Jumat, 26 Juli 2013

Kamu Bukan Laki-laki yang Kucintai Lagi.

Aku masih memandangnya.
Dalam suasana langit yang hampir gelap aku berhadapan denganya, mengobrol, mendengarkan nya bercerita. Sebenarnya aku tidak cukup mengerti apa yang sedang dia bicarakan, tapi menurutku dengan menghabiskan perhatian ku untuk mendengarnya bercerita sudah cukup, bukannya aku tidak peduli dengan apa yang dia ceritakan, aku hanya tidak berani memotong ceritanya hanya untuk bertanya. Ketika dia tertawa, aku pun ikut tertawa, ketika dia diam, aku cepat bertanya ada apa.

Kita selalu bersama, hampir setiap hari waktuku pasti ku habiskan denganya. Aku bahkan telah mengenal keluarganya, dua malaikat yang telah menciptakan nya, ayah dan ibu nya. Kedua adiknya. Tentu aku juga mengenal jalan menuju rumahnya. Dia pun sebaliknya, dia mencintai keluarga ku juga. Dan itu adalah alasan mengapa aku sudah terlalu percaya padanya, aku taruh harapan dan mimpi dalam benaknya, ku ciptakan dunia ku di dalam dunia nya.

Tapi ternyata rancangan Tuhan bukanlah rancanganku. Kita berpisah. Berpisah dengan alasan yang tidak dapat dimengerti oleh perasaan. Aku melepaskanya...

Sel-sel dalam otak ku berontak, aku selalu menahan untuk tidak memikirkanya, tapi semua hal tentangnya sudah melekat. Dan akhirnya Tuhan memperbolehkan ku untuk memilikinya lagi. Sudah ku putuskan untuk tidak pernah lagi meninggalkanya. Aku kunci langkahnya agar tidak lagi menjauh, aku belajar untuk menahan emosi ku ketika tau ternyata dia menyimpan begitu banyak perihal ketika jauh dariku. Aku berubah menjadi aku yang sangat mencintainya.

Dan semua berjalan seperti biasa. Bercerita, tertawa bersama, bahkan aku sekarang lebih ingin selalu didekatnya. Tapi perpisahan itu menjadikanku seperti wanita yang kehabisan otak. Aku sudah tidak bisa berfikir harus memakai cara yang bagaimana lagi untuk menghadapinya. Dia sudah jauh berbeda dari biasanya. Dia yang ku kenal tidak pernah memperlihatkan emosi yang berlebihan terhadapku. Dia yang ku kenal selalu tidak bisa jauh dariku. Dia paling tidak tahan jika tidak mendengar kabarku, dia akan marah jika aku telat membalas pesan singkatnya, dan dia paling benci mendengar kata perpisahan.
Tapi sekarang berbeda, dia yang sekarang lebih sering mengacuhkanku, dia lebih suka jika tidak mendengar kabarku.

Aku menyukai apa yang ku miliki, tapi jika yang kumiliki terlihat ingin pergi. Maka aku yang harus berhenti memikirkan hati sendiri.
Jangan bilang aku tidak memperjuangkan, jangan bilang aku terlalu lemah untuk melepaskan.


Tanpamu... semuanya kosong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar