Senin, 29 Juli 2013

Semuanya Tak Sama Lagi

Waktu sudah menunjukan pukul jam 2 pagi. aku masih asik memencet-mencet tombol handphone ku. masih berharap sesuatu yang pilu akan cepat pergi seiring dengan waktu. ada teman yang sepertinya sudah terbiasa mendengar keluh kesahku akan tentangnya. jari-jemari ku telah keram, kaku terhempas angin malam yang masuk melalui celah-celah jendela kamarku. ku paksakan agar tak terasa apapun, bayangkan apa yang akan kulakukan jika ku biarkan tak ada kegiatan disetiap sendi-sendi tubuhku, aku pasti akan menangis mengingat ceritaku yang telah berakhir tanpa perjuangkan kamu.

Aku putuskan untuk tidak mengingat kamu lagi. akan aku biarkan kamu berjalan dengan perasaan yang menurutku telah bahagia tanpa aku disisi kamu. menyedihkan bukan, aku harus berpura-pura bahagia melihat kamu yang sudah benar-benar bahagia. aku coba menepis kegigihanku yang dulu  nya berfikir tak akan membiarkan kenangan-kenangan yang telah kita ciptakan akan hilang terhapus jari-jemariku yang sudah mulai egois lebih mementingan hatiku yang ingin cepat melukapanmu.

Mulai perlahan ku tutup mataku dengan tulus penuh ikhlas akan melepaskanmu dalam benaku. aku putuskan untuk tidak lagi menyentuh handphone ku yang pasti akan selalu menanyakan kabarmu pada teman-teman ku. aku selalu haus akan kabarmu, sudah makan kah kamu, bagaimana pola makanmu, sehat kah kamu, baik-baik saja kah kamu tanpa aku.

hatiku bergebu tau kamu ternyata merindukanku, sering bertanya pada hatiku, apakah masih pantas bila kita bertemu. 

Siang itu aku melihat sosokmu duduk diruang tamu ku lagi, tersenyum manis seakan bicara bahwa kamu akan tinggal lebih lama lagi. aku rasa hatiku telah pudar melihat kamu yang merasa semua tidak terjadi apa-apa. sedangkan aku setiap hari mencoba menahan sakit yang tidak akan pernah kembali seperti dulu lagi. kamu menggenggam tanganku seakan bicara bahwa kamu tak akan pergi lagi. bagaimana rasanya jadi aku yang berharap ini terjadi setiap waktu. perih...


Waktu itu singkat, se-singkat kita menjalani hubungan yang dari awal kamu katakan kita akan bahagia selamanya. berbagi canda tawa, menangis, terjatuh, lalu bangun lagi dan tersenyum kembali. sekarang yang aku lihat dari pandanganmu bukan sosok laki-laki yang ku kenal mencintaiku seperti dulu, tapi pandangan yang akan meninggalkanku dalam keadaan yang masih sangat mencintaimu.

Kamu pulang, pergi dari pandanganku. dan sejak itu aku tak pernah lagi mendengar kabarmu, bahkan kamu pergi sebelum tahu bagaimana perasaan ku.
aku telah mengorbankan banyak perasaan, tapi perasaan yang kuperjuangkan trenyata mengangapku hanya sebagai persinggahan. kamu katakan aku tidak pernah berjuang. lalu apa artinya aku yang selalu membawa mu kembali seperti dulu.
aku bertahan dianggapan bahwa aku tak pernah kamu inginkan, hubungan yang ku anggap adalalah inti perasaan ternyata bagimu adalah permainan.

Sabtu, 27 Juli 2013

Apa Artinya Mencintai Bayangan.

Masih pagi. Tubuhku sudah bergemetar hebat mengetahui masih belum terdapat kabar darimu di ponselku. Lalu ku lirik pesan yang datang beberapa di kotak masuk ku, ada dia. Dia yang selalu memperhatikanku, selalu menanyakan kabarku, sudah makan apa belum, selalu ada dia yang berbicara manis padaku. Bahkan, dia merelakan perasaan nya agar aku bisa melupakanmu. Tapi perasaanku tidak bisa secepat itu menerima penggantimu.

Aku masih tak habis fikir, mengapa dengan hatiku yang terus menggebu-gebu seakan ingin keluar dan meminta mu agar tetap tinggal. Aku yang memutuskan pilihan yang kamu benci. Tapi aku sendiri yang merasa kosong tanpa kamu saat ini. Rasanya berharap kamu kembali meski aku tau semua nya tak akan sama lagi. Kamu telah berbeda dari biasanya, itu alasan mengapa aku berhenti untuk bersabar menghadapi sikapmu yang begitu terlalu mengabaikanku.

Tidak sempat aku menikimati kebebasan ku sendiri. Aku iri melihat kamu yang baik-baik saja setelah kamu pergi. Ada apa denganmu...
Kamu yang begitu mencintaiku sekarang telah mati, kemana perasaan kamu yang selalu ku banggakan di depan teman-temanku dan keluargaku. Kemana sosokmu yang selalu menghantui hari ku. Apa benar secepat itu kamu telah melupakan kita?

Banyak yang datang silih berganti membawa hatiku pada suasana yang berbeda, membantuku menerima bahwa kamu telah bahagia. Tapi pada kenyataanya, aku mengobati hatiku sendiri. Aku membutuhkanmu, dalam pelukku.

Apa kamu tidak merasa kehilangan?

Bayang-bayang mu selalu hadir disisiku ini.

Jumat, 26 Juli 2013

Kamu Bukan Laki-laki yang Kucintai Lagi.

Aku masih memandangnya.
Dalam suasana langit yang hampir gelap aku berhadapan denganya, mengobrol, mendengarkan nya bercerita. Sebenarnya aku tidak cukup mengerti apa yang sedang dia bicarakan, tapi menurutku dengan menghabiskan perhatian ku untuk mendengarnya bercerita sudah cukup, bukannya aku tidak peduli dengan apa yang dia ceritakan, aku hanya tidak berani memotong ceritanya hanya untuk bertanya. Ketika dia tertawa, aku pun ikut tertawa, ketika dia diam, aku cepat bertanya ada apa.

Kita selalu bersama, hampir setiap hari waktuku pasti ku habiskan denganya. Aku bahkan telah mengenal keluarganya, dua malaikat yang telah menciptakan nya, ayah dan ibu nya. Kedua adiknya. Tentu aku juga mengenal jalan menuju rumahnya. Dia pun sebaliknya, dia mencintai keluarga ku juga. Dan itu adalah alasan mengapa aku sudah terlalu percaya padanya, aku taruh harapan dan mimpi dalam benaknya, ku ciptakan dunia ku di dalam dunia nya.

Tapi ternyata rancangan Tuhan bukanlah rancanganku. Kita berpisah. Berpisah dengan alasan yang tidak dapat dimengerti oleh perasaan. Aku melepaskanya...

Sel-sel dalam otak ku berontak, aku selalu menahan untuk tidak memikirkanya, tapi semua hal tentangnya sudah melekat. Dan akhirnya Tuhan memperbolehkan ku untuk memilikinya lagi. Sudah ku putuskan untuk tidak pernah lagi meninggalkanya. Aku kunci langkahnya agar tidak lagi menjauh, aku belajar untuk menahan emosi ku ketika tau ternyata dia menyimpan begitu banyak perihal ketika jauh dariku. Aku berubah menjadi aku yang sangat mencintainya.

Dan semua berjalan seperti biasa. Bercerita, tertawa bersama, bahkan aku sekarang lebih ingin selalu didekatnya. Tapi perpisahan itu menjadikanku seperti wanita yang kehabisan otak. Aku sudah tidak bisa berfikir harus memakai cara yang bagaimana lagi untuk menghadapinya. Dia sudah jauh berbeda dari biasanya. Dia yang ku kenal tidak pernah memperlihatkan emosi yang berlebihan terhadapku. Dia yang ku kenal selalu tidak bisa jauh dariku. Dia paling tidak tahan jika tidak mendengar kabarku, dia akan marah jika aku telat membalas pesan singkatnya, dan dia paling benci mendengar kata perpisahan.
Tapi sekarang berbeda, dia yang sekarang lebih sering mengacuhkanku, dia lebih suka jika tidak mendengar kabarku.

Aku menyukai apa yang ku miliki, tapi jika yang kumiliki terlihat ingin pergi. Maka aku yang harus berhenti memikirkan hati sendiri.
Jangan bilang aku tidak memperjuangkan, jangan bilang aku terlalu lemah untuk melepaskan.


Tanpamu... semuanya kosong.

Satu Hari Setelah Perpisahan.

Bagaimana dengan selang sehari aku dan kamu berpisah?
Sehari butuh beberapa jam, dan beberapa jam itu bagiku berhari-hari. Aku sudah tidak sanggup menahan rindu yang setiap jam nya meluap melalu jari jemari yang ingin kau isi, aura tubuh yang membutuhkan sosok mu. Terlebih aku rindu lenganmu melingkar ditubuhku.

Mataku berkaca-kaca mengingat semua yang begitu singkat tiba-tiba hadir kembali dalam ingatan ku. Rasanya keinginan untuk sadar dari mimpi buruk sekarang telah hilang. Salahnya, aku malah menikmati saat-saat menyedihkan itu. Saat aku merasa bahwa kamu memang untukku, saat aku merasa bahwa Tuhan benar mempersatukan kita dalam satu waktu.

Kamu pernah katakan bahwa kita tak akan pernah berpisah. Bahkan kamu tidak pernah tahan jika harus jauh dariku meski dalam beberapa waktu. Kamu selalu merengek bicarakan rindu padaku setiap waktu.
Kemana kamu yang seperti itu?

Kini kita berjalan setiap hari dari hati dan memutuskan untuk saling tidak memandangi.
Hatiku menangis sendiri...

Kamis, 18 Juli 2013

Dulu Saling Memperjuangkan, Sekarang Saling Melupakan.

Bisakah kamu lebih menghargai perasaanku?
Cobalah sedikit lebih memandang wajahku. Rasakan kerutan-kerutan penyesalan akan kesetian, mata sembab yang mulai lelah membuka semangat.

Masih belum menemukan alasan mengapa aku bisa sebegitu mencintaimu. Dan jika nanti aku menemukan alasan, aku akan coba untuk mengerti, setelah mengerti aku akan coba untuk menerima, menerima semua yang mungkin berisi hal yang tidak sesuai dengan harapanku terhadapmu, kasih.

Aku butuh kamu, seperti 3bulan yang lalu.
Aku ingin dimiliki olehmu, seperti 3bulan yang lalu.
Aku ingin dimanja kasih, seperti 3bulan yang lalu.
Aku ingin istimewa bagimu, seperti 3bulan yang lalu.

Untuk wanita yang dulu pernah menjadi sosok yang kau cintai, tolonglah... lebih menghargai bagaimana perasaanku yang takut akan kehilanganya. Aku dan kamu memiliki perasaan diri yang sama, seorang wanita. Dan jika kamu memang mencintai –Dia- lebih dari apa yang ku ketahui, maka cukuplah sudah. Raih saja tanganya dan berbahagialah kalian dalam dekapan ke-ikhlasanku.

Untuk kamu, laki-laki yang saat ini kucintai, pilihlah pilihan yang bisa membuatmu bahagia. Mencintai tanpa dicintai buatku tak masalah. Bahagia melihat mu tersenyum ceria, meski tidak untukku, tapi aku tau, kamu sempat mencintaiku.

Aku pernah merelakan seseorang yang ku cintai untuk sahabat terbaik ku sendiri. Aku pernah merelakan seseorang yang ku cintai untuk orang yang sama sekali tidak aku kenali. Bahkan aku pernah merelakan seseorang yang ku cintai untuk wanita yang kulihat hanya teman nya. Jadi, bukan masalah aku harus merelakan seseorang yang kucintai untuk kebahagiaan nya sendiri.

J
ika bahagia kita adalah tidak bersama, maka cinta yang dulu akan menjadi kenangan terindah. Dan jika aku salah tentang semua hal ini, maka biarkan aku menjauh untuk beberapa waktu, karena aku butuh waktu untuk melupakan setiap moment yang sudah aku anggap adalah hidupku.

 Karena kamu adalah kehidupan kecilku.

Selasa, 09 Juli 2013

Love Walks On Two Feet



Entah harus aku buat dari mana cerita ini, aku pun sebenarnya tidak tahu apa ini sebuah cerita yang sanggup aku ceritakan pada semuanya. Sebenarnya aku juga tidak tahu menahu tentang ini dan semua masalah ini, aku tidak tahu apa ini sebuah kisah dongeng ataupun mitos lainya, aku juga tidak tahu apakah ini tentang perasaan ku, tentang kehidupanku, atau tentang semua yang berkaitan denganku. Yang pasti saat ini aku merasa bahwa semua anggota badan ku sedang dikendalikan, semua pemikiran diluar jangkauan, wajahku pucat dan pipiku basah karena air mata yang tidak bisa lagi menahan sakitnya yang sedang aku alami saat ini. Hati ini rasanya telah mati, jantung yang harusnya terus berdetak rasanya berhenti begitu saja. “Apakah ada yang mengerti apa yang aku rasa saat ini?”

                                                              *

            Kehilangan seseorang yang harusnya bisa untuk aku miliki meskipun hanya sebentar saja. Rasanya Tuhan tidak adil untuk mengatur semua hidupku, padahal aku sudah memberikan kekuasaan penuh terhadap hidupku padanya. Haruskah aku memperbaiki hidupku yang sebenarnya sudah berada pada akhir kematianku malam itu.

            Harusnya aku bisa, aku bisa mencari sebagian tubuhnya yang hilang atau memberikan yang terbaik jika seandainya aku tahu Tuhan akan meninggalkanku tanpanya. Atau haruskah aku pergi mencarinya untuk memberikan sebagian tubuhnya yang hilang walaupun aku dan Tuhan tahu dia tidak mungkin akan memintanya kembali. Tapi apakah Tuhan tahu tentang perasaanku saat ini, yang hancur tergeletak begitu saja bersama cintaku dan perasaan serba kehilangan akan dirinya terhadapku, atau aku harus meninggalkan Tuhan untuknya, atau aku harus pergi mencarinya dan putuskan untuk tinggal bersamanya.
Semua tidak ada yang mengenaliku tanpanya, aku ingin pegi bersamanya seperti hari itu, dimana saat dia mulai merasakan cintaku yang tulus dan memberikan kepastian yang indah jika seandainya dia bisa menjadi milikku selamanya.

            Apa Tuhan tahu yang ada dipikiranku saat ini, atau apa semua orang yang memandangku ragu tahu bahwa aku bisa saja sekilas membunuh mereka jika seandainya mereka mencoba membawa dia dari ku. “Dia harus selamanya bersamaku”.
Aku inginkan dia untuk menjadi milikku...
Aku inginkan dia untuk tetap bersamaku...
Aku inginkan dia untuk selalu ada untukku...
Aku inginkan dia untuk “Selamanya”

                                                            *

            Sudah mengertikah?
Ingin rasanya aku menjerit, karena menangis sudah tidak bisa aku keluarkan lagi, atau membisu karena kepedihan hatiku yang tak kunjung sembuh. Semua hanya bisa memandangiku, merapat dan mencoba menyadarkanku bahwa sesungguhnya masih banyak orang diluar sana yang akan ada untukku tanpa aku minta. Dan pada akhirnya “hanya dia yang aku inginkan”.

            Sadari bahwa dia tidak bisa untuk menjadi milikku, sadari bahwa bukan dia yang nanti akan berada di hari-hari ku, sadari bahwa dia tidak mungkin dapat menerima ku, sadari bahwa dia telah meninggalkanku, sadari bahwa hanya dia yang ada dihatiku selamanya, sadari bahwa cintaku hanya untuknya, selalu.
Menyadarinya bahwa aku akan selalu ada untuknya, menyadarinya bahwa aku memang ada untuknya, menyadarinya bahwa disini hanya aku yang ada untuknya, sadari bahwa dia telah mati.

            Akan aku coba untuk mengingat kembali kisah yang paling pahit dalam hidupku saat ini, karena hanya ini yang bisa aku lakukan. Menulis semua tentangnya, cinta selamanya.

       Aku, Charla Nanda Amanda.
Ini berawal dari kisah cinta SMA, kisah-kisah yang mulai tumbuh saat hati mulai merasakan kehadiran cinta tersebut. atau saat cinta itu perlahan masuk dalam arena terlarang di sudut-sudut di dalam hati, dan saat cinta itu masuk, cinta itu tumbuh perlahan bermekaran seperti bunga matahari pagi, sehingga akhirnya tumbuh menjadi bunga berwarna kuning cerah cantik yang indah.
Dan saat itu juga aku mulai memandangi dia, sosok pendiam disudut perpustakaan dengan pensil yang terselip di sela telinganya. Dia selalu berdiri dengan menyandarkan tubuhnya pada dinding disudut perpustakaan tersebut. Sejak pertama aku masuk disekolah ini, yang selalu aku lihat pertama kali adalah uniknya gedung sekolah, teman-teman, kemudian sosok dia. Dari pertama aku bertemu denganya, aku sudah merasakan cinta SMA ku akan mulai tumbuh perlahan. Ditemani waktu dan bertemunya hari-hari disekolah ini membuatku terus merasakannya. Hari-hari ku terasa indah bila berada disekolah, aku bisa menghabiskan jam pelajaran ku hanya untuk melihatnya di perpustakaan. Aku selalu mencoba untuk dipandang olehnya meski hanya sekilas.

            Aku mendekatinya sudah hampir satu tahun, apalagi sekarang dia akan meninggalkaan sekolah, tepat hari ini aku tahu dia akan mengambil kelulusan dengan senyuman lebar. Ini adalah tahun terakhir dia sekolah disini, rasanya lemas tahu dia akan pergi meninggalkan sekolah ini, tidak akan ada sosoknya disudut perpustakaan itu. Percayalah, hampir satu sekolah tahu bahwa aku sudah lama menyukainya. Tapi entah, dia tetap memberikan sikap cuek nya terhadapku, tidak ada rasa peduli akan kehadiranku, dan begitu pula aku yang tetap teguh menunggunya sampai dia menyadari bahwa ada aku disini yang menyukainya. Sering bertanya pada diriku sendiri, apa aku akan bertahan.
Aku juga tidak tahu pasti apa yang menyebabkan aku begitu sangat menyukainya, apa ketika saat dia membantuku mengangkat barang-barang pindahan rumah baruku yang tepat berada di depan rumahnya karena mamah memutuskan untuk menjual rumah kami yang dulu dengan menggantinya dengan rumah di kompleks dekat sekolah ku juga kantor mamah, atau saat dia menegurku ketika tali sepatuku lepas, atau saat aku lupa membawa bekal makan ku dan mamah menitipkannya padannya, atau saat aku menyadari bahwa anak perempuan yang aku buat menangis adalah adiknya sehingga dia harus menemuiki dan memintaku untuk meminta maaf pada adik perempuan kecilnya, atau saat dia memberikan senyum terbaiknya padaku saat malam itu.

            Malam itu aku mencoba membuka jendela kamarku, tak sadar dia pun begitu, dia tersenyum padaku, melambaikan tangannya padaku, tiba-tiba alarm ku berbunyi... ketika aku akan mematikanya, tersadar waktu telah menunjukan pukul 08.00 pagi. Aku turun kebawah untuk mencari mamah, dan dalam ketergesa-gesaan mamah malah membuat memo yang ditempelnya di pintu kulkas saat aku hendak akan membawa minuman, tertulis disana “Sayang, hati-hati ya dirumah. Mamah ada keperluan mendadak dan harus ke luar kota sekarang. I love you.”
Aku hanya bisa memandangi memo kecil tersebut, aku melihat tulisan tangan mamah yang dari dulu tidak pernah berubah sejak ditinggal papah bekerja ke Hong kong. Papah hanya pulang satu atau lima bulan sekali, saat pulang pun aku tetap tidak bisa bertemu dengannya, karena jika papah pulang kerumah pun pasti hanya sekedar makan siang kemudian berangkat bekerja lagi. Jika di ingat-ingat ini 3tahun nya aku tidak bertemu dengan sosok papah. Dulu papah tidak sesibuk ini, tapi setelah mengalami kebangkrutan karena tertipunya usaha papah dalam jumah besar maka dari itu papah harus bekerja lebih keras agar dapat mengstabilkan semuanya. Kemudian mamah menjadi sangat sibuk kesana-kemari mengurus dirinya sendiri, aku hanya ditemani satu computer dikamarku, tidak ada sosok seorang kakak ataupun sosok adik atau sanak saudara lainya. Aku hanyalah aku ditempat ini. Jika merasakan kesepian itu lagi, aku menangis.

            Tiba-tiba terdengar suara –Dia-
Aku mencoba mengangkat kepala yang sudah aku tundukan kurang lebih dua sampai delapan menit. Aku mencoba mengusap air mata yang sudah cukup deras aku keluarkan. Dia menanyakan mengapa aku menangis. Dengan waktu yang singkat aku erat memeluknya, aku ceritakan semuanya. Rasanya nikmat, tidak ada beban dan tidak lagi kesepian, aku merasa bebas. Aku merasa hidup kembali. Dan itu hanya dengan memeluknya, begitu istimewanya bukan seorang... Rangga Sastra Wijaya.

            Dia menyuruhku untu segera mandi, aku menurutinya. Dia menyuruhku untuk memakai baju yang aku sukai, aku menurutinya. Dia menyuruhku untuk ikut denganya, dengan senang hati aku menurutinya. Dia memakai parfum yang aromanya wangi hingga menyentuh hatiku dan menumbuhkan cinta yang berlimpah terhadapnya.
Dia memberhentikan sepeda motornya tepat dibelakang rumahku. Aku bertanya-tanya, untuk apa dia menyuruhku mandi, memakai baju yang ku sukai, menaiki sepeda motornya hanya untuk pergi ke taman belakang rumahku.
Tiba-tiba dia beranjak, tetapi tidak memintaku untuk turun dari sepeda motornya. Dia berdiri tepat didepanku, untuk pertama kalinya aku memanangnya dari dekat. Aku melihat senyuman itu, sangat jelas senyuman yang sangat indah. Dia memegang tanganku dan perlahan mengatakan sesuatu... “Charla, ma...mau..k...kaah kamu temani  saya untuk mengahdiri perpisahan sekolah besok hari?”. Perlahan tapi pasti aku menjawab “tentu saja Rangga.” Dengan cepat dan tanpa pikir panjang aku menjawabnya.

            Hari itu, aku ingin terlihat seperti putri yang khusus hanya untunya. Aku memakai baju yang sebelumnya belum aku pakai, aku merias wajahku yang sebelumnya belum pernah aku rias, aku menggeraikan rambutku yang sebelumnya selalu aku ikat. Dan ternyata dia tidak menyukainya, dia menyuruhku untuk terlihat apa adanya. Dia tidak menyukai pakaian ku yang aku paksa dengan terlihat gemerlap, dia tidak menyukai wajahku yang aku rias entah berapa arah. Dia hanya menyukai aku, aku yang seperti biasanya.
Aku kembali ke kamarku, mengganti bajuku menjadi lebih simple tapi tetap modis, rok mini dan baju pink dengan renda-renda, jaket jeans dengan lipatan seperempat di tangan, sepatu converse berwarna pink, dan mengikat rambut dengan satu ikatan. Aku mulai berdoa “Tuhan, ijikan aku untuk menikmati malam ini”

            Sesampai di acara perpisahan sekolah, dia memeggang tanganku erat, mengenalkanku pada teman-temannya, dan yang paling bisa aku rasakan “aku dekat dengan dia”.Tuhan mendengarkan semua cerita dan rengekan ku setiap hari.
ini semua ternyata telah membuatku melupakan waktu, sudah hampir 10 jam aku dan rangga bersama. Dari pukul 09.00 hingga pukul 19.00 WIB kita telah bersama. Aku merasa dia akan menjadi milikku, dia akan bersamaku.
Sebenarnya aku tidak ingin pulang, tidak ingin meninggalkan malam ini dan  semua kesenangan ini. Tapi siapakah aku jika melarangnya untuk tidak pulang. Aku berpamitan pada teman-temannya.

            Di perjalanan pulang, dia menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang membuatku sedikit gila. Dia menyuruhku untuk menikmati malam ini, menjerit semampunya pita suaraku menguras semua tenaga suaraku dan melawan angin malam yang menusuk dalam tubuhku meskipun aku telah memakai jas miliknya.
Dia menyuruhku untuk merasakan bagaimana hidup yang sesungguhnya, dia menyuruhku untuk tidak menunggunya lagi disudut perpustakaan, dan yang terpenting dia ijinkan aku untuk memeluknya, itu hal yang sudah berjam-jam aku tunggu.
Aku memeluknya erat, sangat erat sambil mencoba mengingat pertemuan-pertemuan singkat dengannya di hari-hari yang tidak jelas, bagaimana usaha ku untuk mendekatinya dan bagaimana sikap cuek nya terhadapku.

            Dia memulai pertanyaan “kenapa loe suka gue?”. Hatiku mulai merasakannya kembali, getaran hebat yang mulai terasa lagi. Mungkinkah ini saatnya untuk memulai cerita baru dalam percintaanku. Oh Tuhan tolong tunjukan bahwa aku tidak sia-sia menyadarkannya bahwa ada aku disini yang selalu menunggunya.
            “Iya! gue suka sama loe rangga. Dari dulu! Dari dulu!!!” aku teriak diiringi dengan angin malam yang waktu menujukkan tepat jam sepuluh malam. Dan terdengar pertanyaan terakhir dari mulutnya “terus loe berharap apa dari gue?”. “loe-gue-selamanya.” Pernyataan paling akhir terdengar dari mulutnya, yang aku dengar memang dari dia: “maaf”

                                                                *

Kematian itu menyakitkan, tanpa kepastian dan keindahan tiba-tiba hilang dan pergi tanpa pamit pada cintaku. Semua pergi, semua pergi tanpa ijin dariku. Dia pergi entah pergi untuk pertama atau dia akan datang lagi padaku. Terdengar lagi... “telah terjadi kecelakaan sepeda motor. Polisi menduga karena saat itu lampu-lampu yang berada di jalan sedang mengalami kerusakan dan karena kecepatan sepeda motor yang tidak terkendali dan tidak menyadari bahwa jembatan yang berada didepannya sedang berada dalam perbaikan.” 
           
            Itu aku dan dia, mati dalam suasana keindahan dan malam yang sempurna. Dan mamah yang menangis melihatku terbaring tidak berdaya di ruang ICU, mamah berkata sudah hampir lima hari aku tertidur lelap. Aku tersenyum lepas pada mamah karena terlihat sosok papah yang telah bertahun-tahun tidak aku temui berada disampingnya. Ada mamah Rangga yang memelukku erat, memandang wajahku dan melihat semua anggota tubuhku. Mengusap rambutku dan mencium keningku. Akupun kembali memberikan senyum padanya. Terlihat gadis kecil yang dulu pernah aku buat menangis berada di ranjang tidurku dan memegang tanganku, mulai memperlihatkan senyumnya dan berkata “maaf”.
Hatiku mulai merasakannya kembali, getaran yang hebat mulai terasa lagi dan menyadarkanku. “Dia... dimana rangga?” aku menjerit kesakitan, dia menghilang, tidak terlihat wajahnya ketika aku terbangun. Tiba-tiba dadaku sesak, nafasku mulai tak beraturan, orang-orang dengan berpakaian putih itu berlari menghampiriku dengan membawa alat-alat perawatan, juga suntikan.

            “Loe-gue-Selamanya”
Aku taburkan bunga merah dan seikat bunga kamboja tepat disamping nama, sepi dan sunyi, hanya kicauan burung-burung, suara pohon yang menghilir terdengar ditelingaku dan jeritan ku memanggilnya tanpa sebuah kaki.

                                                                    *

Dia meninggalkan aku tanpa alasan dan sebuah kepastian, baru aku merasa bahwa Tuhan mendengar semuanya tentang isi hatiku. Kecelakaan itu membuatku buta karena benturan di kepala yang disebabkan karena tidak terdapat helm di kepalaku. Dan dia, dia telah memberikannya padaku hingga aku bisa melihat tempat tidurnya yang indah bertaburan bunga-bunga cantik. Walaupun kaki ku telah menemaninya disana. Dan sekarang aku menunggu cintanya lagi dalam keadaan fisik ku yang cacat.

            Hari semakin hari aku semakin gila dan tidak waras, aku selalu menunggunya di sudut perpustakaan itu, aku selalu menunggunya dia taman belakang rumahku, dan aku selalu menunggunya di sebrang jendela kamarku, aku menunggunya dihatiku.
Mamah dan papah selalu berusaha meyakinkanku bahwa masih ada Tuhan di setiap hari-hari ku. mamah memasukan aku dalam pondok pesantren dan papah selalu menemaniku. Tidak pernah aku melewatkan shalat dan berdoa pada Tuhan agar berbaik hati mengembalikan dia padaku. Setiap hari aku berdoa agar cinta ku bisa berjalan dengan kedua kaki ku yang telah hilang. Aku telah kehilangan seseorang yang tidak pernah aku milikki.

Hingga akhirnya aku bisa kembali melihatnya dengan berjalan memakai kedua kaki ku untuk mempertemukan cinta karena kecerobohanku mengendalikan kehidupan yang sebenarnya telah mengikutiku sejak kecelakaan itu, dia menemaniku dalam kanker otak yang tidak diketahui telah parah. Aku yakin, aku akan mati dengan perasaan bahagia karena telah menemukan Tuhan dari dalam hatiku.

“Innalilahi wainalilahi rojiun”

Rabu, 03 Juli 2013

Yang Aku Tanyakan Adalah "Kenapa?"

Aku sudah dewasa, aku mengerti bagaimana perasaan orang yang telah tersakiti atau mungkin bahagia karena hal lain.
Dalam cahaya kamar yang mulai berubah semakin padam, seperti biasa aku menatap langit-langit kamarku. dan saat itu aku merasa bahwa pemikiran beda dengan apa yang aku rasakan.
Malam ini turun hujan, seharusnya aku bisa menikmati suasana ini dengan bibir melengkung seperti hal nya boneka-boneka yang berada dikamarku. Tapi malam ini berbeda, air hujan masuk ke kamarku dan membasahi tempat tidurku. Aku mengusapnya dengan sejuta rasa malu karena harus menangis karena hal yang masih belum bisa aku mengerti.

                Yang aku tanyakan adalah “Kenapa”
Kenapa harus aku?
Kenapa harus mengalami perasaan seperti ini?
Kenapa harus aku yang diposisikan selalu tidak mengerti kamu?
Kenapa harus selalu kamu yang terpandang lebih menyakitkan daripada aku?
Kenapa harus aku yang selalu salah meski kamu meminta maaf?
Kenapa aku selalu diam?
Kenapa aku tidak bisa menceritakan cerita sedih padamu?
Kenapa harus aku yang baik-baik saja ketika merasa sendirian?
Kenapa aku yang sangat mencintaimu?

                Aku sudah merasa bahwa aku sudah dipuncak perasaan. Aku sudah memberikan semua perasaan ku padamu, tak tersisa. Hingga buatku, aku sudah mati rasa untuk menanggapi perasaan orang lain terhadapku. Perhatianku sudah habis olehmu, hingga tak ada satu orang pun yang bisa mengambil perhatianku. Bagaimana denganmu? Apa sama sepertiku?
Kamu membuatku mulai membangun semua yang aku harapkan, seperti mimpi, rencana indah,kini hilang sudah semua.
Rasanya aku ingin mengakhiri. Bukanya karena aku yang sudah tidak mencintaimu, tapi aku yang telah mengerti. Aku tidak pantas bersamanya lebih lama lagi. Pergilah... cari perempuan lain yang lebih baik dariku. Yang bisa lebih menjaga perasaanmu dibanding aku. Sampai saat ini pun kamu belum bisa mengerti kesulitan hatiku bukan.

Tanpa mengilangkan goresan dihatiku, aku amat teramat sangat mencintaimu.

Selasa, 02 Juli 2013

Mantan

Mantan...
Apasih mantan itu?
Sejenis apakah mantan itu?

Mungkin sebagian orang menganggap bahwa mantan itu sebuah kutukan yang menempel di sela-sela otak dan mengendap pada pemikiran yang disebut kenangan.
Dan sebagian orang lagi menganggap bahwa mantan adalah bakteri kecil yang menghalangi kebersihan hidupnya. Bersih dari kenangan, harapan, atau kedekatan dengan gebetan.

Mereka juga menganggap bahwa mantan hanya orang yang cukup tidak tau diri, yang tidak punya hati untuk merasakan bagaimana perasaan pasangan hancur lebur bagai debu kemudian tersapu angin ketika mengalami kegagalan dalam menjalin hubungan.

Mantan terkadang identik dengan harapan, kebahagiaan sesaat, pelampiasan, atau masa-masa dimana seharusnya semua berjalan sesuai keinginan.

Dari awal bertatap muka, mengalami gejolak perasaan meledak-ledak menatap wajahnya seakan ada kembang api bertaburan diatas kepala kita, sibuk merangkai kata, kejujuran mulai timbul dengan cepat barulah akhirnya menjadi “kita”. Tapi kemudian semuanya tidak berjalan sesuai keinginan, merasa terpuruk, hampa ketika sosoknya mulai hilang perlahan. Dengan menahan pedih di dada tiba-tiba kita melihat sosok mantan itu tertawa lepas canda dengan memegang erat tangan sosok lain.
Hancurkah hatimu?  Tentu.

Tapi bagaimana dengan mantan yang sampai saat jari jemari mu sudah di isi dengan sosok penggantinya, sosok mantan masih mendoakanmu dalam setiap doanya, memberi semangat untuk hubunganmu denganya, meluangkan waktu untukmu meski hanya untuk sekedar mendengar curhatan hatimu dengan pasangan barumu.
Apakah kamu yakin hatimu sepenuhnya sudah melupakanya? Silahkan tanya hatimu.

Mantan bisa menjadi sahabat terbaik mu.
Mengapa? Karena dia lebih mengenalmu dari siapapun.

Mantan bisa menjadi orang yang paling ingin kamu lupakan.
Mengapa? Karena dia memberimu kenangan manis terlalu banyak.

Mantan bisa menjadi orang yang paling kamu benci.
Mengapa? Karena bukan mantan namanya jika tidak menyakitimu.

Menurutku, mantan adalah orang yang paling bisa membuatmu bahagia sebelum adanya –Dia-
Dan... tidak ada mantan yang tidak menyakitkan.