Sabtu, 21 Juni 2014

Satu Malam

Hi, I miss writing.

Rindu sekali mengisi di blog ini. Ketika log in, sudah ada sarang burung, sampah-sampah bungkus permen dan beberapa cangkir coffee manis.

Ya! Ini adalah sabtu malam. Malam dimana orang-orang berpegangan tangan yang entah sebenarnya ingin memperlihatkan apa. Tapi alasan atau maksud mereka sejauh ini sudah sukses besar membuat ku kejang-kejang.

Malam ini ku manjakan tubuhku dicumbui oleh angin-angin malam kota ini. Disudut belokan kecil dan disebrang toko roti. Aroma nya tajam mengiris perut ku untuk dilengkapi. Disamping kanan meja ku terlihat satu pasangan yang sepertinya baru bertemu dan sedang menumpahkan rindu sampai terkena pada hatiku. Rasanya menyedihkan, sabtu malam yang hanya ditemani laptop dan satu cangkir kopi juga satu piring roti bakar, dan juga satu piring mie goreng istimewa dari kedai ini. Menu yang ku pesan sudah cukup memenuhi meja ku dan ku fikir tak ada tempat untuk pesanan orang lain, dan anggap saja aku sedang menghibur diri karena sabtu malam ini masih berdiam diri, masih tak ingin membuka hati.

Soal mengapa aku baru menulis lagi, tolong jangan anggap bahwa aku sedang sekarat dalam soal percintaan. Atau berfikir aku sibuk menangisi malam karena sang pangeran hati belum saja pulang. Tentu bukan! Aku sibuk mengurusi ujian ku di semester yang sedang padat-padatnya ini, rasanya lebih hampa dari tak diperhatikan oleh orang sekitar, rasanya seperti berada dalam komedi putar namun tetap enggan untuk turun dan kembali pulang. Sudah terlanjur berada dalam lautan dalam sehingga tak ada jalan lagi untuk kembali pada daratan, sebisa mungkin harus terus berenang sampai tiba di tujuan.

Soal kedai kopi ini, aku memang selalu kesini sendiri. Saat merasa sepi dan ingin menghibur diri, maka kaki ku akan terbiasa berjalan tanpa ku suruh terlebih dulu. Tujuan ku hanya ingin memanjakan hati supaya tak merasa selalu sendirian lagi.
Ada satu pasangan lagi memasuki kedai ini, muncul dari balik pintu masuk dan bergenggaman melewati meja makan ku, ahh! rasanya perut ku merasa kelaparan karena melihat mereka sedang bermesraan.
Dan sekarang mereka mengisi meja nomor 5 dan itu berjarak tak cukup jauh dari ku. Aku selalu duduk di meja nomor 3, tempat yang nyaman untuk menulis. Tepat menghadap jalanan, bisa ku lihat jelas orang-orang yang berlalu-lalang dan mereka pacaran.

Terdengar lagu Abdul and the coffee theory – Aku Suka caramu diputar di kedai ini. Terbawa suasana sampai merasa rindu dicintai lagi. Menghabiskan hari bersama orang yang berarti, membuang banyak waktu dengan cerita-cerita yang mengundang banyak canda tawa. Mencuri pandang melihat sekeliling di dalam kedai ini, semua meja penuh dengan pasangan, dan hanya aku disini yang duduk sendirian. Merasa menyedihkan, tapi tak ku rasakan.

Sudah habis lagu tadi terdengar rasanya melegakan dan rasa sesak sudah menghilang, tapi ternyata disambung dengan Maliq & D’essential – Pilihanku. Oh my god!!! Hati ini benar-benar merasa hampa. Ku lihat lagi sekeliling kedai ini dan terlihat masih sama, penuh dengan pasangan yang sedang saling jatuh cinta. Makin merasa hina diri ini duduk sendirian diantara mereka.

Lagu berganti lagi, ku pasrahkan hati untuk merasakan perasaan apapun nanti yang akan terdengar melalui telinga ini. Daaan… Raisa – Could it be. Aku tertawa, merasa semakin dipojokan. Ku perhatikan lagi sekitar, masih terlihat sama. Benar-benar malam paling memalukan. Aku tertawa masam, emosi ku muncul perlahan, muka ku memerah, semua makanan ku sudah habis ku makan.

Aku memesan lagi, ku angkat tangan ku tinggi-tinggi agar mengundang perhatian untuk memesan. Satu pelayan pria dengan gaya rambut yang menurutku aneh menghampiri ku, menggenggam kertas seakan sudah tau apa yang akan ku pesan. “Aku pesan..” “coffee latte yang atas nya ada cream nya kan mbak” aku terdiam sejenak, tertawa malu “eh mas nya tau aja. Hehehe”
Saat itu ada satu pria keluar dari balik pintu masuk itu, basah kuyup dan menggigil meminta satu cangkir Hot Chocolate. Dia cukup mengambil semua perhatian semua orang yang berada dikedai ini. Mata nya terlihat memutar mencari meja yang masih kosong, tapi sayang “Maaf ya mas, tempat disini sudah penuh” pelayan didekat ku mulai bicara dengan nada penyesalan. “Yasudah mas, saya duduk disini saja.” Pria itu tiba-tiba duduk di meja ku dan kini tepat berada didepan ku. Tanpa basa basi pelayan itu pergi meninggalkan kami berdua dengan kejanggalan ini.

Aku mulai pembicaraan, “Aku gak tau kalau diluar hujan.” Pria itu menatapku dan tersenyum manis, bahkan lebih manis dari coffee ku. “Hujan deras loh mbak. Ohiya perkenalkan, saya Angga.” “Hay, saya Langit.” Kami berjabat tangan.

Adera – Lebih Indah. lagu yang sekarang sedang diputar.

Selamat malam semesta! Terimakasih untuk hujan nya. Aku sangat menyukai sebuah pertemuan. Mari memulai kisah baru dari awal, karena saat ini Angga sedang meminta nomor telepon ku untuk saling memberi kabar dilain waktu atau sekedar bertemu untuk mencicipi kisah cinta baru.

8 komentar:

  1. Cakep mbak..
    Mencicipi kisah cinta baru di kedai kopi...:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha ya gitu deh ya, hihi
      coba aja :) hehe

      Hapus
  2. ternyata, hujan di sabtu malem memang membawa berkah mendada bagi sejuta jomblo. baik yang ada dirumah, maupun diluar rumah. hujan memang hebat!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duhh, jomblo. haha
      hujan penyejuk paling nikmat.

      Hapus
  3. baca ini sampe abis seperti lagi liat monolog di teater :)

    di paragraf terakhir ada twistnya ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahh :') thanks for reading yaaa...
      menurutmu? tebak saja. hehe

      Hapus
  4. Wew.. sabtu malam d kala hujan datang di temani secangkir kopi panas hm.. ane suka crita anda.. maniss pnuh dg kehangatan.. *ngomong apaan sih.. plak.. salam sibocahlaliomah..

    BalasHapus