Kamis, 29 Agustus 2013

Setiap hujan menunggu, pelangi tak akan muncul seperti dulu.

Pernah kah kamu melihat jelas langit ketika hujan? Apa yang terlihat? Hanya rintikan air yang didalam kepala selalu bertanya “mengapa ada air turun dari langit yang terlihat datar?”, langit sama sekali tidak terlihat seperti sketsa wajah, langit tidak mempunyai mata untu menangis, langit juga tidak mempunyai mulut untuk berliur, lalu dari mana rintikan itu turun?

Namun apapun yang telah terjadi pada langit, hujan itu selalu merangkulku dalam kenangan, mendekap ketika aku benar-benar ingin terlepas. Mempunyai arti lebih dari semua arti tentang “Kita”.
Kemudian, salah satu hal mekajubkan dari hujan adalah ketika harus melepaskan senyum saat hujan berhenti turun, ada lintasan warna yang disebut Pelangi, membuat senyuman itu kembali terlihat. Sudah diatur dari langit bahwa pelangi datang hanya ketika berhentinya rintik hujan turun..

Hujan dan pelangi tak pernah benar-benar bertemu, bagi mereka saling memiliki adalah perasaan semu. Bagaimana pun mereka ingin bersama, namun takdir tak bisa diganggu gugat. “Apa kamu percaya takdir?” Bisik salah satu rintikan hujan kepada langit. Langit hanya diam, seakan tak ingin menjelaskan.
Hujan selalu menganggumi pelangi, ada perasaan yang tak bisa diartikan melalui kata-kata atau bahkan ungkapan cinta. Dan pada satu ketika, saat hujan berhenti memperlihatkan dirinya pada langit, pelangi muncul dengan warna indah yang tak pernah bisa hujan ingat. “kamu selalu bisa membuat aku menunggu” hujan tersenyum pada pelangi. Pelangi menjawab “bukan nya ketika kamu ada, aku pun harus selalu ada?”. Mereka sama-sama tersenyum. hujan semakin menghilang, hanya tersisa rintikan-rintikn kecil dan kemudian berakhir menjadi embun, pelangi mencari ketika hujan menghilang, pelangi menunggu hujan akan kembali datang.

Langit terkadang merasa kasihan, dan pada akhirnya langit memutuskan untuk menurunkan hujan, hujan turun dengan harapan bisa bertemu dengan pelangi. Hujan memohon-mohon pada langit untu memberikan sedikit jeda waktu untuk hujan bicara pada pelangi. Dan ketika satu persatu warna pelangi terlihat hujan tersenyum dan beharap bisa memeluk nya kali ini. Pelangi menyambut hujan dengan penuh kasih yang mengharapkan kebersamaan. “pelangi, apa kamu akan berubah?”, pelangi memandang hujan dan mulai bicara dengan perlahan “aku tidak akan pernah berubah, tetap memiliki warna yang indah untukmu dan untuk kita”. Hujan tersenyum haru. Hujan dan pelangi bersama selalu mencoba untuk menahan rindu nya. Hujan selalu menunggu pelangi muncul dihadpan nya, dan begitupun pelangi yang tetap setia menahan perasaan yang tak kunjung hujan rasakan.

Lalu kemudian, pelangi tak pernah hadir datang lagi setelah hujan berhenti. Ada perasaan menggebu dan ingin bertanya, mengapa pelangi tak ada lagi dan memberi senyum pada hujan seperti biasanya. Hujan hadir dipeluk kesindiran, hujan tetap menunggu pelangi akan datang, hujan kelelahan.

Pelangi akhirnya datang, muncul ketika hujan berhenti turun. Dengan cepat hujan bertanya 

“kenapa kamu menghilang?”

“mungkin aku lelah, jan” pelangi menjawab dengan tak beratatap pada hujan.

“apa yang membuatmu berbubah, pelang?” hujan bertanya dengan menahan pelangi agar tetap tinggal
            
“aku tidak pernah berubah, mungkin itu hanya perasaanmu saja” jawab pelangi tanpa memandang ke arah hujan
            
“kamu tentu tau bukan bahwa aku selalu menunggu kamu? Menunggu pelangi yang ku kenal dulu” hujan semakin turun dengan deras. Lalu pelangi terlihat akan menghilang, dengan cepat hujan menahan perasaan nya agar yang terlihat hanya rintikan.
            
“Apa kamu percaya akan takdir tuhan jan? Apa kita bersama akan membuahkan kebahagiaan dihati kita? Kita sama-sama menyakiti bahkan ketika kita sadar bahwa kita memang berbeda jalan.” Pelangi bicara begitu saja tanpa memikirkan bagaimana perasaan hujan.

Hujan hanya bisa memandangnya, begitu memalukan nya hujan ketika harus turun deras diantara warna pelangi yang dilihatnya adalah sesuatu yang lain. 

“kenapa harus aku yang selalu menunggu kamu? Kenapa kamu mempermalukan aku diantara perasaan yang ku anggap berjalan seperti biasanya?” hujan bicara dengan sendu-sendu tangisnya yang mulai terlihat oleh pelangi.

Pada akhirnya pelangi bicara dengan memandang hujan, “kita sama-sama menunggu kita ditakdirkan, dan jika bukan karena kamu, aku tak mau meneruskan perasaan yang telah membuat ku lelah. kita tak ditakdirkan untuk bersama, tak ada hujan yang terlihat bersamaan dengan pelangi. Harusnya kamu tau akan itu. Aku lelah dengan tingkah kamu yang selalu memaksaku untuk terlihat seperti dulu.”
           
Hujan menangis sendu, hujan tak mengerti kenapa pelangi bisa bicara seakan tak memikirkan terlebih dulu bagimana perasaan hujan ketika itu. Hujan tak menerima ketika dia harus terpuruk seorang diri, hujan akan tetap turun dari langit, rintikan nya tetap akan membasahi bumi.begitupun pelangi, akan tetap terlihat sempurna untuk bumi, warna-warna yang indah selalu terlihat menjelam menjadi sosok yang didambakan oleh hujan. Hujan selalu turun deras sampai hujan benar-benar telah lelah karena terbelenggu meyakini bahwa pelangi akan kembali seperti dulu.
           
Langit pernah bertanya “jan, apa yang membuatmu turun semankin deras setiap hari nya?”, 

“aku tidak apa-apa” hujan hanya menjawab seadanya.

Hujan tahu, tak akan ada yang mengerti perasaan nya. Melihat pelangi yang terlihat seperti biasanya, bahkan berwarna semakin indah, hujan mulai memikirkan takdir nya.

Hujan yakin, suatu saat akan bisa berhenti menunggu pelangi muncul di hadapan nya. Karena setiap hujan menunggu, pelangi tak akan pernah muncul seperti dulu.

Rabu, 28 Agustus 2013

7bulan bersama, ke-7hari kita berpisah.

Aku masih bisa tersenyum bersama teman-teman ku. menutupi semua kesakitan ku yang tak ingin terlihat oleh orang-orang yang tak ingin melihatku jatuh. Harus memaksakan memperlihatkan wajah yang baik-baik saja padahal hati ini benar-benar telah berontak, harus menahan rindu pada masa lalu, kemudian aku hanya bisa tersenyum.

Aku memang merindukan masa-masa lalu saat aku bersama mu, tapi yang kurindukan tidak sepenuh nya didalam masa lalu, aku hanya merindukan mu yang dulu, yang masih bisa mempertahanku, yang sabar akan perlakuanku yang selalu menyakitimu. Sudah ku janjikan dalam hatiku bahwa aku akan memperbaiki semuanya hanya demi bisa bersama lebih lama dengamu. Tapi mungkin menurutmu, aku akan tetap terlihat menjadi aku yang jahat terhadap perasaanmu bukan.

Perubahan ku mungkin dipandang mu hanya sebuah kepalsuan. aku mencintaimu telah berbulan-bulan lamanya, sampai aku merasa bahwa itu akan sepenuhnya yang aku rasakan. Jadi berapa lama yang aku perlukan untuk melupakan semua perasaan itu.


Saat aku sibuk mempertahankan mu, kamu malah sibuk mengabaikanku. Ketika aku lelah, kamu hanya bisa memandangku dari kejauhan, dan saat aku tak ingin kehilanganmu, kamu malah meminta kebebasan terhadapku, hatiku linu.

Dalam waktu yang masih terlingkup di kamu, aku masih tak bisa melepaskan bayanganmu dari pikiranku, aku masih belum bisa tersenyum lepas tau kamu memang telah menikmati hidupmu dengan seutuhnya, lalu bagimana denganku? Aku masih terlihat rapuh.

Aku ingin bahagia sepertimu, menganggap semua nya memang terlah berlalu, aku ingin membuka hatiku untuk orang yang benar-benar mencintaiku, yang bisa memperdulikanku tidak seperti kamu yang selalu mengabaikanku. Tapi itu hanya sebuah ocehan pilu dari dalam hatiku, meskipun hatiku telah rapuh tapi aku masih bisa melihatmu dari jauh.


Aku sadar bahwa aku telah mempertahankan sesuatu yang salah, dan salahnya aku malah terus menikmati nya. Kamu merasa baik-baik saja karena kamu tak merasakan bagaimana rasannya mempertahankan, sendirian.

Kamis, 22 Agustus 2013

Bayangkan Rasanya Jadi Aku.

Aku tersenyum mendengar ceritamu. Aku mengusap kepalamu ketika kamu bicarakan keluh kesahmu. Aku selalu memelukmu dalam degapan cinta, tidak ada perasaan hambar atau datar yang sering aku katakan. Aku hanya berontak ketika aku bicarakan sebuah kelelahan, aku melihatmu seperti sesuatu yang berarti untukku.


Bicarakan rindu, sesuatu yang selalu membuatku ingin bertemu dalam kegelisahnku. Memandang wajahmu sekarang menjadi pekerjaan tetapku, berada disampingmu kini menjadi obsesi ku. berbagi cerita kemudian tertawa membuatku merasa selalu ingin berada dekat denganmu hingga melupakan batas waktu karena kenyamanan yang kamu buat membuatku melupakan banyak hal. Hidupku terasa berawarna ketika berada disampingmu.


Namun, ada sesuatu hal yang tidak aku mengerti sampai sekarang ini. Ada yang salah denganmu, sesuatu yang membuatku merasa jauh, perbedaan kini membuatku melupakan dimana hatiku yang kusimpan untukmu. Kamu berubah, tak seperti dulu yang mencintaiku. Akhir-akhir ini aku merasa kosong meskipun ada kamu yang selalu memperhatikanku meski dari pesan singkat chat bbm atau mungkin sms.

Kamu katakan tidak ada yang berbeda, kamu bertahan pada anggapan bahwa semua hanya ulah ku yang tidak ingin kita seperti dulu. Lalu bagaimana dengan anggapan ku yang merasa bahwa kamu telah berubah, kamu seperti sosok yang tidak aku kenal.


Aku tidak ingin mengubah hubunganku hanya karena anggapan ku yang merasa kamu telah berbeda. Selalu ku yakini dalam hatiku bahwa kamu masih tetap sama, kamu yang sangat peduli terhadap perasaanku. Tapi waktu cepat berlalu, perasaanku masih tetap sama, masih merasa bahwa kamu telah berbeda. Sudah aku tidak pedulikan perasaan yang membuatku tidak ingin bertahan, tapi kenyataan yang ku rasakan berbeda. Aku merasa hubunganku semakin membuatku tak nyaman, hampir setiap hari aku merasakan kesendirian, merasa terabaikan, dan merasa bahwa semua tak berjalan lancar.

Setiap malam selalu ku tanya pada diriku sendiri, jauh di dalam hatiku selalu aku coba paksakan untuk bertahan melihat kamu yang sekarang telah berubah menjadi yang tidak membuatku nyaman.


Kamu mulai menjauh, mulai hilang, aku takut kamu akan pergi dengan waktu. Dan dalam kesakitanku yang memintamu kembali seperti dulu tidak bisa kau penuhi. Kamu malah memilih tetap pada perubahan mu dan membuatku merasa kehilanganmu.

Aku benar-benar tidak mengerti. Kamu terlihat seperti ingin pergi, kamu selalu bicarakan soal perpisahan, dan kamu bicara bahwa aku salah.


Bayangkan rasanya jadi aku yang harus bertahan dalam anggapan semua masih terlihat baik-baik saja. 

Jika

Jika menurutmu cinta tak butuh perjuangan, mungkin ibumu tak akan mempertaruhkan hidupnya hanya untuk melahirkanmu.

Jika menurutmu cinta tak butuh kesetiaan, mungkin kamu akan melihat ibumu menangis tau ayah mu pergi dengan wanita lain.

Jika menurutmu cinta tak membutuhkan uang, mungkin ibumu telah menjualmu demi uang.

Jika menurutmu cinta itu pembodohan, apa ibumu terlalu bodoh untuk mencintaimu?

Jika menurutmu cinta tak membutuhkan keadilan, mungkin ibumu akan melupakan mu setelah adanya adikmu.

Jika menurutmu cinta tak butuh pengorbanan, mungkin ibumu tak akan pernah mengorbankan apapun demi kebahagianmu.

Jika menurutmu cinta seharusnya tak ada air mata, apa mereka yang peduli terhadapmu tak perlu menangis tau dirimu terluka?

Jika menurutmu cinta itu adalah sesuatu yang salah, apa ayah dan ibu mu salah karena saling mencintai dan akhirnya membuatmu hadir di dunia ini?

Jika menurutmu cinta itu sebuah permainan, apa kamu akan menerima tau keluargamu hanya mainan ayah dan ibu mu?


Bicara soal cinta, cinta itu rumit.

Selasa, 13 Agustus 2013

Cinta, se-sederhana itu.

Aku baru bertemu dengan nya lagi. Dia masih terlihat sama, dengan wajah bersih tanpa noda dan cahaya yang bersinar dari wajah nya. Dia tersenyum kearahku, begitu baik nya Tuhan mempertemukan aku dengan salah satu teman terbaik ku tanpa sebuah rencana. Dia menghampiriku dan bertanya apa aku sedang menunggu seseorang atau tidak, aku tersenyum sambil menggelengkan kepala dan menjawab bahwa aku selalu menikmati pagiku dengan satu cangkir kopi di sudut meja ini hanya seorang diri atau mungkin berteman dengan sepi. Dia hanya terenyum.

Terdengar suara pergeseran kursi. Tidak ada yang lebih istimewa dari menikmati pagi dengan satu cangkir kopi dan ditemani teman terbaik ku ini. Kita saling bicara dan saling menanyakan kabar. mungkin karena terlalu sibuk mencari jati diri di perguruan tinggi membuat aku dan dia menjadi jarang bertemu satu sama lain.

Kita saling bicara, tertawa mengingat masa lalu yang begitu banyak gembira. Kemudian saling membasuh air mata karena pembicaraan kita sampai pada titik dimana salah satu kenangan mempunyai arti tersendiri di dalam hati satu sama lain.
               
Kemudian aku berlanjut pada pembicaraan tentang hati, tentang kekasih.
Tiba-tiba raut wajahnya terlihat sedikit berbeda. Dia mendadak diam, bahasa nya tak bisa lagi aku dengar, lekukan senyuman nya perlahan hilang. Dia hanya menundukan kepala, sesekali dia melihat ke arahku dengan paksaan tersenyum, dia hanya memandang bola mataku dalam bisu. Aku yang melihat perbedaan prilakunya hanya diam dan memandangnya, hatiku terus bertanya ada apa sebenarnya.
Dia menggenggam tanganku, dengan malu-malu dia akhirnya mengeluarkan kata demi kata meski hanya satu persatu kata. Semakin dia bercerita, semakin erat dia menggengam tanganku. Aku hanya bisa diam saat dia mulai menceritakan apa yang terjadi pada hati nya. Dia menundukan kepala, lama sekali. Aku hanya memandangnya dengan pikiran dan harapan yang tidak bisa aku mengerti untuk waktu ini.

Suasana tiba-tiba diam, hening, sangat damai. Aku kehilangan kesadaran ku dalam waktu singkat. Dan... kesadaranku kembali saat ada seorang laki-laki tiba-tiba duduk di meja sudut ku dengan wajah tersenyum. aku melihat wajahnya, aku kira mungkin dia sosok yang aku kenal.
Laki-laki itu tersenyum kearahku. Dia, teman terbaik ku dengan cepat mengangkat kepala nya dan cepat membasuh air mata nya yang keluar cukup deras. Temanku kembali tersenyum, seperti tanpa beban temanku kembali tertawa.  Aku hanya diam.
Laki-laki itu membuka jaket kulit hitam nya dan kembali pada posisi duduk nya. Terlihat jelas kalung salib yang melingkar di lehernya. Otak ku kembali berputar dan akhirnya mengerti.

Laki-laki itu tersenyum ramah kearahku dan menjabat tanganku seolah kita adalah teman yang tak pernah bertemu. Laki-laki itu mengusap kepala temanku dengan mesra, meski di leher nya tergantung kalung salib dan kepala teman ku di tutupi rapih jilbab tapi mereka tetap terlihat seperti dua orang yang saling mencintai. Laki-laki itu bicara soal permintaan maaf karena sudah terlambat. Teman ku hanya tersenyum seakan semua tak ada masalah, teman ku tau bahwa ibadah disetiap hari minggu pagi buat nya sangat penting diatas segala-segala nya, apalagi ini hanya untuk bertemu kekasihnya. Kemudian laki-laki itu bertanya, apa temanku sudah melaksanakan shalat dzuhur apa belum. Teman ku tersenyum dan menggelengkan kepala nya dengan bersamaan mengatakan “belum sayang.” Lalu laki-laki itu segera bergegas mengambil tangan temanku dan mengajaknya untuk segera pergi ke masjid. Aku tersenyum dan mencoba menahan air mata ku agar tidak turun.

Begitu amat menyakitkan melihat mereka yang saling menjaga cinta suci nya namun semua orang melihat mereka seperti buronan. Sangat pilu bila harus melihat mereka yang berjuang hanya untuk cinta yang memang itu adalah hak mereka. Begitu ironis harus menyakiskan cinta yang katanya haram untuk mereka jalani. Sempat berfikir, Tuhan yang mana diantara mereka yang tak mengijinkan mereka untuk bersama. Mengapa cinta suci dan polos mereka harus dipandang rendah oleh semua orang. Harusnya orang-orang seperti mereka dilindungi oleh orang-orang yang tidak mengalami nya. Aku terbawa suasana, begitu kejam nya orang-orang yang menganggap bahwa cinta mereka adalah kesalahan besar. Mereka hanya dua orang yang saling mencintai.


Semuanya karena cinta, se-sederhana itu

Sabtu, 03 Agustus 2013

Bukan Purnama, hanya bulan. Bukan kejora, hanya bintang.

Kamu pernah memandang langit? Begitu gelap dan indah didominasikan dengan cahaya-cahaya yang ditakdirkan berada dalam dekapan Tuhan. Bersinar dalam langit malam, begitu jelas harapan yang dipancarkan oleh sinar bulan. Penuh kejelasan memandang langit malam bertaburan bintang. Dan saat kejelasan membual pada harapan, terjadilah tangisan. Langit menangis menyampaikan pilu kesah dan resah kepada hujan.

Senja kala, terbitlah sang rembulan mengganti matahari untuk mneyinari gelap malam yang menjelang. Dan di waktu yang bersamaan, munculah sesosok bintang yang selalu terlihat bersinar menghiasi malam disekeliling bulan. Sebutlah kejora, dia adalah bintang yang paling bersinar dan memiliki cahaya yang paling kuat, atapun sirius yang terlihat kuat namun akan meredup.

Pada suatu malam, mendekatlah kejora menuju arah rembulan. Dia bertanya “bulan mengapa kamu selalu sendirian?” bulan menjawab dengan nada sendu “siapalah aku, aku hanya sebuah satelit cahaya untuk menerangi malam ini, aku hanya memantulkan cahaya matahari agar trelihat bercahaya. Seolah-olah aku berpura-pura bahagia untuk trelihat indah seperti kalian yang selalu bersinar dengan sendirinya. Bintang mengkerutkan keningnya dan berkata “kamu tidak sendirian bulan, bisa kamu rasakan cahayaku ditubuhmu sekarang? Aku disini, menemani dan berbagi cahayaku untukmu”.
Bulan tersenyum haru, dia merasa bahwa saat ini dia sedang dikunjungi malaikat dengan sejuta cahaya untuk membuat bulan benar-benar bahgia, bintang hanya tersenyum melihat lekukan senyuman bulan yang manis tergaris untuknya.
“tapi apa kamu akan seterusnya berada disampingku?” tanya bulan kepada bintang,
“cahayaku tercipta dengan sendirinya bulan, aku tidak akan kehabisan cahayaku untuk menyinari kamu.” Ujar bintang tersenyum.

Senja berlalu senja, malam berganti malam, bulan dan bintang pun selalu bersama, berbagi cerita tentang sebuah keindahan yang hanya mereka saja yang bisa merasakan.
Bulan pun tak lagi murung, bulan yang selalu mengeluh, bulan yang selalu merasa sendirian, dan bulan yang selalu merasa sedih pun sekarang berubah menjadi satelit ciptaan tuhan yang sempurna dengan sinar yang dia dapat dari bintang.

Pada suatu malam, bulan bertanya pada bintang “bin, apa kamu akan selalu disampingku? Selalu menemani malamku?”.  “kau tahu bulan? Takdirmu dan takdirku? Kita tidak pernah tau rencana yang telah disusunTuhan untuk kita, namun apapun rencana Tuhan, aku percaya itu yang terbaik.” Jawab bintang pada bulan.
“Terimakasih ya bin, cahaya kamu membuatku tidak merasa sendiri dan membuatku sadar bahwa aku bukanlah ciptaan tuhan yang sia-sia” ujar bulan.
Bintang hanya tersenyum manis pada bulan.

Waktupun beranjak, senja beranjak malam, malam beranjak pagi. Namun pada suatu malam bintang tak kunjung datang disisi bulan. Bintang tiba-tiba menghilang tanpa seberkas cahaya. Bulan gelisah mengikuti pola pikirnya tentang bintang. Apa yang terjadi pada bintang, apa yang membuat bintang tak datang seperti biasanya.
Hingga diperhentian arah bulan mencari bintang, bulan melihat apa yang seharusnya tidak dia lihat. Bulan merasakan apa yg seharusnya tidak dia rasakan. Bintang yang dulu menemaninya kini telah berpaling. Bintang berkhianat. Bulan beranjak pergi seolah tidak melihat semua itu. Bulan kembali ketempat yang biasa dia sendiri.

Di malam selanjutnya, di tempat biasa bulan memantulkan cahaya matahari untuk terlihat bersinar. Bintang datang menghampiri bulan yg sangat sedih dan kecewa. Bintang datang dan bertanya seoloah tak terjadi apa-apa “bulan, kamu kenapa? Kenapa kamu kembali dalam keadaan seperti ini?” bulan menjawab dengan sebuah tangis kecil disetiap ucapan katanya “kau ingat tentang takdir dan rencana Tuhan, bin? Kamu percaya bahwa rencana itu terbaik untukku? Ternyata kamu benar. Aku mulai mempercayainya. Aku hanyalah sebuah bulan tanpa cahaya, seharusnya aku menyadari apa yg tuhan telah berikan untukku. Ternyata aku tidak tahu diri. Aku hanyalah sebuah bulan”.

Bintang resah selalu menanyakan apa yang terjadi, bulan hanya tersenyum kecil pada bintang seakan berkata “aku perlu cahaya yang setia ada disampingku, namun apalah arti setia jika tidak tercipta untukmu.”
Bintang pun mulai menyadari semua ucapan bulan, bintang pun menyadari bahwa dia telah berpaling dari bulan. Namun bintang mempunyai alasan sampailah bintang berkata “jika kamu adalah bulan yang hanya memantulkan cahaya dan berpikir bahwa aku adalah kejora yang memantulkan cahaya dan tak meredup, kamu salah bulan. Aku hanya seseosok sirius cahaya ku tidak bersinar dengan lama dan kuat. Aku sama seperti mu bulan. Aku juga membutuhkan seberkas cahaya untuk membuatku tetap bersinar. Maafkan aku, aku berpaling hanya untuk membuatmu tetap bersinar dan tetap menyinarimu”
Dengan raut wajah yang memilukan bulan hanya bisa memandang bintang. Bintang tersenyum “kamu tau bulan? takdirmu dan takdirku itu tidak lebih sama.  Kamu membutuhkan pantulan cahaya, maka aku lebih memnbutuhkan cahaya. Aku hanya sirius bulan. Aku bukan kejora.” Bulan mengbis semakin kencang.

Tangisan bulan seakan membuktikan dirinya untuk meninggalkan bintang. Bulan memang bahagia menyadari ada bintang disisinya, namun bulan telah membiarkan bintang pergi. Dengan harap yang lebih, bulan berharap bintang tetap menjaga cahayanya. Biarlah cahaya bintang dinikmati bulan dari kejauhan. Karena bulan berfikir, bahwa dengan cara itu bintang dan bulan akan sama-sama melihat keindahan dari kejauhan.
Bintang pun beranjak pergi meninggalkan bulan dengan cahaya nya yang semakin malam semakin meredup dan samar-samar akan hilang. Bintang pergi untuk mencari seberkas cahaya agar dia tetap bersinar sempurna layaknya kejora. Bulan pun mengikuto revolusi nya hingga dia bisa menjadi purnama.

Dari kejauhan, bintang dapat menjadi kejora untuk bulan, dan bulan dapat menjadi purnama untuk bintang. Jarak tidak menjamin jiga satu sama lain bisa bekerja sama untuk menghiasi langit agar tetap terlihat cantik.
Bukan purnama, hanya bulan. Bukan kejora, hanya bintang. Terlebih langit telah mengetahui bahwa bulan dan bintang mempunyai takdir sendiri dan batas cahaya tersendiri, dan keajaiban Tuhan, bulan dan bintang selalu saling mencintai satu sama lain