Senin, 29 Juli 2013

Semuanya Tak Sama Lagi

Waktu sudah menunjukan pukul jam 2 pagi. aku masih asik memencet-mencet tombol handphone ku. masih berharap sesuatu yang pilu akan cepat pergi seiring dengan waktu. ada teman yang sepertinya sudah terbiasa mendengar keluh kesahku akan tentangnya. jari-jemari ku telah keram, kaku terhempas angin malam yang masuk melalui celah-celah jendela kamarku. ku paksakan agar tak terasa apapun, bayangkan apa yang akan kulakukan jika ku biarkan tak ada kegiatan disetiap sendi-sendi tubuhku, aku pasti akan menangis mengingat ceritaku yang telah berakhir tanpa perjuangkan kamu.

Aku putuskan untuk tidak mengingat kamu lagi. akan aku biarkan kamu berjalan dengan perasaan yang menurutku telah bahagia tanpa aku disisi kamu. menyedihkan bukan, aku harus berpura-pura bahagia melihat kamu yang sudah benar-benar bahagia. aku coba menepis kegigihanku yang dulu  nya berfikir tak akan membiarkan kenangan-kenangan yang telah kita ciptakan akan hilang terhapus jari-jemariku yang sudah mulai egois lebih mementingan hatiku yang ingin cepat melukapanmu.

Mulai perlahan ku tutup mataku dengan tulus penuh ikhlas akan melepaskanmu dalam benaku. aku putuskan untuk tidak lagi menyentuh handphone ku yang pasti akan selalu menanyakan kabarmu pada teman-teman ku. aku selalu haus akan kabarmu, sudah makan kah kamu, bagaimana pola makanmu, sehat kah kamu, baik-baik saja kah kamu tanpa aku.

hatiku bergebu tau kamu ternyata merindukanku, sering bertanya pada hatiku, apakah masih pantas bila kita bertemu. 

Siang itu aku melihat sosokmu duduk diruang tamu ku lagi, tersenyum manis seakan bicara bahwa kamu akan tinggal lebih lama lagi. aku rasa hatiku telah pudar melihat kamu yang merasa semua tidak terjadi apa-apa. sedangkan aku setiap hari mencoba menahan sakit yang tidak akan pernah kembali seperti dulu lagi. kamu menggenggam tanganku seakan bicara bahwa kamu tak akan pergi lagi. bagaimana rasanya jadi aku yang berharap ini terjadi setiap waktu. perih...


Waktu itu singkat, se-singkat kita menjalani hubungan yang dari awal kamu katakan kita akan bahagia selamanya. berbagi canda tawa, menangis, terjatuh, lalu bangun lagi dan tersenyum kembali. sekarang yang aku lihat dari pandanganmu bukan sosok laki-laki yang ku kenal mencintaiku seperti dulu, tapi pandangan yang akan meninggalkanku dalam keadaan yang masih sangat mencintaimu.

Kamu pulang, pergi dari pandanganku. dan sejak itu aku tak pernah lagi mendengar kabarmu, bahkan kamu pergi sebelum tahu bagaimana perasaan ku.
aku telah mengorbankan banyak perasaan, tapi perasaan yang kuperjuangkan trenyata mengangapku hanya sebagai persinggahan. kamu katakan aku tidak pernah berjuang. lalu apa artinya aku yang selalu membawa mu kembali seperti dulu.
aku bertahan dianggapan bahwa aku tak pernah kamu inginkan, hubungan yang ku anggap adalalah inti perasaan ternyata bagimu adalah permainan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar