Sabtu, 14 Februari 2015

Pengakuan


Priaku,

Boleh kah ku panggil dengan sebutan itu? aku hanya sedang memikirkan mu tanpa jeda waktu, tanpa mengenal bahwa sekarang sudah pukul dua dini hari dan bukan malam lagi. Aku masih saja belum bisa berhenti merindukan mu bahkan sampai detik aku menulis kata tadi.

Aku tak ingin menanyakan kabar mu, aku tahu kamu pasti baik-baik saja disana. Aku tau ini sudah menjadi entah surat cinta yang keberapa, dan aku tak peduli bahwa kamu masih saja tak pernah membalasnya. Terlewat bahagia kah kamu disana sampai tak pernah lagi menemukan ku meski dalam mimpi? Aku tau kamu tak suka melihat ku menangisi rindu itu yang tak saja kunjung habis, tapi sungguh, air mata ku bukan karena mu, aku hanya saja masih tak bisa menahan ingatan jika sudah menoleh padamu.

Sebenarnya, aku akan membuat pengakuan. Tapi pertama-tama aku ingin mengucapkan Happy Birthday, semoga panjang umur dan sehat selalu. Jangan terlalu marah seperti itu, ini adalah hari bahagiamu, maka aku akan mendoakan hal yang sewajarnya orang doakan pada seseorang yang sedang berulang tahun. Apakah ucapan doa itu cukup untuk menambahkan umur mu? Untuk membawamu kembali lagi padaku? Apa sekarang kamu sudah cukup pintar untuk mengartikan rindu? Dari dulu kamu masih saja tak pernah bisa serius menangapi rasa rindu ku, kamu selalu merasa bahwa kita punya cukup banyak waktu untuk bersama. Iya kah? LIHAT! Bahkan sekarang adalah ke-5 kalinya kamu tak merayakan hari bahagiamu bersama ku. Aku marah sekali padamu jika harus mengingat itu.

Tidak! Aku tidak menangis ketika sedang menulis paragraph tadi. Jangan menganggapku berlebihan, aku benci melihatmu yang pasti akan tertawa menggodaku.

Kau tau, banyak cerita yang ingin ku bagi denganmu. Aku sudah tak tahan jika harus menyimpan segalanya sendirian. Obrolan malam, usaha lawakan, dan perbincangan yang pernah kita lakukan sungguh membuatku tak bisa berhenti membayangkan wajahmu itu, seolah baru kemarin kita bertemu dan bertengkar soal perbedaan. Lagi-lagi hal itu yang terus menganggu pikiran. Aku masih saja tak percaya bahwa kamu sudah tak ada, pergi dahulu meninggalkan aku yang masih belum sempat menyampaikan obrolan yang terhenti karena hujan. Semalaman aku menunggu kabar, dan yang datang adalah sebuah kehilangan.

Ah hentikan! Aku sudah tak bisa lagi menahan butir air mata yang sudah berada diujung kelopak mata, yang siap menetes pada pipi yang biasa kau cubit sampai memerah ini. Maka sudahlah aku tak ingin meneruskan lagi tulisan ini, cukup sampai disini isi surat cinta ini.

Oh ya, perihal pengakuan.
Aku hanya ingin mengatakan bahwa lagi-lagi rindu itu tak bisa ku tahan.
Aku rindu melihatmu sedang berlutut menyelipkan doa di lipatan tangan seperti biasanya. aku rindu kata-kata semangatmu yang bisa menghipnotisku untuk segera meng-amin kan doa mu dalam sujud ku. Dalam doa menghadap kiblat setelah selesai shalat. masihkah kita meng-amin kan doa yang sama? bahkan saat kamu menggenggam erat salib mu dan aku yang sedang berdoa bersama tasbih ku? meskipun banyak orang yang mencaci maki kita, tapi hanya senyum mu yang mampu membuat ku bertahan dengan perbedaan.

Angga, aku rindu mengucapkan Happy Birthday tepat didepan wajahmu.
Semoga kepergianmu hanyalah mimpi buruk, dan setelah aku membuka mata dari tidur panjang ini, kamu sudah menunggu ku diteras rumah untuk merayakanya lagi bersama. Semoga semua itu terulang.  

                                                                                    Tertanda,
                                                                                    Perempuanmu.

2 komentar: