Minggu, 08 Februari 2015

Surat Cinta Pertama



Teruntuk,
Pria yang suatu hari nanti akan menjadi suami ku kelak.

Hi sayang. Tak pernah sekali saja ku buatkan kau sebuah tulisan, bahkan puisi tak pernah ku pikirkan. Mungkin pernah sewaktu-waktu kamu berpikir kemana perginya istriku yang katanya ingin menjadi penulis tapi tak pernah sekali saja menuliskan sesuatu untukmu bukan? Maafkan istrimu yang selalu membuat onar ini sayang. Terlalu sibuk mengobati luka membuatku lupa memikirkan sosok kamu yang belum saja datang.

Ini adalah surat cinta pertama yang ku tulis untukmu, maka jangan tertawa jika ada kata yang tak tepat, karena aku masih malu untuk mengutarakan.

Sayang, seperti apa kamu ketika suatu hari nanti kita bertemu? Aku tak pernah berani untuk membayangkanya. Bukan karena takut kamu tidak seperti apa yang ku harapkan. Hanya saja, aku tak ingin merusak rasa penasaran yang nantinya akan dipertemukan Tuhan. Jika suatu hari nanti kita bertemu dijalan, jangan ragu untuk menyapaku atau berikan satu isyarat bahwa itu kamu, cukup tersenyum manis kearahku. Ah, aku tau kamu adalah seorang pria yang pasti mempunyai senyum paling manis dan itu hanya untukku. tapi jika kamu adalah tipe orang yang tak sabar bertemu denganku, mungkin jika kita bertemu, kamu akan langsung memelukku bukan? dan tentu bukan dengan kedua lengamu itu, tapi dengan tatapan yang seakan kita sudah dijodohkan semesta yang sudah tau lebih awal tentang takdir kita.

Kamu tentu bukan seperti aku kan? yang selalu mengabaikan orang yang berlalu lalang. Itu adalah alasan mengapa kita dipersatukan, karena kita berbeda. Kamu melengkapi apa yang tidak ada padaku. Dan aku juga memiliki apa yang tidak ada padamu. Bukankah memang seperti itu? Kita adalah dua orang yang sama-sama tak sempurna yang akan menyempurnakan segala hal bersama.

Sebenarnya aku tidak pernah sekalipun tidak memikirkanmu, apalagi melupakanmu. Aku hanya akan menyapamu ketika aku sudah siap. Ketika aku sudah tak lagi sibuk mempermasalahkan soal luka. Aku ingin mempersiapkan hati terbaik untuk menyambutmu datang, aku ingin kamu menghuni hati ku yang memang sudah pantas kau huni selamanya. Tanpa ada batas waktu, tanpa pernah kamu ingin mencari lagi. Aku ingin kamu menjadikanku rumah, bukan tempat singgah. Kita akan mempunyai jalan pulang yang sama.

Jadi sudah sampai mana kamu berjalan mencariku? Apa tak bisa kau gunakan peta? Sayang, mengapa tak kamu gunakan saja google maps? Mungkin dengan cepat kita bisa bertemu seketika. Hehehe aku mulai tak sabar.
Atau mungkin kamu sedang mempersiapkan segala hal? Sayang, kamu tak perlu menjadi siapapun untuk mencintaiku. Cukup sabar ketika menghadapi segala tingkah ku. Aku itu menyebalkan dan sering menangis hanya karna hal kecil. Kamu dengar itu? Pastikan tanganmu kuat untuk memelukku ketika aku merengek ingin dilepaskan, kamu harus tetap disampingku meskipun aku sedang marah dan menyuruhmu pergi. Kamu harus tetap perhatian meskipun aku sedang tak ingin menatap.

Sayang, emosi ku tak pernah bisa ku tahan, maka dari itu selalu ada penyesalan yang berada dalam genggaman. aku orang yang keras kepala dan tak mau mengalah jika itu alasan yang masih tak bisa ku bayangkan. Tapi aku tau kamu pasti mengerti, karena kamu adalah suamiku. Kamu akan menjadi orang yang paling mengerti bagaimana aku.

Aku disini baik-baik saja, aku bisa mengatasi segala luka dan perlahan sembuh. aku sudah mulai jauh lebih baik. Aku sudah tak lagi menangis sendiri, kali ini waktuku habis untuk membaca dan menulis. Jika tidak begitu, mungkin aku sudah tak tau harus bagaimana lagi mengahadapi segala hal yang menggangguku belakangan ini. Tak ada dada yang bisa ku salahkan, tak ada pundak yang bisa ku jadikan penompang beban dan tak ada jari-jemari yang bisa ku genggam. Harusnya kamu yang ada di possisi itu bukan sayang? Tapi tak usah terlalu dipikirkan, jika nanti kita bertemu, aku akan meminta pertanggung jawaban mu dengan menyuruhmu untuk selalu ada disampingku. Kamu dengar itu? hahaha

Sayang, pastikan kamu selalu baik-baik saja dan bahagia, ya?

                                                                                                            Dari,

                                                                                                            Istrimu kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar