Minggu, 27 Oktober 2013

Senja Rindu yang Terluka.

Akhir-akhir ini semesta selalu menangis, menurunkan sejumlah tetesan yang sama sekali tak bisa ku hitung sampai sekarang. Ingin bertanya, namun ada yang berbeda… senjaku terlihat sangat indah. Membayangkan nya lagi sungguh membuatku ingin kembali, tapi tidak sepenuhnya melihatnya lagi.


Hanya saja mulutku enggan berkata yang sebenarnya

Hanya saja luka membicarakan kepedihanya

Hanya saja hati menyuarakan rintihan pada kepergian


Akulah lelah, akulah gundah

Akulah pedih, dan akulah sedih


Aku beranjak selamatkan hati meski mengutuk diri; mengembalikan semua perasaan seperti semula. Yang selalu mengatas segalakan sesuatu nya hanya untukmu.


Setelah kamu memutuskan untuk pergi meninggalkan aku bereserta semua masa ketika aku dan kamu sama-sama merangkai kata dengan keadaan melihat senja. Kita menikmati suasana indah nya senja, tak ada pembicaraan yang menarik selain mimpi yang kita bangun bersama ditemani senja. Kamu ingat?


Semuanya menyukai senja. Begitupun ketika aku menyamakan kamu dengan senja indah yang menghilirkan segala kenangan, memberatkan pengharapan terjauh dari segala kepedihan.

Aku memilih menahan mu tetap diam disisiku meskipun senja akan berubah menjadi gelap gulita yang indah.

Kamu masih terlihat tak suka, tapi bagaimanapun aku tau kamu suka melihat ku selalu terbuai oleh senja. Kamu cemburu pada senjaku, sedangkan aku cemburu pada hidupmu yang terlihat seperti tak pernah sekalipun memperdulikanku. Betapa dengan susah payah nya aku menahan pedih bersama senja.


Aku dan kamu, juga senja pernah ada diatas perjanjian cinta yang hanya semesta menjadi saksinya. Aku dan kamu, juga senja pernah sama-sama terbuai oleh keindahan mimpi dan pengharapan satu sama lain di dalam hati. Aku dan kamu, juga senja pernah berbarengan menahan sendu-sendu tangis yang akhirnya mempertemukan semuanya dengan tangisan dalam penuh kekecewaan.


Karena senja selalu menawarkan cerita beserta kenanganya, dan kenapa kamu membuat luka di balik senja juga?

Senja terindah, senja terluka. Berlalu mengantar malam bersama temaram, dimana kesepian menyelimuti semestaku.

Senja itu tak kembali, senja sesaat dan melukai, menyisakan ceritanya.


Dan aku akan menjadi malam, menutup semua senja kenangan dan senja yang menyakitkan.

Dan aku akan menjadi pagi, mengawali harapan baru saat embum mencintai dedaunan.

Dan aku akan menjadi siang, saat semua terlupakan pada gelak tawa kiasan pelipur lara.

Namun senja tetap senja, dia tetap saja kembali mengemas kenangan disetiap hadirnya


Dulu… egoisku memaksamu untuk menyaksikan senja bersamaku.


Kamu membuang senyum manis itu. Padahal senja yang sempurna adalah ketika kamu benar-benar tersenyum dan itu kearahku.


Kamu membuatku sadar, senja memang tak selalu jingga. Dan kamu membuatku mengerti, kepalsuan senyuman adalah warna terkelam yang pernah aku liat meski dengan kasat mata.


Ku fikir,ketika senja memutuskan untuk berubah menjadi malam, sosok terang dalam kegepalan ku pun menghilang.

Kali ini aku benar-benar menyaksikan senja seorang diri, tanpa kamu yang dulunya menjadi sandaran agar pandanganku tak terlalu kearah atas. Aku tetap ingin berada dalam penjagaan jari-jemarimu, sayang.


Singgahku tentang senja tetap saja membuatku perih bila tanpamu…

Benakku menatap senja tetap saja berangan tentang hadirmu…


Namun kamu telah temukan tempat menatap senja yang lebih indah bersamanya, lantas disenja manakah kita bisa bertemu kembali?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar