Rabu, 04 Desember 2013

Sesal yang Termakan Lelah

Aku lelah menunggu orang baru yang belum saja masuk namun tepat pada satu focus. Aku belum bisa menerima hati untuk orang baru yang terambisi mendekat tanpa ijinku akan hati yang sudah lama ingin menyendiri. Aku masih belum menyadari bahwa kedatanganmu dihari itu adalah salah satu tanda bukti keseriusan perasaan mu akan aku yang sangat egois karena selalu mengabaikan mu. Aku belum bisa memutuskan akan jadi apa nantinya hubungan kita. Namun fikirku, aku dan kamu cukup dekat dengan sebutan sahabat.


Dalam kisah ku, aku tak pernah memberi hati pada hati yang hanya ingin bahagia diawal jumpa atau perkenalan semata. Atau kah hanya dibayang-bayang sebuah perhatian akan kesehatan, angin malam, atau kendaraan yang sedia setiap saat akan memberikanku tumpangan. Namun kemana kenyamanan yang seharusnya dinomor satukan?


Kamu berbeda, kamu adalah sosok yang muncul ketika aku membutuhkan teman untuk berbincang hal-hal yang ingin ku bagi dengan sosok lain. Sebuah masalah yang ku butuhkan adalah saran, suatu hubungan yang ku inginkan adalah kenyamanan. Aku mendapatkan nya darimu, aku sudah mengunci langkahmu agar tak pernah mundur. Namun sebuah perasaan tetap akan menjadi perasaan, ternyata banyak yang mencintai kamu melebihi aku. Yang memusatkan semua perhatian kepadamu, dan itu bukan saja aku. Aku benar-benar tau bahwa kamu memusatkan seluruh perhatian itu hanya untukku, tapi pada kenyataanya orang-orang yang mencintaimu adalah teman-teman ku. Akan jadi apa hubungan pertemanan yang dikecewakan hanya oleh satu perasaan? Aku tak menginginkan paras kecewa dari wajah-wajah temanku yang ternyata mencintaimu melebihi aku.


Terlalu bodoh kah aku jika memutuskan untuk meninggalkanmu? Sosok yang seharusnya ku pegang tanganya dengan erat agar tak pernah melirik hal yang bisa membuatku sedih sekarang malah ku tinggalkan pergi. Aku tak bisa mempercayai perasaan ku lagi, benci mengalir pada nadi-nadi tubuh, darahku kaku mengetahui ternyata kamu sudah mempunyai kekasih baru. Kamu memegang tanganya, kamu memperlihatkan nya dengan bangga kepada dunia. Aku tersenyum, memberikanmu selamat atas apa yang kamu rasakan. Kamu selalu berganti pasangan, selalu membahagiakan orang yang berada disisimu. Maka ketika aku menjerit menangis karena hatiku hancur oleh sosok lain, kamu yang pertama ku hubungi, kamu yang pertama ingin ku beri tau mengapa aku menangis disaat kala banyak teman-teman ku bertanya apa yang salah denganku.


Dan ternyata aku benar, dipembuktian malam itu, ketika kita pergi jauh dari suasana yang merisihkan perasaanku dan mungkin juga perasaanmu. dan hanya kamu yang bisa mengembalikan senyum diwajahku, bahkan aku masih bisa tertawa disaat aku menangis karena hal lain. Taukah kamu, ada sosok lain yang menyakitiku. Apa kamu tak mau menyuruhnya agar menjauhiku? Kamu itu pendiam, ketika bersamaku kamu tak pernah banyak bicara. Ketika aku mengoceh bercerita kamu hanya tersenyum memandang wajahku dengan khas matamu itu.


Aku tak pernah menginginkan kisah dulu terulang agar aku tak pernah meninggalkanmu pergi seperti waktu dulu. Aku ingin kamu. Namun saat ini, melihat kamu yang ternyata telah menemukan bahagia mu, aku malah semakin lelah karena penyesalan ku mengapa dulu aku mengabaikanmu. Aku marah mengapa baru sekarang aku menyadari bahwa sosok mu adalah belahan-belahan hatiku yang sudah Tuhan ciptakan beberapa bagian agar yang tak sempurna akan menjadi sempurna.


Dan sepertinya aku ingin bertanya satu hal padamu. Apakah perasaanmu masih sama terhadapku? Seperti dulu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar