Teruntuk,
Seseorang yang tak
ingin ku sebut namanya sekarang.
Seseorang yang tak
pernah pergi meski sudah ku usir berpuluh-puluh kali.
Boleh kah kali ini aku
menuliskan mu sesuatu?
Aku sedang mengingatmu
tiba dengan sebuah payung yang kau genggam untuk meneduhkan ku dari hujan sore
itu, saat kamu berusaha membawa ku bangun dari jatuh yang menghancurkan ku,
saat kamu mencoba merangkul ku sampai-sampai payung itu kau lempar jauh dari
pandanganku. Saat kamu memaksakan pelukan yang harusnya tak ku lakukan.
Ya, saat kamu
mengatakan bahwa kamu mencintaiku. Tak peduli pada jawaban ku, kamu tetap erat
memeluk harap yang akhirnya hanya bisa mengecawakan mu. bukan begitu?
Andai semua tak serumit
itu, mungkin setelah sore menyedihkan itu, kita bisa memulai hari bahagia
dengan cara kita sendiri. Dan aku yang terlalu bodoh untuk tidak mengakui rasa
yang telah hadir, saat itu aku hanya takut pengakuan akan merusak sebuah
persahabatan.
Sudah sering kamu
menyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja seperti apa dugaanmu. Andai kamu
tau bahwa beberapa persoalan memang membutuhkan waktu lebih banyak untuk
diselesaikan.
Sampai kamu lelah
mengejar, sampai persahabatan kita semakin terasa hambar. Sampai malam itu kita
memutuskan untuk saling menyelesaikan apa yang sudah kita mulai. Sampai pelukan
terakhir kamu mengatakan bahwa “Aku
mencintaimu, masa bodoh dengan jawaban mu. Dan aku akan tetap menjadi sahabat baik
mu sampai kapanpun.” Detik itu, saat kamu baru saja menutup mulut mu
setelah mengeluarkan kalimat itu, saat pelukan itu kau lepaskan dengan begitu
cepat, saat tubuh mu samar semakin menjauh tak terlihat, aku baru menyadari
bahwa sebuah rasa memang tak bisa dipura-pura kan tak ada meskipun sudah dijaga
bahkan untuk seorang sahabat. Dan sayangnya, itu adalah pertemuan kita yang
terakhir. Kamu menghilang seakan rasa itu seketiba telah pudar dan tanpa kabar
kamu memutuskan untuk pergi jauh dari pandangan. Malam itu aku kehilangan dua
hal yang menjadikan penyesalan sampai menghabiskan hitungan bulanan, aku
kehilangan sahabat ku dan pria yang mencintaiku dan ku cintai juga.
Maaf jika aku hanya
bisa menuliskan sebuah penyesalan sekarang. Aku hanya ingin mengadu manja
padamu seperti dulu pada sahabat ku, kau tau? belakangan ini mata ku sering
merasa perih dan memerah yang teramat sangat, lalu air mata yang tak kunjung
berhenti membasahi pipi.
Hey! Aku berani
bersumpah bahwa aku tak menangis.
Hanya saja mata ku
terkena infeksi.
Dari,
Sahabat
bodoh mu.
Coba deh dengerin lagunya for revenge - mata putih memerah hhehe
BalasHapushahaha. iya, aku juga pernah denger ko :)
Hapusmemang penyesalan selalu datang di akhir
BalasHapushaha iya, kalau diawal namanya pendaftaran dong. hehe
Hapusmenahan air mata itu memanglah sulit.
BalasHapustekadang melepas air yang ada di mata bisa membuat kita menjadi lega :")
Ahh, iya aku tahu itu :')
Hapus