Sabtu, 21 Februari 2015

Mata Memerah



Teruntuk,
Seseorang yang tak ingin ku sebut namanya sekarang.
Seseorang yang tak pernah pergi meski sudah ku usir berpuluh-puluh kali.

Boleh kah kali ini aku menuliskan mu sesuatu?

Aku sedang mengingatmu tiba dengan sebuah payung yang kau genggam untuk meneduhkan ku dari hujan sore itu, saat kamu berusaha membawa ku bangun dari jatuh yang menghancurkan ku, saat kamu mencoba merangkul ku sampai-sampai payung itu kau lempar jauh dari pandanganku. Saat kamu memaksakan pelukan yang harusnya tak ku lakukan.

Ya, saat kamu mengatakan bahwa kamu mencintaiku. Tak peduli pada jawaban ku, kamu tetap erat memeluk harap yang akhirnya hanya bisa mengecawakan mu. bukan begitu?
Andai semua tak serumit itu, mungkin setelah sore menyedihkan itu, kita bisa memulai hari bahagia dengan cara kita sendiri. Dan aku yang terlalu bodoh untuk tidak mengakui rasa yang telah hadir, saat itu aku hanya takut pengakuan akan merusak sebuah persahabatan.

Sudah sering kamu menyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja seperti apa dugaanmu. Andai kamu tau bahwa beberapa persoalan memang membutuhkan waktu lebih banyak untuk diselesaikan.

Sampai kamu lelah mengejar, sampai persahabatan kita semakin terasa hambar. Sampai malam itu kita memutuskan untuk saling menyelesaikan apa yang sudah kita mulai. Sampai pelukan terakhir kamu mengatakan bahwa “Aku mencintaimu, masa bodoh dengan jawaban mu. Dan aku akan tetap menjadi sahabat baik mu sampai kapanpun.” Detik itu, saat kamu baru saja menutup mulut mu setelah mengeluarkan kalimat itu, saat pelukan itu kau lepaskan dengan begitu cepat, saat tubuh mu samar semakin menjauh tak terlihat, aku baru menyadari bahwa sebuah rasa memang tak bisa dipura-pura kan tak ada meskipun sudah dijaga bahkan untuk seorang sahabat. Dan sayangnya, itu adalah pertemuan kita yang terakhir. Kamu menghilang seakan rasa itu seketiba telah pudar dan tanpa kabar kamu memutuskan untuk pergi jauh dari pandangan. Malam itu aku kehilangan dua hal yang menjadikan penyesalan sampai menghabiskan hitungan bulanan, aku kehilangan sahabat ku dan pria yang mencintaiku dan ku cintai juga.

Maaf jika aku hanya bisa menuliskan sebuah penyesalan sekarang. Aku hanya ingin mengadu manja padamu seperti dulu pada sahabat ku, kau tau? belakangan ini mata ku sering merasa perih dan memerah yang teramat sangat, lalu air mata yang tak kunjung berhenti membasahi pipi.

Hey! Aku berani bersumpah bahwa aku tak menangis.
Hanya saja mata ku terkena infeksi.


                                                                                    Dari,

                                                                                    Sahabat bodoh mu.

6 komentar:

  1. Coba deh dengerin lagunya for revenge - mata putih memerah hhehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha. iya, aku juga pernah denger ko :)

      Hapus
  2. memang penyesalan selalu datang di akhir

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha iya, kalau diawal namanya pendaftaran dong. hehe

      Hapus
  3. menahan air mata itu memanglah sulit.
    tekadang melepas air yang ada di mata bisa membuat kita menjadi lega :")

    BalasHapus