.
Apakah ucapan doa itu cukup untuk menambahkan umur mu? Untuk membawamu kembali lagi padaku? Apa sekarang kamu sudah cukup pintar untuk mengartikan rindu? Dari
dulu kamu masih saja tak pernah bisa serius menangapi rasa rindu ku, kamu
selalu merasa bahwa kita punya cukup banyak waktu untuk bersama. Iya kah?
LIHAT! Bahkan sekarang adalah ke-5 kalinya kamu tak merayakan hari bahagiamu
bersama ku. Aku marah sekali padamu jika harus mengingat itu.
Tidak! Aku tidak
menangis ketika sedang menulis paragraph tadi. Jangan menganggapku berlebihan,
aku benci melihatmu yang pasti akan tertawa menggodaku.
Kau tau, banyak cerita
yang ingin ku bagi denganmu. Aku sudah tak tahan jika harus menyimpan segalanya
sendirian. Obrolan malam, usaha lawakan, dan perbincangan yang pernah kita
lakukan sungguh membuatku tak bisa berhenti membayangkan wajahmu itu, seolah
baru kemarin kita bertemu dan bertengkar soal perbedaan. Lagi-lagi hal itu yang
terus menganggu pikiran. Aku masih saja tak percaya bahwa kamu sudah tak ada,
pergi dahulu meninggalkan aku yang masih belum sempat menyampaikan obrolan yang
terhenti karena hujan. Semalaman aku menunggu kabar, dan yang datang adalah
sebuah kehilangan.
Ah hentikan! Aku sudah
tak bisa lagi menahan butir air mata yang sudah berada diujung kelopak mata, yang
siap menetes pada pipi yang biasa kau cubit sampai memerah ini. Maka sudahlah
aku tak ingin meneruskan lagi tulisan ini, cukup sampai disini isi surat cinta
ini.
Oh ya, perihal
pengakuan.
Aku hanya ingin mengatakan
bahwa lagi-lagi rindu itu tak bisa ku tahan.
Aku rindu melihatmu
sedang berlutut menyelipkan doa di lipatan tangan seperti biasanya. aku rindu kata-kata semangatmu yang bisa menghipnotisku untuk segera meng-amin
kan doa mu dalam sujud ku. Dalam doa menghadap kiblat setelah selesai shalat. masihkah kita meng-amin kan doa yang sama? bahkan saat kamu menggenggam erat salib mu dan aku yang sedang berdoa bersama tasbih ku? meskipun banyak orang yang mencaci maki kita, tapi hanya senyum mu yang mampu membuat ku bertahan dengan perbedaan.
Angga,
aku rindu mengucapkan Happy Birthday
tepat didepan wajahmu.
Semoga
kepergianmu hanyalah mimpi buruk, dan setelah aku membuka mata dari tidur
panjang ini, kamu sudah menunggu ku diteras rumah untuk merayakanya lagi
bersama. Semoga semua itu terulang.
Tertanda,
Perempuanmu.
Sudah seperti merindu :)
BalasHapusYa, mungkin seperti itu :')
Hapus